Happy Reading and Enjoy~
Arthur tidak tau apakah perbudakan tempat Nathalie berada memaksa mereka makan dengan gaya anjing atau tidak, tapi melihat bagaimana Nathalie makan sepertinya tempat itu memang mengajarkan budak-budak mereka makan dengan gaya hewan.
Setelah memandikan dan memakaikannya baju, Arthur menghidangkan makanan yang langsung dilahap Nathalie dengan rakus. Gadis itu meletakkan piringnya di lantai lalu makan langsung dengan menggunakan mulutnya, mengabaikan sendok beserta garpu yang tersedia.
Sadar bahwa Arthur memperhatikannya, gadis itu menatap Arthur sengit bercampur takut. Seolah-olah Arthur akan mengambil makanan gadis itu.
Nathalie sendiri memilih membawa piringnya menghadap ke arah lain, memunggungi Arthur.
Arthur meringis, ia merasa punya hewan dalam wujud manusia. Dia berjalan mendekati Nathalie, berjongkok di hadapannya sembari tersenyum lembut.
''Aku tidak akan mengambil makananmu, kau boleh makan sesukamu kapanpun kau mau. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya makan dengan benar.''
Arthur mengambil piring Nathalie yang berada di lantai, membawanya kembali ke meja makan lalu mengedikkan dagunya untuk menyuruh Nathalie duduk di atas kursi.
Dia mengacak rambut Nathalie pelan sebelum melangkah ke kursinya sendiri. Arthur mengambil sendok beserta garpu, mengangkatnya untuk memperlihatkan pada Nathalie.
''Ini sendok, dan ini garpu. Kau harus memakainya saat makan, seperti ini—"
Nathalie tidak mengikutinya, gadis itu memperhatikannya dengan kedua mata membesar. Dahinya berkerut sebelum wajahnya perlahan tampak berbinar. Seolah-olah dia sudah mengingat apa yang pernah dilupakannya.
Meskipun masih terlihat kaku, tapi Nathalie menggunakan sendok beserta garpu dengan baik. Tidak perlu membuang waktu lebih lama lagi, dia kembali melanjutkan makannya.
Mengenakan sendok bukan membuatnya terlihat anggun. Tetap saja beberapa nasi berserakan di sekitar ujung piringnya, bahkan ada beberapa yang terjatuh di atas meja.
Arthur terkekeh pelan, ia berjalan mendekat ke arah Nathalie, memperhatikannya beberapa detik sebelum mengelus lembut rambut gadis itu untuk membuatnya mendongak.
''Kau seperti bayi baru lahir.''
Ia menunduk untuk mengecup ujung bibir Nathalie sebelum membersihkan sisa-sisa makanan yang berada di sana.
''Aku senang kau menghabiskan semuanya. Bahkan makan dengan lahap, tapi aku ingin kau memperbaiki cara makanmu.''
Arthur menangkup kedua pipi Nathalie, menatapnya dalam.
''Aku ingin dalam seminggu kau memperbaiki apa yang pernah dirusak oleh mereka. Tapi jika hal itu membuatmu mengingat siapa dirimu sebelum menjadi budak, maka aku akan membawamu kembali ke sana.''
Ia tersenyum singkat. Menyelamatkan dan mengajarkan Nathalie sudah lebih dari cukup untuk gadis itu. Katakan secara tidak langsung ia tetap saja mengekang Nathalie.
Singkatnya, Arthur ingin membuat Nathalie tetap berada di sisinya sampai kapanpun. Tidak peduli jika suatu saat nanti dirinya menikah, ia akan membawa Nathalie tinggal bersama istrinya kelak. Satu hal yang pasti, Arthur tidak akan membiarkan Nathalie menyukai orang lain, itu akan membuat gadis itu memberontak dan meninggalkannya.
Dirinya egois? Tentu saja tidak, karena itulah arti budak sesungguhnya. Mengikuti tuannya sampai hembusan napas terakhir.
Nyatanya, tidak ada manusia di dunia ini yang membantu tanpa mengharapkan imbalan. Semua punya sisi buruk, tergantung bagaimana cara mereka mengelola sikap. Dalam masalah ini, Arthur memilih bersikap buruk dengan kebaikan semu.
Nathalie hanya menatapnya dengan dahi berkerut, tapi saat ia mengerti arti 'sana' yang di maksud Arthur kedua matanya seketika membesar. Gadis itu menggeleng takut, meremas kemeja Arthur dengan tatapan memohon.
Arthur tersenyum lebar sebelum menggendong tubuh Nathalie. Membawanya ke kamar, sebentar lagi dokter akan datang untuk memeriksa keadaan gadis itu.
