“Aku telah membunuh Jonathan dengan cara yang hina dan menyakitkan,” beber Daniel kepada Ryo. “Benarkah? Aku bahagia mendengarnya hanya saja aku merasa sedikit kesal karena tidak bisa membalaskan dendam atas rasa sakit yang diderita oleh Jane,” balas Ryo. Daniel yang tadinya sedang berdiri menghadap jendela kini berjalan mendekati ranjang sepupunya, ia mendaratkan bokongnya di kursi yang berada di samping ranjang. “Aku sudah melakukannya untuk Jane, tidak ada yang perlu kau kesalkan lagi karena semuanya telah berakhir. Sekarang kita akan hidup dengan damai dan bahagia,” ucapnya. “Jangan cepat puas dulu, Daniel. Maih ada banyak masalah yang belum terselesaikan meskipun musuh besar kita sudah mati, masih ada Mark dan juga sisa anggota gengster kalajengking yang akan menjadi ancaman besar jika kita tidak segera tangani,” ujar Ryo. “Mark? Si bocah pembangkang itu memangnya bisa apa? Mark bukanlah ancaman besar bagiku,” timpal Daniel. Ryo menghela napas panjang sambil menatap wajah sep
“Honey, kamu sedang melihat apa? Kenapa wajahmu terlihat seperti itu?” Alice menepuk pelan bahu suaminya sembari menatap jalanan lalu menatap wajah Daniel secara bergantian. Manik hijau Daniel kini tertuju kepada Alice. “Aku baru saja melihat Mark dan Helena,” jawabnya. “Apa maksudmu? Mark dan Helena, kau melihatnya berdua bersama ataukah kau melihatnya secara terpisah?” Alice mengerutnya keningnya dan menatap mata suaminya untuk mencari jawaban yang ia cari. “Bersama-sama,” jawab Daniel dengan ekspresi wajah serius. Alice mendekati Daniel seraya mencengkeram erat lengan kemeja suaminya, manik biru indahnya lekat menatap wajah sang suami. “Daniel,” panggilanya dengan suara yang bergetar. “Aku tahu kalau kamu sedang ketakutan, Baby. Semuanya akan baik-baik saja jika kita bisa saling percaya, kau tahu sendiri betapa liciknya Helena dan dia akan menggunakan semua tipu muslihatnya untuk bisa memisahkan kita,” ucap Daniel sembari memeluk erat istrinya. “Aku takut pada diriku sendiri,
“Mark, apa yang kamu lakukan? Hentikan mobilnya,” ujar Alice yang mulai panik saat Mark membawanya pergi dari sekolah Andrew. “Pergi jauh,” jawab Mark singkat sambil menatap jalanan. “Hentikan mobilnya, aku mohon kepadamu agar jangan membuat masalah yang membuat keluarga kita terpecah,” pinta Alice. “Keluarga mana yang kau maksud, Alice?! Aku sudah tidak memiliki keluarga,” ujar Mark. “Mark, kami semua sangat menyayangimu dan kami perduli kepadamu. Daniel, Ryo apalagi Andrew yang setiap hari selalu menanyakanmu, kembalilah ke rumah dan perbaiki hubunganmu dengan Daniel,” ucap Alice. “Lalu, bagaimana denganku? Perasaanku? Apakah kalian tidak ada yang pernah memikirkan perasaanku?” Mark meninggikan suaranya, ia sesekali menatap Alice di tengah kegiatan mengemudinya. “Itu karena kau menginginkan sesuatu yang mustahil untuk kau dapatkan, kalaupun kami bersikap egois itu karena ada banyak hati yang akan hancur jika aku dan Daniel sampai berpisah. Hatiku, Daniel, mental Andrew dan juga
“Kenapa kau memanggilku datang kemari, Helena? Cepat katakan karena aku hari ini sangat sibuk,” ujar Mark seraya mendaratkan bokongnya di sofa empuk. Helena sedang memakai pakaian seksi, bagian bahunya terbuka dan bra tali yang melilit di belakang leher. Helena berjalan mendekati Mark dengan membawa dua kaleng bir dingin, ia dengan lancangnya duduk di atas pangkuan Mark sambil menggoda sang polisi tampan dengan menempelkan kaleng bir dingin ke pipi sang pria. “Apa kau sedang menggodaku? Aku tidak tertarik dengan wanita penggoda sepertimu, jadi … jangan buang waktumu dengan menggodaku,” kesal Mark. Helena tertawa lantang sambil terus membusungkan payudaranya ke tubuh Mark sedangkan tangannya terus bergerilya mengusap dada kokoh mantan adik iparnya. “Kau terlihat sangat tampan seperti Daniel kalau sedang kesal seperti ini, tenanglah Mark. Aku tidak tertarik dengan lelaki yang usianya lebih muda dariku, aku sangat menyukai pria matang seperti Daniel yang memiliki tubuh kekar menggoda,
