"Tuan Andrew ...?" lirih Nabila pada diri sendiri. Ia terdiam, napasnya seakan tersekat melihat keakraban ... oh, tidak! Itu bukan keakraban biasa, melainkan suatu kemesraan!
Veronica tampak refleks mendorong tubuh Andrew. Ia lalu berlari menuju ponsel yang mana panggilan video masih terhubung dengan Nabila. "Nanti lagi, Nabila!" Veronica memutus sambungan video call-nya.Nabila masih tergamang dengan apa yang ia saksikan barusan. 'Kak Ve .... Apa mungkin dia ...?' Wanita muda itu mengernyitkan dahi. Netranya masih menatap lekat ke arah layar ponsel di hadapannya yang lamban menggelap.Pikirannya menerka kalau ada hubungan terlarang antara Veronica dengan Andrew. Ya, tidak salah lagi. Ketika di butik beberapa waktu lalu, ia juga pernah memergoki Veronica dengan pria itu dalam posisi yang sangat dekat.Waktu itu Andrew merangkul pinggang Veronica hingga tubuh mereka kian rapat tanpa jarak. Kakak madunya tersebut juga terlihat kaget, ketika tiba-tiba Nabila masuk ke dalam ruangannya saat itu. Hanya saja saat itu Nabila selalu berusaha menepis prasangkanya.Akan tetapi, berbeda dengan sekarang. Nabila sangat yakin kalau memang ada hubungan spesial di antara Veronica dengan investor tersebut. Ada hubungan terlarang antara mereka. Ya, dia benar-benar sangat yakin kali ini."Tega sekali Kak Ve mengkhianati Zack. Ya Allah ...." Nabila bicara pada dirinya sendiri. Ia membayangkan betapa sedihnya Zack jika mengetahui sang istri yang sangat dipuja, justru menikam dari belakang. Veronica punya affair dengan Andrew!Entah mengapa, seketika di dalam hati Nabila muncul begitu saja rasa benci terhadap Veronica. Selama ini memang wanita itu begitu baik kepadanya. Namun, dikarenakan kejadian barusan, dia merasa tidak terima kalau sampai Zack—pria yang ia cintai—dikhianati.Zack adalah pria yang sangat baik dan setia. Mestinya Veronica bisa menjaga kepercayaan sang suami. Mestinya wanita itu merasa bersyukur dan beruntung mempunyai suami yang nyaris sempurna seperti Zack. Bahkan Nabila sendiri merasa iri terhadap dirinya yang mendapatkan begitu banyak cinta dari pria itu."Kenapa? Kenapa Kak Ve begitu tega ...?"***Gelap malam mengganti terangnya siang. Seharian ini Nabila berusaha berdamai dengan dirinya sendiri. Pikirannya berkecamuk. Antara ingin menyampaikan apa yang telah dilihatnya kepada Zack. Ataukah ia mesti menyimpannya sendiri? Ia bingung menentukan sikap atas apa yang ia saksikan.'Aku harus bagaimana?' tanya Nabila di dalam hati.Pukul sebelas malam, terdengar suara mesin mobil yang memasuki pekarangan dan menuju ke dalam garasi. Zack kembali.Biasanya Nabila sudah berada pada mimpi indah bersama pria itu di dalam tidurnya. Namun, tidak kali ini. Ia masih belum bisa memejamkan mata sama sekali."Aku harus mengungkapkan semua ini kepada Zack!" Akhirnya ia telah memutuskan apa yang harus ia lakukan.Nabila bangkit dan beranjak dari ranjang. Masih dengan mengenakan piyama satin, ia melangkah keluar kamar. Kamarnya berada di lantai bawah tepat berhadapan dengan ruang tengah.Akan tetapi, ketika ia sampai di ruang tengah dan melihat Zack dari belakang, tampak lelaki itu sedang duduk di sofa di depan televisi sambil meletakkan ponsel di telinga. "Nabila? Hmm ... sepertinya dia sudah tidur. Kenapa, Babe?" Pria itu tengah menelepon seseorang.Nabila menghentikan langkahnya, ia tahu orang di seberang sana adalah Veronica. Ia pun mencoba