Keputusan yang bijak menyuruh dokter wanita memeriksa Nathalie. Melihat wajah budaknya yang cantik dan tubuhnya yang putih, lelaki manapun pasti akan tergoda. Sejauh yang pernah dijual di pelelangan, Nathalielah yang tercantik.
Arthur menangkup payudara Nathalie, mengukur ukurannya melalui tangannya. Tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Mungkin jika tubuh gadis ini sedikit lebih gemuk, payudaranya akan membesar. Arthur mengerutkan dahinya, sepertinya bokong gadis ini juga kehilangan dagingnya.
Ia mengangkat Nathalie, membuat gadis itu berdiri lalu menangkup bokong Nathalie dengan satu tangannya. Meremasnya pelan sebelum tersenyum puas. Seperti yang sudah diduga, bokongnya dan payudaranya bisa bertambah jika Nathalie menambah berat badannya.
Nathalie tidak memberontak, tapi kedua matanya membesar. Ia bergerak gelisah, tidak nyaman atas perlakuan Arthur.
Hampir saja ia lupa, meskipun diam dan menerima semua perlakuannya. Nathalie memiliki pikiran dan reaksi, gadis itu mengenali perbuatan kasar dan tidak senonoh orang lain padanya. Meskipun tidak terlalu kentara, Arthur melihat semburat merah samar di pipi gadis itu.
Ia menaikkan alisnya sebelah, apa gadis itu malu?
Senyum miring terlukis di bibirnya, Arthur memainkan tangannya yang berada di bokong Nathalie. Ia ingin melihat reaksi gadis itu.
Nathalie bergerak tidak nyaman, gadis itu menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya meremas lengan Arthur, sementara matanya bergerak gelisah. Seolah-olah bertanya apa yang telah terjadi padanya, dan bagaimana cara mengakhirinya.
Sebelah tangannya mengusap bibir bawah Nathalie.
''Jangan menggigitnya, kau bisa menyakiti dirimu sendiri.''
Arthur terkekeh pelan, ia seperti menggoda anak kecil. Dan entah kenapa sepertinya menarik membuat gadis ini kebingungan dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.
Ia mendaratkan bibirnya pada bibir Nathalie, menggodanya dengan kecupan-kecupan kecil sebelum berpindah pada leher jenjang gadis itu. Dapat dirasakan tubuh Nathalie menegang, remasan gadis itu pada lengannya semakin menguat.
''Kau suka?''
''Kau ingin aku berbuat lebih?''
''Kalau kau tidak menjawab, itu berarti kau menyetujuinya.''
Arthur masih menciumi leher Nathalie dengan kecupan-kecupan kecil.
Sebelum menjauhkan wajahnya, ia menghisapnya dengan kuat. Membuat tanda kissmark di leher putih gadis itu.
Arthur menatap wajah memerah Nathalie dengan puas, napas gadis itu terputus-putus. Ia menangkup kedua pipi Nathalie.
''Kau belum berbicara sejak aku membawamu. Coba ucapkan namaku, Arthur.''
Nathalie menggeleng.
''Ucapkan.''
Tetap menggeleng.
''Ucapkan atau kupulangkan ke tempat itu.'' Arthur memaksa.
Nathalie menunduk, tapi kedua tangan Arthur menahannya.
''Ucapkan.''
Menelan ludah dengan susah payah. Gadis itu membuka bibirnya dengan ragu-ragu, lalu menutupnya lagi.
''Ucapkan.''
''A ... Ar ... Art ... Thur.''
Arthur tersenyum lebar, ia mengecup dahi Nathalie.
''Gadis pintar. Ucapkan lagi dengan lancar, aku ingin mendengarnya.''
Nathalie menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
''Kau bisa, Sayang. Ayo ucapkan.''
''Ar ... Thur.''
''Lagi.''
Nathalie memundurkan tubuhnya, menggeleng kuat-kuat dengan kedua mata berair. Hanya menunggu waktu sampai kedua mata itu penuh air dan siap-siap terjatuh.
Arthur menghela napas, tangannya membelai rambut Nathalie lembut.
''Ayo ucapkan, kau pasti bisa. Aku berjanji tidak akan membawamu ke tempat itu lagi jika kau berhasil mengucapkan namaku dengan lancar.''
Nathalie tidak bergerak, tidak menggeleng. Gadis itu berdiri dengan tubuh kaku.
Arthur mengangkat jari kelingkingnya.
''Aku berjanji.''
Melihat Nathalie menatap tangannya dengan bingung, Arthur membawa jemari Nathalie lalu memilih mengaitkan kelingking gadis itu ke kelingkingnya.
