“Magnus, jawab aku!” teriak Cassandra.
Langkah Magnus terhenti, pria paruh baya itu kembali berbalik dan menatap sengit Cassandra menunjukan ketidak sukaannya. “Kau tidak berhak bertanya tentang Naomi.”
“Aku ibunya! Aku berhak tahu kondisi Naomi!” Cassandra berteriak semakin keras.
“Ibu katamu? Apa kau sedang bercanda denganku?”
Suara napas Cassandra terdengar kasar, pertanyaan Magnus dan tatapannya yang merendahkan membuat amarah Cassandra semakin tersulut. “Aku tahu kau tidak suka aku dekat-dekat dengan Naomi, apa pantas kau tetap bersikap egois seperti sementara anak kita pergi entah ke mana sekarang?” lirih Cassandra terdengar begitu sedih.
“Naomi adalah urusanku, jangan ikut campur.”
“Mengapa kau begitu tega padaku Magnus? Aku berhak tahu apa yang terjadi pada puteriku sekarang.”
Magnus berdecih jijik. “Apa sekarang kau mengakui Naomi puterimu?”
“Magnus, seburuk apapun aku, aku ibunya,” jawab Cassandra tidak tahan.
Wajah Magnus mengeras tampak begitu marah. “Seorang ibu tidak akan meninggalkan anaknya begitu saja hanya karena anaknya disleksia, seorang ibu tidak akan mungkin memilih berselingkuh meninggalkan keluarganya dan lebih memilih mengasuh anak tirinya hanya karena dia lebih sehat dari anak kandungnya. Sekarang Naomi tumbuh sehat dan baik, apa setelah kau tahu Naomi tumbuh menjadi gadis yang luar biasa kau, mau mengkui bahwa kau ibunya? Tidak tau malu!” hina Magnus dengan tajam.
Cassandra membeku di tempatnya, wanita itu tidak dapat berkata apapun untuk membela diri karena itu memang kesalahannya di masa lalu.
Magnus melangkah lebar pergi meninggalkan ruangan makan, diam-diam tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras menahan amarah. Sampai matipun Magnus tidak akan memberikan Naomi kepada Cassandra.
Magnus berjuang keras mengurus Naomi seorang diri, membawa Naomi kemanapun dia pergi dan membantu puterinya memerangi kekurangannya. Kemana Cassandra saat itu? Dia sibuk menuntut perceraian pada Magnus demi menikah dengan selingkuhannya yang lebih kaya darinya.
Penghianatan Cassandra tidak akan pernah sedikitpun Magnus lupakan. Naomi adalah jiwanya, hartanya, satu-satunya alasan Magnus berusaha bekerja keras dan bertahan sampai sejauh ini.
Mengenai rencana Magnus menikahkan Naomi, Magnus tidak pernah membuat keputusan itu secara sembarangan, bahkan sebelum Magnus memutuskannya, dia mencari tahu siapa yang akan menikahi puterinya itu.
***
Sudah dua kali Naomi naik kereta, kini akhirnya dia sampai di kota North Emit, salah satu kota terbaik Neydish, salah satu kota dengan tingkat kejahatan paling rendah, angka pengangguran yang paling rendah, dan terkenal karena pelabuhannya yang memegang lima puluh persen import masalah pangan.
Naomi sengaja datang ke tempat ini karena dia tidak tahu akan berapa lama pergi dari rumah, jika uangnya habis, Naomi bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan, orang-orang juga tidak akan mudah mengenalinya. Naomi juga sadar bahwa dia adalah orang yang ceroboh mudah di tipu, setidaknya tempat ini akan membuat Naomi tidak begitu kerepotan.
Di tempat ini juga, ada paman dan bibi Naomi yang tinggal, jika terjadi sesuatu dia bisa langsung menemui mereka.
Sinar matahari pagi mulai terlihat di upuk timur, Naomi keluar dari stasiun kereta, menarik kedua koper besarnya dengan susah payah.
