Sementara itu saat ini Aksa sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Maura nalmun ia juga merasa ragu karena sampai saat ini handphone Maura masih juga belum aktif padahal ia ingin bertemu dengan Maura untuk menggobrol tentang Savana. "Dari tadi pagi Maura handphonenya enggak aktif sebenarnya jadi enggak sih kita ketemuannya nanti jangan sampai aku udah capek-capek nunggu dan dia malah enggak datang," gerutu Aksa yang terus mondar-mandir didalam kamarnya."Sekarang aku telepon juga enggak aktif," keluhannya lagi.Banyak hal yang perlu ia bicarakan bersama dengan Maura karena Aksa merasa jika Maura dapat memberikan informasi apapun dengan jelas tentang Savana namun sayangnya sekarang ia merasa sangat kesal karena Maura sangat sulit dihubungi.Sekarang hubungan Maura dan juga Aksa juga semakin dekat bahkan sekarang Aksa sudah jarang lagi menjenguk Savana di kantor polisi dan ia lebih memilih untuk bertemu dengan Maura. Bagi dirinya Maura tidak hanya dapat sekedar memberikan informasi te
Xabiru terus memperhatikan Mama Yunita yang saat ini sedang berada di meja makan, setelah sekian lama akhirnya ia merasa sangat bahagia karena bisa duduk kembali bersama dengan ibunya yang sempat depresi karena kepergian Erik. Sampai saat inipun Mama Yunita masih terlihat sangat terpukul dengan kepergian Erik namun kondisinya saat ini sudah sangat jauh lebih baik dari sebelumnya. "Mama makan yang banyak ya," ucap Xabiru dengan sangat lembut pada ibunya. "Iya thank you, Biru." Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dalam hidupnya selain bisa melihat ibunya tersenyum meskipun ia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan sang mama saat ini yang masih sering kepikiran dengan Erik. Wajar saja karena Mama Yunita merupakan tipe ibu yang sangat penyayang baik pada Xabiru maupun pada Erik anak bungsunya. Setelah kehilangan suaminya ia harus merasakan kesedihan yang lebih dalam lagi akibat kepergian Erik, namun meskipun begitu ia masih sering diberikan dukungan yang sangat baik oleh Xabiru yang
Sementara itu Mama Maia dan juga Maura sekarang tengah merasa hancur karena Maura mengalami keguguran. ia tak kuasa menahan air matanya lagi saat Dokter memgatakan jika janin yang ada didalam perut Maura gagal berkembang.Dokter menjelaskan pada Mama Maia jika keguguran ialah berhentinya kehamilan dengan sendirinya sebelum usia 20 minggu (kurang lebih 5 bulan). Penyebab keguguran kebanyakan tidak bisa diketahui secara pasti, namun kemungkinan besarnya adalah adanya kelainan genetik yang menyebabkan tubuh menghentikan kehamilan dengan sendirinya."Kemungkinan janin tidak berkembang sehingga kehamilan berhenti dan tubuh mengeluarkannya. Tanda keguguran yang paling umum adalah perdarahan dari vagina. Bisa juga disertai nyeri perut bawah," ucap seorang Dokter kandungan sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.Maura terus menangis karena ia bum siap kehilangan calon buah hatinya begitupula dengan Mama Maia yang sangat mengharapkan kehadiran calon cucunya dari Maura. "Maura udah sayang kam
Seperti memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan ayahnya seorang Savana juga benar-benar tidak bisa tenang. Ia sangat khawatir dengan kondisi sang ayah. "Perasaan aku akhir-akhir ini semakin enggak enak kenapa ya? Aku jadi khawatir sama Papah apalagi udah lama Papah juga enggak datang jenguk aku kesini." Savana bergumam dalam hatinya.Selama ini Savana memang sangat dekat dengan sang ayah bahkan disaat ia diperlakukan dengan kurang baik oleh Maura dan juga Mama Maia maka Papah Rangga akan sigap membela dan memenangkannya. Berada diposisi saat ini membuat Savana merasa menjadi anak yang tidak berguna karena hanya bisa menyusahkan ayahnya saja meskipun ia sendiri berusaha untuk tidak bersedih atas semua yang menimpanya namun ia masih saja tetap kepikiran."Lima tahun disini memang enggak bakalan mudah dan akupun enggak tahu aku akan bisa melewatinya atau tidak apalagi dengan kondisi aku yang saat ini sedang hamil," batinnya.Savana juga terus berpikir bagaimana nasib anaknya kelak