''Kau mau tinggal denganku selamanya, kan?''
Nathalie mengangguk.
''Kalau begitu ucapkan namaku dengan lancar.''
''Arthur.''
Ia terkekeh senang. Ternyata seperti ini perasaan pemilik saat melihat hewan peliharaannya melakukan apa yang diajarkannya.
''Aku suka kau menyebut namaku.'' Arthur mengecup ujung hidung Nathalie.
''Aku akan membuka pintu, dokter yang akan memeriksamu sudah datang.''
Baru saja ia melangkah, Nathalie menahan lengannya. Menggeleng ketakutan saat menyadari Arthur akan pergi meninggalkannya.
''Aku tidak akan lama, aku akan kembali lagi.''
Nathalie terisak. Gadis itu menggeleng kuat-kuat.
Ia mengecup kedua pipi Nathalie. ''Sebentar saja.''
Cukup lama sampai akhirnya Nathalie mengangguk. Gadis itu meringkuk di kepala ranjang, memeluk tubuhnya. Arthur menghela napas perlahan sebelum melangkah pergi membukakan pintu untuk dokter Irene.
Bersambung~
Happy Reading and Enjoy~''Tidak ada masalah yang serius selain luka-lukanya yang cukup parah. Satu-satunya masalah serius adalah kejiwaannya. Aku tidak mau tahu apa yang sudah kau lakukan pada wanita ini karena itu bukan urusanku, tapi karena sekarang dia adalah pasienku, maka ini sudah menjadi tanggung jawabku.''Arthur menahan senyum. Wanita tua yang sialnya dokter khusus yang ditugaskan untuknya ini selalu ingin tahu semua urusannya, lalu mengadukannya pada Lucas dengan tambahan sedikit bumbu dramatis.''Tidak ada yang perlu kau ketahui, Irene. Aku hanya menolongnya, bilang pada daddy anaknya ini sudah menjadi lebih dewasa dan baik.''Irene terbatuk, dengan salah tingkah menaikkan kacamatanya.''Aku tidak pernah bilang apapun kegiatanmu pada Lucas. Jangan membuatku seolah-olah terlihat menjengkelkan.''''Kau bahkan tidak sadar jika dirimu menyebalkan.'' Arthur berdec
Happy Reading and Enjoy~Arthur mengangkat alisnya sebelah, sedikit gugup melihat Ara yang menajamkan pandangannya.''Gadis yang di dapat di tengah jalan? Jangan pikir aku tidak tahu siapa dia, kau lupa Alex punya kegemaran yang sama denganmu?''''Baiklah, baiklah.'' Arthur menggenggam kedua bahu Ara, mendorongnya masuk ke kamar.''Aku memang tidak pernah bisa membohongimu. Dia budak yang kubeli dari klub, kuyakin Alex juga tahu.''''Kau tidak biasanya beli budak apalagi memeliharanya. Jangan bilang karena masalah itu.''Arthur menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.''Tentu saja bukan. Aku hanya butuh barang untuk bermain-main. Akhir-akhir ini aku sedikit bekerja keras karena masalah Allard dan aku butuh sesuatu yang bisa membuat pikiranku segar.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Terserah padamu, tapi bukankah dia terlihat seperti
Happy Reading and Enjoy~Nathalie semakin beringsut di balik bahu Arthur. Menatap takut ke arah lelaki bermanik abu di hadapannya. Kedua tangannya meremas jas Arthur hingga kusut.Arthur menghela napas. ''Bisakah kau tidak memperhatikannya. Lihat, dia bahkan seperti kelinci yang ketakutan.''''Kau yakin dia bukan mata-mata yang dikirim musuh padamu? Biasanya musuh mengirim wanita yang terlihat lugu dan polos untuk membuat orang-orang seperti kita merasa kasihan.'' Allard berdecih, menatap tidak suka ke arah Nathalie.''Aku membelinya langsung saat pelelangan, bagaimana bisa dia mata-mata. Lagipula klub David's terkenal dengan pelayanan dan transaksinya.''Allard mengangkat kedua bahunya dengan gaya acuh tak acuh.''Mungkin aku yang terlalu khawatir. Aku akan menyuruh pelayan mengantar makan padanya di depan pintu. Aku bahkan belum pernah men
