Share

Menjadi Wadah

Setiap kali keduanya berpindah tempat dalam perkelahian mereka, setiap kali itu pula Puti Bungo Satangkai mengikuti. Tujuannya hanya satu, mengamati setiap gerakan kedua sesepuh itu agar kemampuan dan kesaktian yang telah ia warisi bisa mencapai tahap seperti keduanya.

Permukaan air laut di sekitar mereka membuncah seiring pergerakan silat keduanya, seolah-olah permukaan air adalah sesuatu yang padat bagi kaki-kaki mereka sehingga dengan mudahnya mereka bergerak bebas dalam melakukan serangan demi serangan.

Pertarungan di antara pasangan suami-istri itu terus terjadi, dari pagi hingga rembang petang. Dan selama itu pula Puti Bungo Satangkai setia mengawasi keduanya.

Tidak ada keletihan yang terlihat oleh sang dara pada kedua sesepuh tersebut, tidak pula masing-masing mau mengalah—setidaknya, menghentikan pertarungan itu sendiri. Atau mungkin beristirahat barang sejenak sebelum melanjutkan pertarungan mengingat keduanya sudah bertarung lebih dari setengah hari.

Ada kalanya Puti Bungo Satangkai yang menyaksikan pertarungan antar sosok berilmu tinggi itu justru melihat sepasang naga yang saling memperebutkan satu hal. Liukan tubuh mereka yang indah, atau semburan-semburan bernapas api yang saling bentrok dengan semburan bernapas es, lalu ledakan-ledakan yang tercipta menghasilkan serpihan-serpihan halus yang berkilauan laksana serpihan kristal yang disinari cahaya mentari sore.

Pertarungan yang mengerikan namun sekaligus indah mengagumkan.

Pada satu kesempatan, dua naga itu saling melilit dengan disertai permukaan air laut yang membuncah hebat, dan satu deru angin yang luar biasa ganas membawa keduanya kembali ke daratan. Berputar-putar kencang laksana kitiran.

Dhummm…!

Untuk kali yang ketiga daratan pulau kecil itu bergetar ketika tubuh keduanya saling terpisah dan sama terhempas kencang ke bumi. Puti Bungo Satangkai bergegas menghampiri, berdiri tujuh langkah dari keduanya.

Kedua sesepuh itu dalam posisi duduk bersila di atas hamparan rumput.

‘Inyiak Mudo!’ sahut sang dara dengan gerakan isyarat tangannya, lalu ia berpaling pada wanita sepuh di samping kanannya. ‘Inyiak Gadih!’

“Tetap di tempatmu, Bungo!” teriak Inyiak Mudo seraya menyeka lelehan darah di sudut bibirnya.

Sang dara terpaksa tidak melanjutkan keinginannya untuk memeriksa pria sepuh itu dan juga istrinya.

Hal yang sama juga terjadi pada Sabai Nan Manih, dari sudut bibirnya mengalir darah kental. Ia menyeringai seraya menyeka lelehan darah itu.

“Kemampuanmu tidak berkurang sama sekali, hah, Tua Bangka!”

Inyiak Mudo tersenyum. “Kau juga sama, Sabai. Kesaktianmu semakin tinggi saja. Hmm, kau masih sanggup berdiri, Sayang?”

“Jangan meremehkanku, Akhirali!”

Inyiak Mudo terkekeh, ia tahu pasti bahwa sang istri tidak akan sanggup lagi untuk sekadar berdiri. Dan hal itu pun sama dengan yang terjadi pada dirinya sendiri. Paling tidak, tidak sebelum mereka sama-sama menenangkan aliran energi yang berkecamuk di dalam diri masing-masing.

“Tapi…” Inyiak Mudo menyembunyikan senyumnya.

Ia sadar, kali ini sang istri tidak akan bisa dihentikan sebagaimana dengan pertarungan mereka di tahun-tahun sebelumnya. Untuk itulah, Inyiak Mudo merencanakan sesuatu yang dapat menghasut ego istrinya tersebut.

