Share

111. Amarah Seorang Ibu.

"Aku sudah baca suratmu. Terima kasih, terima kasih atas pengorbanan yang kamu lakukan padaku. Kamu boleh kok, memanggilku sayang. Sepuas apa pun yang kamu mau," kataku.

Salah satu tanganku mengusap wajahnya yang tampak tirus. Rambut-rambut halus tumbuh di sana. Rasa-rasanya baru dua minggu kami tak bertemu, namun ia pun tampak sama berantakannya denganku.

"Kenapa, kenapa kamu melakukan semua ini. Hatimu terbuat dari apa? Saat Ayah kandungnya saja mengabaikan, lalu kenapa kamu menjadi pahlawan. Bukankah dia bukan darah dagingmu?" kataku terus bercerita. Walau tak mendapat respons darinya.

"Kamu tahu, sikap kamu seperti ini membuatku menjadi orang yang jahat, Langit. Kenapa kamu mengambil keputusan yang beresiko ini tanpa memberi tahu aku terlebih dahulu, kenapa? Kamu mau orang-orang menganggapku jahat padamu. Hmm!" ujarku lagi. Berbicara sendiri.

"Bangun Langit! Bangun ... dan jelaskan semuanya padaku. Aku mohon jangan pergi, jangan tutup matamu lama-lama. Aku tak sanggup melihatmu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status