Elios mengerjapkan kedua kelopak matanya secara perlahan sambil menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke dalam matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit berwarna biru yang merupakan warna langit kamarnya, dirinya terdiam sejenak lalu menoleh kepalanya dan mendapati ibunya yang tengah tertidur di sampingnya.Tak lama kemudian, ibunya bangun dengan senyuman cantik di wajahnya, " kamu akhirnya bangun juga " katanya lalu membantu Elios duduk di atas ranjang, " apa kamu lapar? "Elios menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban lalu kemudian bertanya, " apa mama lakukan di kamar ku? Apa mama sedang bertengkar dengan papa? " Alona terdiam sejenak, " Kamu tidak ingat? "Elios kembali menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban, " memangnya apa da apa? " " Ahh, bukan apa-apa, mama hanya rindu tidur bersama mu, kenapa apa tidak boleh? Mentang-mentang kamu sudah bersekolah, mama jadi tidak boleh bermanja-manja dengan mu? "" Tidak, rasanya aneh saja sudah lama kita tidak
" Apa yang kamu lakukan di sini seorang diri? " Tubuh Elios tersentak, ia menoleh dan mendapati seorang pria berbadan kurus tinggi, memiliki rambut panjang berwarna abu-abu terang dengan gaya pakaian formal berwarna hitam.Kedua matanya menatap lekat pada pria asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya, " kamu siapa? " Tanyanya dengan nada dingin " Aku? " Jawab pria itu sambil menunjuk pada dirinya sendiri lalu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri." Menurutmu, siapa lagi? Apalah di sini ada orang lain selain aku dan juga kamu ? " Tanya Elios kembali.Pria itu terkekeh kemudian ikut terduduk di samping Elios yang tengah terduduk di tepi danau.Elios mengernyitkan dahinya menatap pria itu dengan tatapan waspada, " aku tak pernah menyetujui kamu duduk di samping ku. "" Hey janganlah bersikap itu, lagi pula tempat ini bukan milik mu jadi aku bebas untuk duduk di mana saja yang aku inginkan, "" Kalau begitu aku pergi. " Elios pum beranjak bangun berniat pergi, namun tangan p
Sebulan kemudian. . .Hari dimana Elios harus menunjukan kemampuannya akhirnya tiba. Semua pihak seperti anggota penjaga keseimbangan dunia Vampir, Raja Roland, Ibu Suri Agung, Edward bahkan Alona dan Enes Tikta juga ikut hadir untuk melihat kemampuan Elios kecuali Zaiden yang tidak bisa ikut hadir karena ingin menemani istrinya melahirkan.Alona yang baru mengetahui hal tersebut tidak menyangka bahwa hari Teresa juga akan melahirkan hari ini, apa ini sebuah kebetulan?Tapi Alona tidak ambil pusing, lagi pula dirinya senang karena tak perlu melihat wajah pria itu di tempat ini, setidaknya ia bisa fokus melihat putranya.Kendati begitu, sebagai seorang ibu, Alona tak bisa tenang sedikit pun, dengan perasaan cemas dan detak jantung yang berdetak kencang, Alona berharap Elios bisa melewati semua ini lalu mereka bisa pulang bersama-sama. " Elios! Apa kamu sudah siap? " Tanya sang Tetua." Siap! " Jawab Elios tanpa ragu." Kalau begitu silahkan di mulai. "Dengan penuh keyakinan, Elios
Menghilangnya Elios secara Misterius membuat Alona kacau dan tak bisa berpikir jernih, dirinya terus menyalahkan dirinya karena kecerobohannya, seharusnya ia memegang tangan putranya.Namun, nasi sudah menjadi bubur dan dirinya hanya bisa menangis atas menghilangnya sang putra, Elios." Alona tenangkan diri mu, akan ku kerahkan semua pasukan ku untuk menemukan putra mu, jadi aku harap kamu bisa menenangkan dirinya, " kata Ibu Suri Agung yang mencoba menenangkan Alona. Begitu pun dengan Edward yang ikut menenangkan istrinya." Ini pasti ulah Teresa! " Ucap Alona secara tiba-tiba dengan perasaan marah, kedua matanya merah menyala." Apa maksud mu semua ini salah Teresa? " Tanya penasaran Ibu Suri Agung.Namun, bukannya menjawab, Alona langsung pergi begitu saja meninggalkan ruangan.Sementara itu, Teresa bersama ibunya tengah berbahagia menyambut kelahiran putra pertamanya yang nantinya akan meneruskan tahta kakeknya kelak jika dia sudah tumbuh dewasa.Teresa sungguh bahagianya bukan b