Sejenak Naomi duduk di halte bus sekadar melepaskan rasa lelahnya, gadis itu mengedarkan pandangannya dengan sebuah senyuman lebar merasakan sebuah adrenalin hebat bergejolak di dalam hatinya.
Ini untuk pertama kalinya Naomi melakukan perjalanan seperti ini, rasanya berbeda.
Ada harapan besar di dalam diri Naomi atas keputusannya datang ke sini, Naomi berharap bahwa dengan merantau jauh seorang diri seperti ini dia akan menjadi lebih mandiri. Naomi tidak ingin selamanya menjadi beban Magnus, Naomi harus membuktikan diri bahwa dia bisa hidup baik-baik saja meski tidak bergelimang harta lagi.
Jika Naomi dapat membuktikannya, ini akan membuat Magnus berhenti mengkhawatirkan dirinya.
***
Sebuah kapal pesiar mewah berhenti berlayar di sebuah lautan, lampu-lampu di setiap jendela yang meyala memperlihat lebih jelas setiap interior dan sudut kapal yang terdiri dari tiga lantai.
Seorang pria duduk di sisi kolam renang, melihat ke arah timur, memperhatikan cahaya matahari pagi yang kini mulai muncul.
“Apa masalahmu sulit di atasi?” tanya Hans yang kini terbaring di bangku kayu, menikmati hangat sinar matahari pagi.
Axel menggeleng dengan tenang, “Tidak ada masalah yang harus di atasi.”
“Kau sungguh akan melawan tuntutan beberapa pemegang saham?”
“Aku harus membuktikan bahwa aku bisa meminpin semuanya dengan baik. Sudah saatnya orang-orang berhenti menyatukan masalah pribadi dan bisnis,” jawab Axel dengan tegas.
Hans tertawa mendengarnya. “Axel, kau harus ingat awal kebangkrutan terjadi tahun Sembilan tujuh. Semua itu di karenakan kakekmu, setelah bercerai dan menjadi duda, dia suka bermain wanita, gila berpesta dan menghabiskan jutaan dollar uang perusahaan untuk bersenang-senang. Karena dia tidak bisa mengontrol keuangan, dia membuat perusahaan bangkrut, terlibat penggelapan pajak dan pencucian uang. Kegilaan itu menurun pada ayahmu hingga memiliki anak di luar nikah setelah bercerai dengan ibumu. Sangat wajar jika beberapa petinggi tidak setuju kau meminpin perusahaan jika belum menikah.”
“Persetan dengan pernikahan.”
“Bagaimana dengan nenekmu?”
Kali ini ini Axel tidak menjawab, apapun yang berhubungan dengan perintah dan permintaan neneknya, Axel tidak bisa melawan apalagi menolak.
To Be Continued..Axel Morgan, dia adalah seorang cucu konglomerat pemilik dua maskapai penerbangan di kota North Emit. Kehidupan Axel sedang berada dalam kegoyahan setelah paman tertuanya yang selama ini meminpin perusahaan meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil bersama isteri dan anaknya.Axel, dia yang memiliki hak waris atas semua kekayaan keluarga Morgan sedang di hadapkan situasi yang sedikit sulit.Semua itu di karenakan Axel belum menikah.Semua orang mengusik posisi Axel meski mereka tahu bahwa Axel sudah lebih dari lima tahun lamanya Axel juga bekerja di maskapai penerbangan, mendedikasikannya pada pekerjaan, membuktikan kinerjanya yang baik.Beberapa petinggi meragukan peminpin yang belum menikah, semua itu di sebabkan karena Kakek Axel terdahulu, yaitu Willson dan juga ayah Axel, yaitu Gillbert.Willson adalah seorang pria yang sangat kompeten dalam meminpin, dia juga sangat pandai berbicara dan mengatur banyak pekerjaan. Kehebatan Willson dalam bekerja membuat maskapai penerbangan yang d