“Kurasa, sampai kapanpun, kau tidak akan sanggup melampauiku, Sabai, alih-alih hendak membunuhku.”

“Jangan besar kepala kau, Tua Bangka!” sahut Inyiak Gadih. “Aku sepuluh kali lebih baik darimu!”

“Benarkah?” Inyiak Mudo semakin tersenyum senang. Kepribadian istrinya yang satu ini memang paling mudah untuk dipancing, akan berbeda jauh bila pribadi yang sebenarnya yang muncul. “Kurasa, kau hanya mengada-ada saja.”

“Aku akan membuktikan jika aku lebih baik darimu! Hari ini juga kau akan mati di tanganku, Akhirali!”

Inyiak Mudo terkekeh-kekeh. “Bagaimana bisa kau hendak membunuhku, Sayangku, Sedangkan kau hanya bisa bersila seperti itu saja?”

“Kau—” Inyiak Gadih memandang begitu geram pada sang suami yang sebenarnya hanya dua jangkauan tangan saja darinya.

“Begini saja,” ucap Inyiak Mudo. “Mari kita buktikan siapa yang terbaik di antara kita berdua.”

“Cih!” Inyiak Gadih meludah, ludah yang bercampur darah.

“Bukankah kau hendak membunuhku?”

“Tentu saja, demi membayar nyawa putriku!”

Pria sepuh kembali tersenyum diiringi helaan napas yang panjang. “Kita gunakan saja gadis bisu itu sebagai wadah bagi pertarungan kita. Bagaimana menurutmu?”

Tatapan Inyiak Gadih tertuju pada Puti Bungo Satangkai. “Kau hanya akan membahayakan nyawa orang yang tidak berdosa, Tua Bangka!”

Pria sepuh terkekeh menganguk-angguk. “Tidak, Sabai, tidak. Di situlah letak penentunya.”

“Apa maksudmu?”

“Kalau kau mengakibatkan gadis itu sampai tewas, berarti kau tidak ada apa-apanya, dan jangan harap akan bisa membunuhku!”

“Bagaimana jika ternyata kau yang justru membunuh gadis itu, hah?”

“Maka, aku akan diam saja ketika kau menggunakan Telapak Penghancur Ragamu ke tubuhku.”

Untuk sesaat Sabai Nan Manih memikirkan ucapan suaminya itu, tatapannya yang begitu tajam seolah mencari-cari kebenaran di wajah sang suami.

“Kupenuhi tantanganmu!” ucap wanita sepuh seraya mengentakkan satu tangannya ke arah Puti Bungo Satangkai.

Sang dara terkesiap, ia merasakan tarikan yang begitu kuat yang memaksa tubuhnya melayang mendekati Sabai Nan Manih.

“Ke sini kau, gadis manis!” ucap wanita sepuh.

Seiring kedua tangannya membuat gerakan memutar sedemikian rupa, seiring itu pula tubuh Puti Bungo Satangkai berputar-putar. Lalu, dibantu pula dengan gerakan kedua tangan dari Inyiak Mudo yang mengimbangi agar gadis tersebut tidak sampai terhempas ke bumi.

Plekh!

Teph—teph!

Puti Bungo Satangkai terduduk dengan bersila menghadap ke arah pantai. Dua tangannya sama mengembang ke samping, dipaksa oleh dua kekuatan dahsyat kedua sepuh. Telapak tangan kiri sang gadis menempel dengan telapak tangan kanan Sabai Nan Manih, sedangkan telapak tangan kanannya menempel dengan telapak tangan kanan Inyiak Mudo.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Andi Mulia
menarik, dtunggu lanjutan nya
goodnovel comment avatar
Linda Tanjung
trus lanjutanya gimana lagi ni
goodnovel comment avatar
Minang KW
pasti ada, Bang, sampai tamat kok.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status