Mama Maia terlihat bergetar sambil menitikkan air matanya ketika memegang selembar kertas yang menyatakan jika Maura tengah mengandung, hatinya begitu rapuh karena merasa telah gagal menjadi seorang ibu. "Kamu hamil oleh siapa Nak," gumam Mama Maia sambil terus menitikkan air matanya.
Didalam kamar putri tercintanya Mama Maia terus menitikkan air matanya, ia tidak menyangka jika Maura melakukan hal itu. "Mama enggak nyangka kamu seperti ini Maura," lirih Mama Maia sambil mengusap air mata yang jatuh dipipinya.
Mama Maia begitu terpukul atas perbuatan Maura yang telah membuat dirinya merasa kecewa namun sayangnya dirinya tidak bisa marah kepada Maura karena dirinya sangat mencintai putri kesayangannya itu dan ia tidak ingin membuat putri kesayangannya mejadi lebih depresi jika Mama sama Papahnya ikut membenci dirinya."Sayang, Maura. Mama sangat kecewa sama kamu Nak, tapi Mama juga enggak bisa berbuat apa - apa, Mama juga enggak bisa marah karena Mama sanga
Savana sendiri sekarang baru saja keluar dari ruangan meeting bersama dengan teman - teman kantornya. "Ternyata meeting sekarang cuma sebentar," ucap Savana pada Randi dan juga Aldi."Tau tuh si Aldi kalau tahu gini gue mending lanjutin tidur," gumam Randi yang sepertinya masih kesal dengan Aldi yang membangunkan dirinya untuk persiapan meeting."Lah? Kok Lo jadi nyalahin gue! Mana gue tahu Lo bilang langsung aja sama Pak Denis," sahut Aldi yang kesal dengan apa yang diucapkan oleh Randi.Sementara itu Savana tersenyum ketika mendengarkan Randi dan juga Aldi yang selalu ribut ketika bertemu. "Udah - udah kalian itu kayak anak kecil aja setiap ketemu pasti ribut," ucap Savana sambil menatap kearah Randi dan juga Aldi.Mereka pun kembali keruangan mereka masing - masing, setelah sampai di ruangannya Savana segera duduk di kursi lalu menundukkan kepalanya dan melihat kearah jam tangan yang sedang dipaka
Maura segera masuk kedalam mobilnya dengan rasa takut yang begitu luar biasa, jantungnya terus berdetak kencang, jari - jari tangannya yang tidak sengaja menusuk Erik terus bergetar dan lemas.Maura takut terjadi apa - apa dengan Erik apalagi jika Erik sampai meninggal, ia tidak ingin kariernya semakin hancur dan semakin banyak masalah dalam hidupnya, ia tidak ingin dicap sebagai pembunuh karena ia sendiripun merasa tidak sengaja telah membuat Erik seperti itu.Maura dengan cepat menyalakan mesin mobilnya dengan perasaan campur aduk, ia menerobos pos penjagaan supaya tidak ditanya - tanya oleh satpam yang sedang bertugas pada saat itu dan Maura pun berhasil melewati pos penjagaan itu.Selama menyetir dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Maura begitu sangat ketakutan bibirnya pucat seketika, ketika ia terbayangkan tubuh Erik yang terbujur kaku dan juga begitu pucat. "Semoga Erik enggak apa - apa," batin Maura dalam hatinya.Maura juga terus ketakutan k
Sementara itu Savana baru saja keluar dari mobilnya dan ia begitu sangat terkejut ketika melihat pintu rumahnya terbuka. "Kok pintu rumahnya kebuka sih apa Maura sama Erik udah datang?" batin Savana dalam hatinya.Maura segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumahnya, ia begitu terkejut ketika melihat Erik yang terbujur kaku dan juga sangat pucat didalam rumah miliknya."Ya ampun Erik," teriak Savana dengan yang sangat panik melihat Erik yang terbaring dilantai ruang tamu rumah miliknya.Savana bertambah panik sekaligus heran karena ada gunting yang tertancap di perut Erik. "Kok ada gunting?" batin Savana dalam hatinya.Savana pun sangat panik ia bingung apa yang harus dilakukan olehnya melihat Erik yang terbujur kaku, ia hanya mampu berteriak sambil meminta tolong. "Tolong ... Tolong ... Tolong ...." teriak Savana sambil suaranya hampir habis namun tidak ada satu orangpun yang menghampiri dirinya.