Setelah Alona di bawa pulang oleh suaminya yang kemudian di ikuti oleh yang lainnya. Teresa akhirnya menghela nafas lega, sejujurnya dirinya begitu gugup saat kakak tirinya ternyata telah mengetahui ayah bayinya, tapi siapa sangka, ramuan yang ia dapatkan dari seorang pria misterius yang menemuinya beberapa waktu lalu, bekerja dengan sangat baik.Saat putranya terlahir, tanda kerajaan itu terlihat begitu jelas di bahu putranya hingga membuat semua orang berpikir bahwa bayinya adalah milik Zaiden. Kendati begitu, Teresa tak bisa selamanya bernafas lega karena pria itu telah memperingatinya untuk tidak lupa memandikan putranya dengan ramuan yang diberikannya sekaligus menjauhkan si jabang bayi dari ayah kandungnya dan juga jangan sampai ayah kandungnya mengakui bahwa bayi itu adalah anaknya, jika sampai semua itu terjadi maka tanda itu akan menghilang tanpa jejak dan akan memberitahu semua orang siapa ayah dari anak tersebut.Awalnya Teresa tidak langsung mempercayai kata-kata
Hal yang Alona takutkan selama ini akhirnya terjadi, Selama dua hari ini ia terus mencari Elios kemana-mana tanpa istirahat sedikit pun, bahkan Sang Ayah, Enes Tikta juga ikut membantu mencari keberadaan cucunya itu, akan tetapi seberapa keras mereka mencari, tak ada satu pun atau pun tanda-tanda yang menunjukan keberadaan Elios. Tapi mereka berusaha untuk tetap kuat dan kembali mencari, hingga pada satu titik, Alona merasa sudah lelah dan ingin menyerah dan pada akhirnya dia hanya bisa menyalahkan suaminya, Edward, jika bukan karena dia adalah ayah Elios, pasti putranya tidak akan pernah mengalami mimpi buruk seperti ini. Dari sekian banyaknya lelaki mengapa harus Edward yang menjadi Ayah kandung dari anaknya? Mengapa bukan orang lain? Setidaknya ia tak akan mengalami hal seperti ini.Terkadang, ia berpikir mungkin ada baiknya jika Johan adalah ayah kandung Elios, meski menyebalkan tapi setidaknya, tak akan ada satu pun yang tertarik untuk menculik putranya.Edward yang terus
Sepertinya Dewa langit masih mengasihani Teresa yang malam, karena beberapa jam sebelum acara di mulai, pria yang membantunya beberapa waktu itu kembali mendatanginya. Seketika seberkas cahaya harapan pun terpancar dari sorot matanya. Ingin rasanya ia menangis bersyukur dan bersujud pada pria itu dan menjadikannya seorang dewa karena dia selalu ada di saat dirinya membutuhkannya.Pria berambut panjang abu-abu itu tersenyum penuh arti, seakan tahu bahwa Teresa akan menantikan kehadirannya kembali, . Dia pun berjalan menghampiri Teresa, tangannya mengangkat dagunya tinggi hingga kedua mata mereka saling bertemu dengan jarak wajah yang begitu dekat. Dengan tatapan berkaca-kaca, Teresa memohon pada pria itu untuk membantunya satu kali, sebagai imbalan, ia rela melakukan apapun.Pria itu menyunggingkan bibirnya, tangannya menyeka air mata yang membasahi pipi Teresa, " tentu saja aku akan membantu mu dan sebagai imbalannya, aku ingin kamu memberi tahu pada Alona bahwa kamu tahu dimana
Alona mengernyitkan dahinya, " jangan pernah membohongi ku, " ancamnya sambil menguatkan cengkraman tangannya hingga membuat Teresa semakin kesulitan untuk bernafas.Semua orang yang hadir di sana mulai merasa cemas bahkan Zaiden telah memberi isyarat pada beberapa bawahannya untuk menyerang AlonaTeresa yang berada dalam cengkraman tangan Alona, terus meronta dengan memukul tangan Alona sambil memohon padanya untuk melepaskan dirinya. Melihatnya memohon seperti itu, Alona pun melepaskan cengkeramannya tetapi di detik berikutnya ia menghunuskan pedangnya ke arah Teresa." Kenapa kamu tidak bertanya langsung pada suami mu? Apakah ucapan ku benar atau tidaknya? " Kata Teresa setelah dirinya berhasil mengatur nafasnya, tak lama kemudian Zaiden pun datang menghampiri.Seketika Alona terdiam, menatap tatapan matanya yang menunjukan bahwa apa yang dikatakannya itu benar adanya, perlahan ia berbalik dan menatap suaminya yang tengah menatapnya dengan raut wajah yang begitu tenang, akan t