SBY 27Hampir tengah malam, seunit mobil sedan berhenti di depan kediaman Tanto di Antapani. Sang pemilik rumah keluar bersama Erie, kemudian Tanto membukakan pagar agar kedua tamunya bisa masuk. Setelah bersalaman dengan Tanto, Harry berpindah untuk mendekap Erie yang membalas dengan pelukan erat. Keduanya saling mencurahkan kerinduan tanpa kata-kata dan baru mengurai dekapan saat diledeki Samudera. Tanto mengajak kedua lelaki berjaket hitam memasuki ruang tamu, sesaat setelah taksi menjauh. Mirna muncul sambil membawa nampan berisikan hidangan buat para tamu. Dengan santainya Mirna memaksa duduk di samping kiri Harry, lalu berkata, "Duduk dempetan sama yang cakep. Semoga gantengnya nular ke anakku." "Papa nggak cakep, gitu?" tanya Tanto yang duduk berdampingan dengan Samudera di kursi samping kiri. "Manis, doang," balas Mirna. Tanto berdecih. "Banyak yang demen sama Papa, loh, Ma." "Biarin aja demen. Asal jangan berani nempel-nempel. Tak kruwes!" desis Mirna yang menciptakan
SBY 28Hari-hari selanjutnya dunia Erie terasa begitu cepat berputar. Sejak selasa siang, dia harus mendatangi salon di deretan ruko utama kompleks. Perawatan khusus buat calon pengantin menyebabkan Erie selalu tertidur di setiap sesi pemijatan. Kamis siang, kediaman Hendra yang dipasang tenda hijau dan putih, didatangi banyak orang. Seorang ustazah yang sering mengisi kajian di masjid, diundang untuk memberikan tausiah. Erie keluar dari kamarnya di lantai dua, dengan menggunakan gamis sage dan jilbab senada. Penampilannya yang sangat berbeda dari hari-hari biasa, menjadikan Erie menjadi pusat pandangan khalayak. Satu demi satu susunan acara dilaksanakan dengan tertib. Kala sang ustazah memulai tausiah, Erie mendengarkannya dengan saksama. Perempuan berjilbab sage merasa malu karena dirinya telah melanggar hukum agama. Sebab itu Erie bertekad untuk lebih memperdalam agama dan menjadi manusia yang lebih baik. Seusai tausiah, Erie dan keluarganya berdiri membentuk deretan sejajar. M
SBY 29Jumat siang, beberapa mobil melaju di jalan bebas hambatan menuju Kota Bogor. Kala melintasi rest area, semua sopir menekan klakson sebagai kode buat tim lainnya yang telah menunggu. Kelompok kedua yang merupakan keluarga besar Harry, mengekori deretan mobil berbagai tipe dan warna yang merupakan tim dari keluarga Erie. Belasan mobil melaju dengan kecepatan sedang. Para sopir berusaha mempertahankan posisi masing-masing agar tidak terlampau dekat dengan mobil di depannya. Keluar dari pintu tol, konvoi meneruskan perjalanan menuju resor di pinggir kota. Tidak ada yang berani berhenti agar tidak tertinggal rombongan. Sesampainya di tempat tujuan, mobil paling depan berhenti. Alfian turun dan menunggu mobil keluarga Harry mendekat. Pria beralis tebal menaiki samping kiri kendaraan sambil berpegangan ke besi di dekat pintu. Alfian mengarahkan kelompok tersebut berbelok ke kiri dan melintasi jalan yang berbeda dengan yang dilewati tim keluarga Erie. Kedua kelompok dipisahkan ar
SBY 30Lebih dari seratus manusia berkumpul di taman luas yang telah diubah menjadi tempat pernikahan. Tidak seperti acara pernikahan lainnya, Harry dan Erie telah meminta untuk tidak dibuatkan pelaminan megah. Hanya ada deretan beberapa kursi di belakang tempat akad yang akan digunakan sebagai area acara sungkeman. Selain itu, ada tempat khusus buat pelaksanaan saweran, yang berada di tengah-tengah taman. Sebagai ganti pelaminan, wedding organizer mendirikan empat spot foto, khusus digunakan semua tamu untuk berfoto dengan kedua mempelai, yang nantinya akan berkeliling mendatangi khalayak. Tepat pukul 08.00 waktu setempat, kedua kelompok keluarga mempelai bergerak menuju taman. Rombongan besar yang tiba dalam waktu yang bersamaan, segera diarahkan pihak panitia dari wedding organizer menuju dua area terpisah. Keluarga Harry yang mengenakan pakaian serba krem, menempati deretan kursi sebelah kanan. Sementara keluarga Erie yang menggunakan pakaian salem, menempati area kiri taman.