mencuri dengar apa yang kira-kira dibicarakan oleh Veronica kepada Zack? Mengapa wanita itu menanyakan tentang dirinya?"Oh, aku kira ada apa," ujar Zack masih di saluran telepon.Nabila menebak kalau Veronica saat ini pasti khawatir jika ia mengadukan dirinya kepada Zack."Oke, have a nice dream, Honey ...." Zack tampak memutuskan hubungan telepon. Lalu pria itu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Ia terlihat sangat lelah.Entah mengapa Nabila tiba-tiba berubah pikiran. Ia merasa sebaiknya mengurungkan niatnya untuk menyampaikan apa yang terjadi antara Veronica dengan Andrew tadi pagi. Wanita manis itu tidak tega melihat Zack sedih dan kecewa. Pria tersebut sangat mencintai sang istri. Ya, Zack begitu memuja istri pertamanya.Nabila yang baru setengah jalan menuju ke sofa akhirnya berbalik langkah hendak kembali ke kamarnya. Wanita itu berjalan perlahan agar Zack tidak mendengar gerakannya. Akan tetapi–"Nabila?"Deg!Nabila terdiam ketika mendengar panggilan dari Zack. Sepertinya pria itu menangkap basah dirinya. Wanita itu pun langsung berbalik menghadap pria tersebut. "Eh, Zack," sapanya dengan perasaan gugup dan salah tingkah."Kamu belum tidur?" tanya pria yang selalu terlihat tampan di mata Nabila meskipun dalam keadaan lelah itu."Mmm ... sudah. Cu–cuma aku terbangun karena haus." Nabila gegas berjalan menuju ke ruang makan di mana terdapat dispenser air minum di sana. Ia tidak mau Zack berpikir yang macam-macam."Oh, begitu," sahut Zack dengan menatap heran ke arah Nabila yang menurutnya terlihat bersikap aneh saat ini.Nabila duduk di kursi makan, kemudian mengucap basmalah, lantas meneguk air di dalam gelas yang telah diambilnya dari dispenser dengan perlahan-lahan.Walau merasa heran dengan gelagat Nabila, tetapi Zack tidak mau membahasnya. Ia merasa lelah dengan pekerjaan di kantor yang cukup banyak beberapa hari belakangan.Nabila menatap Zack yang memijat tengkuknya sendiri. Ia lalu meletakkan gelas yang sudah habis isinya ke atas meja. Kemudian wanita manis itu mendekat ke arah sang pria.Entah keberanian dari mana, ia menyentuh pundak pria di hadapannya dan melakukan gerakan memijat di sana.Zack sedikit terkesiap dengan sentuhan yang tidak biasa itu. Darahnya seketika berdesir hangat. Bulu roma di sekujur tubuhnya pun berdiri tegak..NextSelama ini Nabila tidak pernah menyentuhnya secara langsung seperti ini, sebab biasanya dirinyalah yang duluan memulai. Namun, ia berusaha bersikap normal dan hanya bisa terdiam tanpa menolak apa yang dilakukan Nabila terhadapnya."Kamu kelihatan capek banget hari ini," ujar Nabila sambil terus memijat pria itu."Ah, iya. Beberapa hari ini di perusahaan sedang banyak proyek yang mesti aku kerjakan." Zack tersenyum kaku. Beberapa hari ini Zack memang berusaha menghindar dari Nabila sejak sikap aneh wanita muda itu muncul ketika ia membantu membersihkan matanya dari tumpahan tepung di dapur hari itu.Nabila mengitari sofa, kemudian mendaratkan bokongnya tepat di sebelah Zack. Namun, tiba-tiba pria itu bangkit. "Aku mau mandi dulu. Setelah itu mau tidur," ucapnya seraya hendak melangkah pergi menuju ke kamarnya. Zack sengaja ingin menghindar dari Nabila."Tunggu!" Nabila meraih pergelangan tangan pria di hadapannya.Zack menoleh ke arah wanita manis yang mengenakan piyama satin berwarna