Happy Reading and Enjoy~Nathalie meringkuk di sudut kamar, punggungnya menyentuh ranjang. Ia sudah melakukan semuanya, sudah belajar lebih baik lagi.Bahkan dirinya sudah bisa makan tanpa berserakan, ia juga sering mandi. Semua sudah dilakukannya, tapi kenapa Arthur masih belum menjemputnya?Nathalie menyentuh lantai marmer ruangannya dengan jari telunjuk, membentuk lingkaran secara berulang-ulang. Ia mengerutkan dahi mendengar langkah kaki yang mendekat.Gelap dan sendiri membuatnya peka terhadap bunyi. Ini bukan jadwal makan, tapi mengapa ada orang yang datang? Apa mungkin itu Arthur?Ketika memikirkannya ia tersenyum lalu berdiri, berlari ke arah pintu dan mengintip dengan antusias. Lalu seketika senyumnya padam, Nathalie tidak mengenal orang itu. Bahkan pakaiannya tidak seperti pakaian yang biasa mengantarkan makanan padanya.Lalu siapa
Happy Reading and Enjoy~ ''Selamat ulang tahun, Nathalie.'' Nathalie tersenyum lembut, gadis itu menoleh ke arah kekasihnya. ''Kau menyiapkan semua hadiah ini untukku?'' tanyanya dengan suara pelan. Tom mengangguk lalu mengecup dahi Nathalie dengan sayang. ''Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu senang.'' Waktu itu ulang tahunnya yang ke-25. Tepat saat Tom ingin melamarnya. Suasanya cukup meriah hingga tidak ada yang sadar semabuk apa Nathalie pada malam itu. Para tamu juga mabuk dan tidak terlalu menyadari apa yang terjadi. Nathalie sendiri sudah berdiri dengan kepala berdenyut, langkahnya menjadi tidak stabil. Gadis itu datang ke kamar yang sudah dipesan Tom untuk merayakan ulang tahun kedewasaannya. Seperti janjinya pada lelaki itu, ia akan tidur dengan Tom tepat pa
Happy Reading and Enjoy~Kedua mata gadis itu berbinar saat mereka memasuki toko boneka. Arthur sudah memesannya, toko itu harus kosong sebelum mereka sampai. Nathalie pasti tidak bisa berada di tempat ramai.Tanpa mempedulikan Arthur, gadis itu berlari menuju boneka beruang yang besar. Boneka yang bahkan lebih besar dari tubuhnya sendiri. Nathalie menoleh ke arah Arthur dengan senyum lebar.''A-aku m-mau ini,'' katanya semangat.Arthur tersenyum. ''Hanya itu? Kau bisa membeli boneka lain jika kau mau.''Nathalie buru-buru menggeleng. ''A-aku hanya m-mau yang ini.''Gadis itu terdiam, men
Happy Reading and Enjoy~Arthur terdiam menatap wanita cantik yang berdiri di dalam apartemennya, di gendongannya ada Nathalie yang terlelap.''Mom,'' sapanya pelan. Tidak percaya bahwa ibunya akan mengunjunginya tanpa memberitahu terlebih dahulu.Sementara Clara menatap anaknya dengan senyuman, tetapi dahi wanita itu berkerut. Menatap bingung ke arah wanita yang berada dalam gendongan Arthur—atau lebih tepatnya mencoba mengenali siapakah wanita itu.Kepalanya bergerak untuk memerintahkan Arthur membawa Nathalie ke dalam kamar terlebih dahulu.Arthur menelusuri ruangan apartemen dengan matanya, memeriksa apakah ayahnya ikut atau tidak. Rasanya mustahil jika ayahnya membiarkan ibunya pergi mengunjunginya tanpa dikawal. Dengan sikap posessif yang mengerikan itu, Lucas pasti datang juga ke kediamannya.Setelah membaringkan Nat
Happy Reading and Enjoy~''Clara, apa kau tidak lihat wajah Arthur? Anak kita itu tidak senang jika kita menginap di sini. Kita akan mengganggu kegiatannya dengan budak itu.''''Nathalie, Lucas. Wanita itu punya nama, jangan memanggilnya dengan sebutan budak.''Clara menatap Lucas tajam, memperingati. ''Aku masih ingin berada di sini. Arthur katakan, apa kau tidak mau mommy tinggal denganmu?''Tatapan Clara tertuju pada Arthur sepenuhnya. Ini memang selalu menjadi yang terumit. Sementara ayahnya sendiri memberi kode agar Arthur mengangguk. Ia tahu Ayahnya ingin berduaan dengan ibunya, tapi jika dirinya menuruti perkataan ayahnya, ibunya akan berkecil hati. Mau tidak mau sasaran yang paling empuk menimpakannya pada Nathalie. Arthur menoleh pada Nathalie yang bersembunyi di belakang tubuhnya. Gadis itu mencengkram erat kemeja yang dikenakannya, tangannya sendiri bergetar. Nathalie tidak terlalu takut dengan Clara, gadis itu bahkan mudah akrab dengan ibunya. Lain halnya dengan Lucas