SBY 31Sepanjang hari Selasa dihabiskan Harry dan Erie di rumah sakit. Sebab mereka akan berangkat ke luar negeri hari Minggu nanti, Erie memutuskan melakukan operasi kecil untuk mengangkat daging kecil di telapak kakinya. Erie tidak mau kondisi kaki yang ada benjolan akan menjadikannya kesulitan beraktivitas di Sydney. Perempuan yang rambutnya dipotong sedikit lebih pendek, tidak mau merepotkan suaminya dan ingin mandiri. Kendatipun hanya operasi kecil, dokter yang menanganinya meminta Erie beristirahat di rumah sakit selama beberapa jam. Seusai salat asar barulah pasangan pengantin baru keluar dari ruang perawatan.Setibanya di kediaman orang tuanya, Erie keluar dari mobil dan jalan dengan hati-hati menuju teras. Sementara Harry membawakan barang-barang yang tadi dibeli, sebelum menyusul istrinya. "Kok, sepi?" tanya Erie sambil duduk di sofa ruang tengah. "Ayah sama Ibu lagi takziah," terang Lisa yang sedang menonton televisi sambil mengunyah keripik kentang. "Al lagi ke rumah t
SBY 32Isak tangis mewarnai acara perpisahan Harry dan Erie di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Masing-masing Ibu mendekap anak mereka yang mungkin akan lama bisa kembali ke tanah air. Hendra dan Farid terlihat lebih tegar dibandingkan Wiryani dan Yunia. Demikian pula dengan Alfian, Lisa, Ramdhan dan Astri yang turut mengantarkan pasangan pengantin baru. Samudera yang datang bersama Malvin, mengajak Harry berbincang serius. Setelahnya mereka berangkulan, kemudian berpose dan berfoto sebagai kenang-kenangan. Hisyam, Wirya dan Aditya yang juga akan berangkat menuju Sydney untuk mengontrol unit di sana, mendatangi rombongan pengantar dan menyalami mereka. Tidak berselang lama kelompok kecil jalan beriringan menuju pintu ruang pemeriksaan tiket. Harry dan Erie sempat berbalik untuk melambaikan tangan pada keluarga mereka, kemudian memutar badan dan meneruskan langkah mengekori ketiga pengawal PB. Samudera dan Malvin masih terpaku di tempat, sementara yang lainnya bergerak m
SBY 33Dengungan orang mengobrol bercampur live music berpadu di ruangan luas sebuah restoran terkenal di Sydney. Hal nyaris serupa juga terjadi di teras luas yang menjadi tempat jamuan makan yang diselenggarakan Timothy Grup. Harry yang duduk diapit Erie dan Farzan, melanjutkan percakapan dengan Keven Kahraman, Bryan Achnav dan Hansel Arvasathya yang berada di kursi seberang. Pada sisi kanan meja, Grace, istri Timothy sekaligus Ibu Hansel, tengah berbincang dengan Aruna Ghania, istri Keven, beserta Erie. Selain mereka juga ada Natasha, istri Tristan, dan Isna, istri Fairel. Sisi kiri meja yang ditempati Timothy, Tristan, Fairel, Arman, Argan dan Wirya juga sama ributnya dengan sisi yang lain. Timothy yang menjadi pendengar, berulang kali terbahak saat Wirya menceritakan tingkah teman-teman bisnisnya di Indonesia. "Wir, nanti tolong sampaikan pada Sultan, bulan depan saya akan pulang ke Indonesia," tutur Timothy. "Siap, Pak," sahut Wirya. "Ada acara apa, Om?" tanya Tristan Cyrus
SBY 34Jalinan waktu terus bergulir. Harry dan Erie telah pindah ke apartemen yang mereka sewa. Keduanya sengaja memilih tempat yang bukan di pusat kota, karena ingin menikmati waktu istirahat di unit sebaik mungkin. Mereka menyewa sebuah unit dua kamar di kawasan Ashfield, sebuah daerah suburban di barat daya Sydney. Ashfield terletak sekitar sembilan kilometer dari CBD Sydney, di mana kantor cabang SS Grup berada. Bila Harry tengah bekerja, Erie akan melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luangnya. Seperti hari itu, seusai membersihkan unit, Erie berangkat ke pusat kota dengan menumpang pada taksi. Dia berhenti di sebuah toko makanan sekaligus kafe kecil milik Isna dan Natasha. Erie mengakrabkan diri pada Isna, karena merasa nyaman bergaul bersama perempuan berparas manis yang sangat ramah. Selain itu, mereka sama-sama keturunan Sunda. Sehingga bisa lebih akrab, dibandingkan dengan Natasha. Erie tidak mau mendekatkan diri pada Sandrina, karena dia merasa bila perempuan