"Apa kita akan menyiapkan makan malam di sini?" tanya Nabila basa-basi meskipun yang sebenarnya ia sama sekali tidak mengharapkan Veronica kembali. Ia menjadi membenci wanita itu sejak melihat kejadian di kamar hotel tersebut waktu itu."Aaah ... kamu benar!" seru Zack, "kita siapkan makan malam spesial buat Veronica!" Pria tampan itu tampak sangat antusias.Nabila kembali tersenyum palsu di hadapan Zack. "Oke," sahutnya singkat."Kita belanja habis ini!" ajak Zack dengan penuh semangat."Kamu nggak ke kantor?" tanya Nabila heran. Ini hari Jum'at, mestinya Zack harus ke kantor."Pekerjaan sudah banyak yang beres. Aku nanti bilang ke Suzan kalau tidak pergi ke kantor hari ini.""Oke. Terserah kamu," sahut Nabila dengan bibir yang setia tersenyum.Usai sarapan, keduanya pun pergi ke sebuah supermarket. Mereka memilah dan memilih bahan-bahan makanan yang akan mereka masak untuk menyambut kedatangan Veronica.***"Sorry, Babe, tadi batre hapeku kehabisan daya. Pesawatnya juga delay dua ja
Betapa terkejutnya Nabila menerima perlakuan intim seperti saat ini. Namun, ia benar-benar tidak dapat menolak. Bukankah hal seperti ini yang selalu ia idam-idamkan di dalam kesendiriannya selama ini?Dua detik. Tiga detik. Empat detik.Zack begitu intens memainkan bibir yang belum pernah dijamah seorang pria mana pun itu. Nabila pun kian terlena.Setelahnya, seakan tersadar, sang pria pun langsung meng-cut aktivitasnya. "So–sorry ...," lirih pria itu dengan mata yang berlari ke sana kemari. Entah mengapa ia malah menjadi gugup seperti itu.Nabila terpaku. Diam membisu. Hanya detak jantungnya yang seakan memburu. Bahkan napasnya terasa tersekat, hatinya tak ingin semua berlalu begitu saja.Zack lantas bangkit dan gegas melangkah ke luar kamar Nabila dan menutup pintunya tanpa berkata-kata lagi. Meninggalkan Nabila dalam ketermanguan. Ya, wanita muda itu seakan tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Zack ... Zack yang sangat mencintai dan sangat memuja Veronica baru saja mencium bi
Sebelumnya wanita muda itu terbiasa melihat kemesraan mereka. Namun, rasanya kini ia benar-benar tidak rela Zack berlaku manis kepada wanita yang ia tahu telah mengkhianati suaminya tersebut."I miss you too," sahut Veronica sembari menyambut kecupan sang suami.Keduanya tidak sadar, ada sepasang mata dan sepasang telinga yang mengawasi kegiatan intim mereka dengan hati yang panas terbakar.Akhirnya Nabila memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Ia benar-benar muak dengan pemandangan yang ada di depannya itu. Sebelum-sebelumnya ia memang sudah terbiasa melihat kemesraan kedua kekasih tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Ia dulu berharap Zack bisa memberi hati juga kepada dirinya dan membagi menjadi dua. Untuk Veronica sebagian, untuknya sebagian. Ia tidak mengharap Zack memberi seluruh hati kepadanya seorang.Akan tetapi, tidak untuk saat ini. Semenjak ia mengetahui kalau Veronica bermain api di luar sana. Wanita tersebut telah mengkhianati cinta tulus seorang Zack. Ia sungguh-sung