“Apa urusannya denganmu? Kenapa ingin tahu?” tanya balik Naomi dengan ketus.Masih dengan senyuman ramahnya Jamal menunjuk ke atas, tepatnya ke jalan penyebrangan yang tidak jauh dari posisi mereka. “Dalam satu tahun ini, sudah ada tiga orang yang duduk di sini dan menangis sepertimu, lalu mereka melompat dari atas sana untuk mengakhiri hidup mereka.”Bulu kuduk Naomi meremang merasakan ketakutan yang begitu kuat. “Aku kesulitan mencari apartement,” pada akhirnya Naomi memberitahu masalahnya.“Lalu?”“Aku butuh apartement murah namun bagus,” jawab Naomi malu.Jamal bersedekap, meneliti barang bawaan Naomi dan penampilannya yang tidak menunjukan bahwa Naomi adalah gadis biasa. Jamal pun berkata, “Kebetulan aku tinggal di sini, di apartement Luxury itu” Jamal menunjuk sebuah gedung apartement di sisi pantai.Mata Naomi berbinar seketika seakan keputus asaannya sirna hanya dengan mendengar jawaban Jamal. Naomi sangat berharap jika melalui orang asing yang baru beberapa menit dia kenal i
“Bagaimana keada’anya?” Tanya Axel sambil bersedekap, pria itu berdiri di sisi jendela melihat keluar klinik.“Pergelangan tangannya terkilir dan bengkak, lututnya terluka, kaki kirinya di gips karena cedera, ada retakan di tulangnya. Butuh dua bulan, agar akan sembuh total,” jawab Adela sambil menuliskan resep obat. “Kau menabraknya? Apa ada saksi?” Tanya Adela seraya memberikan selembar resep obat kepada Axel.“Aku harap tidak ada saksi,” bisik Axel dengan serius.“Kau harus mengurusnya dan bertanggung jawab dengan baik Axel, jangan menambah masalahmu dengan lari dari tanggung jawab.”“Aku tahu.”Axel langsung pergi keluar dari ruangan Adela begitu mendapatkan resep obatnya.Axel pergi menemui Naomi, apapun yang terjadi, dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya dan membuat gadis cerewet itu tutup mulut.Pergerakan kecil Naomi yang kembali terbangun dari pingsannya membuat Axel semakin mendekat dan berdiri di sisi ranjangnya, pria itu memasang ekspresi dingin memperhatikan gera
Wajah Axel mengeras menahan amarah, pria itu bersedekap menatap Naomi dengan penuh permusuhan, teriakan kencang Naomi berhasil membuat Axel mendapatkan tatapan penuh penghakiman dari orang-orang di sekitarnya.“Apa sebenarnya maumu?” tanya Axel dengan geraman.“Kau tidak lihat tangan dan kakiku?” Naomi menunjuk kakinya yang di gips dan tangannya yang terbungkus terlihat bengkak. “Aku baru datang ke kota ini seorang diri membawa ransel besar dan koper besar tanpa tujuan dan tanpa sanak keluarga. Setelah menabrakku, kau akan meninggalkanku begitu saja? Aku tidak bisa mengurus diriku sendiri, bahkan berjalanpun aku kesulitan. Setidaknya bertanggung jawablah” desak Naomi. “Hey bocah kecil, aku sudah bertanggung jawab membawamu ke klinik dan memberikanmu uang konpensasi, jika kau membutuhkan lebih dari ini kau tidak ada bedanya dengan memerasku,” ucap Axel dengan sengit.“Tapi itu tidak cukup! Aku mengalami kerugian besar.”Axel menyeringai jahat, pria itu tampak jengkel mendengar celoteh
“Naomi tidak ada, kami terakhir kali berkomunikasi satu minggu lalu,” kata Jaden setelah mendengarkan semua cerita Magnus.“Kupikir dia datang padamu,” ungkap Magnus terlihat kecewa dan sedih.“Saya sungguh tidak tahu,” jawab Jaden terlihat bingung dan ikut dibuat khawatir.“Jaden, apa kau bisa membantuku mencari Naomi?” tanya Magnus terdengar putus asa. “Tidak perlu membawanya pulang, hanya perlu memastikan bahwa Naomi baik-baik saja.”Jaden terdiam dalam kebingungan, sulit untuk Jaden menolak permintaan Magnus apalagi Naomi juga sangat berarti untuknya. “Paman, saya sedang di promosikan menjadi direktur, untuk waktu dekat saya tidak bisa meminta cuti,” jawab Jaden dengan berat hati.Magnus menghela napasnya dengan kesulitan. “Baiklah, tidak apa-apa,” ujar Magnus dengan senyuman memaksakan.“Paman” Jaden mendorong segelas air agar Magnus bisa sedikit lebih tenang. Usai Magnus kembali terlihat tenang, Jadenpun kembali melanjutkan ucapannya. “Mengapa Naomi pergi dari rumah?”Magnus t