“Tolong!! Pria ini mau memperkosaku,” teriak sang wanita sembari menutupi payudaranya dengan kedua tangan dan menangis palsu. Kedua petugas hotel memanggil keamanan dengan menggunakan walkie talkie lalu mereka mengunci tangan Daniel dan menjauhkan sang CEO dari sang wanita. “FUCK!! Apa-apaan, kau!! Aku dijebak, lepaskan aku!!”Daniel menghempas kedua lelaki berperawakan sedang hingga keduanya terlempar begitu saja ke lantai. Daniel menelepon Steve dan Ken untuk datang ke kamar tempatnya berada saat ini kemudian ia berjalan mendekati sang wanita yang sedang berpura-pura menangis di sudut kamar. Daniel mencekik leher jenjang sang wanita sambil menatap tajam wajah yang memiliki tato bunga mawar di dadanya, ia tahu kalau kejadian barusan adalah sebuah jebakan akan tetapi semuanya sudah terlambat. “Kau, lihat saja nanti!! Aku akan mencarimu lalu mencincang tubuhmu menjadi potongan-potongan kecil kemudian melemparnya ke rawa yang penuh dengan buaya,” ujar Daniel. “Lakukan saja!! Aku tid
“ALICE!! ALICE!!” Daniel menendang dan memukuli jeruji sel saat ia melihat istrinya mengalami pendarahan tepat di hadapannya akan tetapi ia tidak bisa berbuat apapun karena masih terkurung di dalam sel. “Cepat panggikan 911, bodoh!!” Ryo berteriak dan membentak Steve karena ia sedang panik. “Ba … baik,” ucap Steve. Mark mengangsurkan tubuhnya dan hendak membantu menggendong Alice akan tetapi tangannya langsung ditepis kasar oleh Ryo. “Biarkan aku menolong Alice, Ryo!!” “AKU TIDAK PERLU BANTUANMU, BERENGSEK!! Jauhi Alice atau aku akan menghajarmu sampai kau mati,” hardik Ryo. Mark mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menatap wajah pucat wanita yang sangat ia cintai yang sedang terbaring dalam rangkulan sepupunya. Jujur saja ia tidak ingin melihat Alice terluka atau tersakiti akan tetapi ia tidak memiliki pilihan lain, menjebak sang kakak dengan fitnahan kotor adalah jalan pintas terbaik dan tercepat agar ia bisa memisahkan Alice dan Daniel. Selang beberapa saat kemudian ambulanc
“Kenapa tidak mau makan?Apakah kakak takut makanannya aku bubuhkan racun?” Mark menatap tajam piring makanan yang tidak disentuh sama sekali oleh Daniel. Daniel tidak berselera makan sama sekali setelah mendapatkan kabar duka yang disampaikan oleh Ryo, ia sangat terpukul setelah kehilangan calon anak yang sedang dikandung oleh sang istri. Sang CEO yang biasanya terlihat kuat yang penuh kharisma kini terlihat begitu kacau dan ia hampir gila karena kembali menghadapi situasi sulit, Daniel tidak bisa menemani ataupun menghibur Alice yang kembali mengalami keguguran dan tentu saja keadaan ini membuatnya sangat tersiksa. Rumah tangga Daniel dan Alice tentu tidaklah semulus yang orang pikir meskipun mereka hidup bergelimangan harta, justru kehidupan pasangan suami istri itu banyak mengalami cobaan dan kali ini mereka sedang mereka hadapi cobaan terberat dimana keduanya kini terpisahkan oleh jeruji besi karena tuduhan palsu dari Angela. Mark berjalan mendekati sel tempat Daniel dikurung un
“Steve!! Apa kau baik-baik saja?” Frank merangkak mendekati Steve yang terkapar di lantai usai melindungi Alice dengan menggunakan tubuhnya. Steve melenguh pelan lalu membuka matanya. Pelipisnya mengalir darah segar karena terbentur dinding beton, tubuhnya tampak lemas dan dipenuhi banyak luka. “Nyonya Myers … bagaimana keadaan nyonya Myers?” “Nyonya Myers ada di sini, aku tidak tahu pasti bagaimana keadaannya. Steve, kita harus bisa melindungi Nyonya Myers dan memenuhi janji yang kita ucapkan kepada tuan Daniel,” jawab Frank. “Kau benar, Frank.” Steve berusaha bangkit meski tertatih. “Frank, kau gendong nyonya Myers dan aku yang akan melindungimu dari belakang,” titahnya kepada rekannya. “Oke, bawa ini.” Frank menyerahkan pistolnya kepada Steve lalu ia menggendong Alice di punggung agar memudahkan saat ia berlari. “Apakah tuan Daniel akan datang untuk membantu kita? Kita tidak bisa berbuat banyak tanpa bantuan tuan Daniel,” tanya Frank yang terlihat hampir putus asa. “Tuan Danie