Tiba-tiba terdengar suara seorang anak kecil dari sebelah Nabila. Ternyata ada gadis kecil yang berusia sekitar empat tahun yang kini duduk di sampingnya di bangku panjang itu. Bocah tersebut terlihat sangat lucu. Matanya yang bulat besar menatap lekat ke arah perut wanita muda di sampingnya.Suara kecil nan lucu itu menarik Nabila dari lamunan. Ia refleks menoleh ke arah datangnya suara. Kedua ujung bibirnya serta-merta terangkat ke atas. "Yes, there is a baby in here," jawab Nabila sambil membelai kembali perutnya."How the baby out of it?"Nabila terdiam sesaat ketika pertanyaan polos itu terlontar begitu saja dari mulut kecil makhluk lucu itu. Sedetik kemudian, ia tertawa. "Kamu lucu sekali, Sayang ...," tuturnya sambil mencubit kecil dagu gadis mungil berpipi gembil tersebut.Gadis kecil itu menautkan alis pirangnya. Bertambah imutlah di mata Nabila."Merry ... you are here! I was looking for you over there ...."T
"Mmm ... sorry, Nabila ...." Zack tiba-tiba tersadar ketika sudut matanya melihat reaksi Nabila yang seperti ketakutan dengan sikapnya. Ya, memang baru kali ini ia merasa sangat kesal seperti ini kepada Veronica. "Eng ... nggak apa-apa, Zack," sahut Nabila dengan raut wajah tidak seperti biasanya. Degup jantungnya berdebar kencang karena terkejut dengan sikap Zack kali ini. Wanita muda itu langsung bangkit dan menuju ke arah dapur, lalu meraih sebuah sapu dan pengki.Ketika Nabila kembali dan hendak membersihkan beling-beling kaca gelas yang berserakan, tiba-tiba sapu di pegangannya disambar oleh Zack. "Sini! Biar aku yang bersihkan!" Pria itu pun langsung menyapu kekacauan yang telah ia perbuat.Nabila terpaku di sana. Pengki yang berada di tangan kirinya pun kini telah berpindah ke tangan pria di hadapannya.Seakan tersadar dari lamunan, Nabila lalu menyingkir tidak mau menghalangi Zack yang sedang membersihkan lantai. Ia kemudian kembali duduk
Entah mengapa seketika saja Nabila merasa takut dan berusaha mendorong keras pria tersebut. Tidak seperti waktu itu, ia menikmati sentuhan bibir sang pria. Namun, kali ini ia justru menjadi ciut. Karena sang pria melakukannya dengan cukup kasar.Zack melepas sejenak tautan bibir mereka karena tubuhnya sedikit tersentak ke belakang karena dorongan keras dari Nabila. Namun, kemudian ia kembali merapat dan menautkan kembali bibir mereka. Awalnya masih dengan kasar. Sehingga Nabila kelabakan. Ia merasa sedikit trauma, teringat pernah dilecehkan oleh Alex, adik angkatnya. Namun, karena menyadari ketidaknyamanan Nabila, dengan perlahan Zack pun mulai melembutkan gerakannya, sehingga pada akhirnya wanita muda itu berubah turut menikmati tautan intens tersebut. Zack mengangkat tubuh Nabila ke atas meja makan dan terus mencumbu wanita muda di hadapannya. Mereka seakan hanyut dalam arus gairah membara di sana.Kemudian Zack menggendong wanita muda itu dan
Veronica kembali mendelik. "Come on ... Andrew! Don't say like that anymore. Kamu tahu aku mencintai suamiku," protes Veronica, "hubungan kita hanya sebatas bisnis, okee? Lagi pula kamu juga sudah punya istri dan anak.""But, i love you, Veronica. Aku cemburu jika membayangkan kamu bersama suamimu itu," keluh Andrew."Jangan bicara omong kosong, Sayang ...." Veronica membelai wajah Andrew gemas, "aku tidak akan pernah melepaskan suamiku dan jadi simpananmu saja. Kamu bisa terus bersama istrimu dengan ... what ever about the reason." Veronica menghempas telapak tangannya ke udara. Andrew menatap lekat ke arah wanita cantik itu."Untuk apa aku mencari surrogate mother jauh-jauh ke tanah kelahiranku kalau ujungnya aku mesti berpisah dengan suamiku? Hhh, intinya aku tidak mau berpisah dengan Zack. Hanya dia yang orang tuaku terima. Hanya dia yang mencintaiku dengan tulus. Bahkan sekarang, aku yang malah mengkhianatinya. Huuuft ...." Veronica mengembu