Butuh waktu lebih dari sepuluh menit Axel berkendara sampai akhirnya kini dia berada di depan klinik. Dengan terburu-buru Axel berlari keluar dari mobilnya dan segera memasuki klinik.Kedatangan Axel hanya di sambut seorang perawat, ranjang tempat dimana gadis itu terbaring kini sudah kosong, sang perawat memberitahukan jika gadis itu sudah pergi beberapa menit yang lalu.Terburu-buru Axel berlari keluar klinik, pandangan pria itu mengendar dan menatap tajam ke setiap penjuru arah sampai akhirnya kini pandangannya terpaku pada sosok gadis itu yang kini duduk di di bangku kayu tengah sibuk menangis seperti anak kucing yang tersesat dan tidak tahu kemana arah pulang.Gadis itu terlihat bersedih dan kebingungan dengan keadaannya sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Axel menarik napasnya dalam-dalam, pria itu terasadar, dia akan menjadi pria yang begitu jahat jika tidak kembali lagi untuk menemuinya di sini dan meninggal
Setengah jam mengemudi ke sana-kemari, pada akhirnya Axel membawa Naomi ke rumah pribadinya.Axel tidak memiliki banyak pilihan selain membawa Naomi ke rumahnya, ini adalah tempat teraman untuk Axel terhindar dari banyak masalah. Lagi pula, Axel tidak akan menampungnya lama-lama, setelah Sharen kembali, sekretarisnya akan mengurus Naomi.Di rumah ini, Axel memiliki keamana yang ketat, Naomi tidak bisa bertindak apapun, akan lebih bagus jika Naomi bertindak hal yang buruk dengan begitu Axel bisa balik melaporkan Naomi dan mengusir gadis itu langsung ke sel penjara.Kedatangan Naomi dan Axel di sambut oleh David, kepala pelayan. Pria paruh baya itu menyapa Axel namun tatapannya tertuju kepada Naomi yang menyusul keluar, sorot mata David terlihat tajam di balik kacamata yang dia kenakan, dengan cepat David melihat Axel kembali dan tersenyum formal. “Nyonya Teresia datang dan ingin berbicara dengan Anda,” kata David.“Antar gadis ini ke kamar tamu,” titah Axel menunjuk Naomi. Tanpa berka
David berlari tergesa keluar dari rumah begitu tidak menemukan keberadaan Teresia di dalam. Usai berkenalakan dengan Naomi dan memastikan wajahnya adalah orang yang sama dengan apa yang David pikirkan, kini David harus sesegera mungkin memberitahukan hal ini kepada Teresia.Kaki David melangkah lebar, dengan terkopoh-kopoh dia menuruni tangga, bibirnya yang terangkat hendak berteriak memanggil Teresia yang kini langsung terkatup rapat karena Teresia di antara oleh Axel.Axel tidak boleh mengetahui apa yang ingin David katakan kepadanya.Perlahan langkah David terhenti, pria paruh baya itu mengurungkan niatnya untuk memberitahukan apa yang terjadi. “Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Aku harus menemui nyonya nanti malam,” pikir David dengan serius.Di kejauhan Axel melambaikan tangannya melihat kepergian mobil Teresia, pria itu segera membalikan badan dan melihat David yang masih berdiri di tempatnya, sibuk dengan pikirannya sendiri.“Kenapa diam saja di situ? Kau sudah melakukan t