Mama Maia berjalan dengan detak jantung yang tidak beraturan, ia menyusuri lantai koordior Rumah Sakit dengan perasaan tidak tenang. "Nanti kalau aku pulang aku harus bilang apa sama Papah?" batinya merasa sangat gugup.Ia terus mencari cara dan juga alasan karena ia takut kalau dia jujur sakit yang suaminya rasakan akan bertambah parah. Ia berjalan dengan penuh kekhawatiran sedangkan Maura sudah lebih dulu masuk kedalam mobil karena tadi ia sempat dibantu oleh suster sementara itu Mama Maia harus sedikit terlambat masuk kedalam mobil karena harus mengurus beberapa biaya administrasi.Didalam mobil Maura terus melamun namun kali ini ia bukan memikirkan kehamilannyayang keguguran melainkan ia kepikiran dengan Aksa. "Gue jadi inget Aksa kemarin dia datang enggak ya ke kafe tempat kita janjian," gumamnya pelan.Saat kemarin memang Maura tampak sangat terpukul karena harus kehilangan bayi yang ada didalam perutnya namun saat ini ia jauh lebih lega dan tenang karena ia berfikir itu artinya
Mama Maia berjongkok didepan Papah Rangga yang tengah tertidur. "Maafin aku ya Pah," batinya sambil memandangi wajah tampan suaminya itu.Entah kenapa ia merasa sangat bersalah ketika menatap wajah suaminya, sudah cukup banyak permasalahan besar yang ia rahasiakan dari suaminya. Ia takut jika suatu saat semuanya akan terbongkar, ia tidak tahu harus berkata apa. "Mah, kamu dari mana aja?"Mama Maia langsung tertunduk mendengar suara berat Papah Rangga, matanya terbuka perlahan dan Mama Maia meolotot kaget."Aku harus bilang apa sama Papah?" batin Mama Maia yang panik namun berusaha untuk tetap tenang."E-eee aku minta maaf sebelumnya karena aku pergi gak bilang-bilang sama kamu Pah," ucap Mama Maia mencoba untuk menjelaskan dengan perlahan."E-Pah, kondisi kamu kok malah tambah parah kaya gini sih? Kamu tambah pucet banget, obat yang kemarin enggak kamu makan ya?" tanya Mama Maia yang langsung mengalihkan pembicaraan."Kita ke Dokter ya Pah ya, aku enggak mau kenapa-kenapa," lanjutnya
Saat ini Akasa baru saja selesai berbincang dengan Maura lewat telepon, ia menanyakan kepada Maura kenapa baru bisa di hubungi dan Maura mengatakan jika kemarin ia sedang tidak enak badan dan harus periksa ke rumah sakit, ia juga mengatakan kepada Aksa jika saat dia di Rumah Sakit ia lupa membawa handphonenya.Aksa yang polos atau pura-pura polos percaya saja dengan apa yang diucapkan Maura. Ia dan Maura akan menjadwalkan lagi pertemuan mereka esok hari di kafe langganan mereka. "Dari kemarin enggak bisa dihubungi ternyata dia sakit," gumam Aksa pelan sambil menatap kearah layar handphonenya yang terlihat nama kontak Maura.Setelah itu ia langsung kembali membuka layar laptopnya, sebelum menelpon Maura ia memang baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan kantornya karena saat ini ia sudah kembali aktif lagi bekerja di kantor.Aksa memilih untuk kembali lagi bekerja di kantor perusahannya karena ia juga ingin segera melupakan permasalahannya dengan Savana hingga akhirnya sampai saat in
"Jika dengan menyakitiku membuatmu merasa bahagia maka lakukanlah karena aku berharap dari setiap tetes air mata yang keluar itu akan mampu melebur setiap rasaku padamu meski hanya sedikit demi sedikit dan menggantikannya dengan rasa sakit yang akan bisa membuat aku membencimu," batin Savana.Hari demi hari ia lewati dengan sangat ikhlas dengan dada yang lapang meskipun banyak orang yang tahu itu tidaklah mudah. Ia hanya berharap jika semuanya bisa cepat terungkap, banyak hal yang haru ia kejar setelah bisa keluar dari penjara namun sepertinya ia juga merasa masih sangat terpukul dengan semua yang sudah terjadi meskipun ia sudah mencoba untuk ikhlas."Aku haru mengembalikan kepercayaan orang-orang terdekatku terutama Papah," batin Savana.Savana menggerjabkan matanya untuk menyesuaikan pandangannya yang terasa kabur, kepalanya terasa sakit dan badannya terasa lemas tidak bertenaga.Usia kandungannya yang sudah memasuki usia delapan bulan membuat ia sedikit kesusahan untuk bergerak kes