Sementara itu Xabiru begitu terkejut ketika mendengar kabar lewat telepon jika adiknya masuk ke rumah sakit akibat luka tusuk yang ada dibagian perutnya. Ia benar - benar sangat panik saat ini, ia tidak ingin terjadi apa - apa dengan Erik, adik kandungnya.Xabiru juga memikirkan kondisi Mama Yunita jika mengetahui jika Erik kritis dan masuk rumah sakit akibat luka tusuk yang ada didalam perutnya. "Gue enggak tahu gimana caranya bilang sama Mama yang pasti gue yakin Mama pasti sangat shock," batin Xabiru dalam hatinya.Xabiru sendiri tidak ingin membuat Mamanya terus gelisah, ia pun akhirnya menyadari kenapa Mama Yunita terlihat sangat gelisah. "Mungkin Mama udah punya firasat jadinya akhir - akhir ini Mama kayaknya panik banget," batin Xabiru.Xabiru segera menelpon asisten pribadinya yang tidak kalah tampan dan mempesona dari dirinya yaitu Agri. "Agri saya minta kamu cari tahu siapa yang udah nusuk adik saya!" seru Xabi
"Erikkkk bangun Nak!" teriak Mama Yunita yang berusaha membangunkan Erik padahal Erik sudah tidak ada.Xabiru merasa pilu ketika melihat kondisi Mama Yunita yang semakin memburuk paska kehilangan Erik untuk selama - lamanya."Mah udah Mah, Erik udah enggak ada, kita harus ikhlas Mah," ujar Xabiru sambil mencoba menenangkan Mama Yunita yang sedari tadi terus memeluk Erik yang sudah tidak dapat diselamatkan."Kamu bohong! Erik masih hidup Erik enggak mungkin tinggalin Mama! Dia juga sangat mencintai dan sayang banget sama Mama jadi Mama yakin dia enggak akan pernah tinggalin Mama," lirih Mama Yunita sambil terus menangis terisak.Xabiru hanya dapat memijat keningnya, ia memaklumi perasaan Mama Yunita yang begitu terpukul ketika harus mendengar kabar jika Erik sudah meninggal, Xabiru menatap teduh mata Mama Yunita, ia tidak tega melihat Mama Yunita yang terus menganggap jika Erik masih hidup.Ras
Maura dan Mama Maia sekarang sedang ketakutan ketika mendengar Savana sedang berada di kantor polisi. "Sayang sekarang Savana udah ada di kantor polisi," lirih Mama Maia yang panik memikirkan kondisi putri kesayangannya.Mama Maia terus berpikir bagaimana caranya agar putri kesayangannya ini tetap berada dalam posisi aman. "Aku akan terus berusaha agar Maura tetap berada dalam posisi yang aman dan aku akan menjaga Maura," batin Mama Maia dalam hatinya yang tidak ingin melihat putri kesayangannya berada didalam jeruji besi.Mama Maia memang sangat mencintai dan menyayangi Maura sehingga dia akan rela melakukan apa saja demi keselamatan putri kesayangannya, Maura. "Mama akan berusaha sekuat tenaga supaya kamu tetap dalam keadaan aman," batin Mama Maia dalam hatinya."Aku enggak mau masuk penjara Mah! Aku enggak sengaja nusuk Erik! Aku enggak salah Mah," lirih Maura yang sudah sangat ketakutan.Maura terus mengeluarkan keringat dingin dari atas keningnya, ia
"Kamu harus tenang! Mama akan bantu dan temenin kamu," ucap Mama Maia sambil memegang tangan kanan putri kesayangannya agar tidak panik dan juga degdegan.Maura menatap wajah Mama Maia. "Iya Mah," sahut Maura pelan sambil menganggukkan kepalanya.Mereka berdua akhirnya melangkahkan kakinya untuk menemui polisi di ruang tamunya.Pada saat bertemu dengan polisi itu Mama Maia dan juga Maura terlihat berusaha mencoba untuk tenang dan tidak gugup agar para polisi tidak mencurigai Maura.Maura juga berusaha dengan keras untuk membuat polisi itu tidak mencurigai jika ia-lah sebenarnya orang yang telah menusuk Erik menggunakan gunting hingga meninggal. "Gue harus tenang supaya para polisi itu tidak mencurigai gue," batin Maura dalam hatinya sambil tersenyum tipis ke arah para polisi itu untuk mengurangi rasa gugupnya.Mama Maia dan Maura pun langsung duduk didepan para poli
Hari ini Mama Maia dan juga Maura sedang berdiskusi untuk melancarkan semua rencana mereka. "Mah gimana jangan sampai Papah tahu kalau aku yang udah nusuk Erik," bisik Maura pada Mama yang tengah duduk diatas tempat tidurnya."Iya sayang kamu tenang aja," sahut Mama Maia yang terus berusaha untuk menenangkan hati putri kesayangannya."Gimana selanjutnya Ma?" tanya Maura sambil mengerutkan keningnya."Kamu enggak usah khawatir! Kata Papah kan ada dua orang warga yang menjadi saksi atas penusukan Erik, nah kita kasih duit aja tuh dua orang itu pasti dia akan menuruti apa yang kita mau untuk memojokkan si Savana," ucap Mama Maia sambil menatap wajah Maura.Maura mengerutkan keningnya. "Tapi kalau mereka enggak mau gimana Mah? Aku takut! Aku enggak mau masuk penjara!" lirih Maura sambil menatap wajah Mama Maia yang terlihat sedang bingung."Kamu tenang Maura! Kamu juga harus berpikir