"Sebentar lagi jam makan siang, sebaiknya kau ajak Ammy makan siang bersama. Bukankah rumahmu tidak terlalu jauh dari sini? Kupikir Ammy akan bosan di rumah tanpa melakukan apa- apa. Jemput saja dia dan ajak makan bersamamu," katanya sambil duduk di sofa dengan santai.
"Ada Emely yang menemaninya."
"Kau suami yang payah, seharusnya kau lebih perhatian pada istrimu karena dia sedang hamil. Kau bahkan terlalu posesif dan mengekangnya. Kupikir mengawasi restorannya tidak akan membuat dia terlalu lelah, ada Mr. Duckan yang membantunya. Apa kau pikir dia tidak stres hanya diam di rumah?"
Jack mendengkus.
"Siapa yang suaminya? Kenapa kau seperti lebih mengerti dia dibanding aku? Membiarkannya mengurus restoran dan bertemu koki sialan itu tiap hari? Itu tidak lucu, Davee!""Masih belum selesai pikiran bodohmu tentang
Kedatangan Evelyn siang itu ke National Company membawa beban yang terasa menghimpit bagi Jack. Tak seharusnya wanita itu datang kembali setelah dia menata hidupnya dengan sangat sempurna bersama Ammy.Tidak seharusnya wanita itu mengungkit kembali dosa lama yang telah ia kubur dalam-dalam, dan semua sentuhan liar yang pernah ia berikan. Evelyn tahu semua sudah berubah, harusnya dia sadar semua tak lagi sama. Mereka telah usai dan dialah yang mengakhiri semuanya.Ia tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin Ammy akan menerima hidup kotornya dulu, di mana Eve adalah salah satu wanita yang pernah memberikan kehangatan padanya.Bagaimana mungkin Ammy bisa terima semua hal menjijikkan yang dulu pernah ia miliki. Ammy wanita biasa, yang pasti juga akan terluka dengan masalalu buruk yang ia lewati bersama wanita-wanitanya. Terlebih Evelyn, wanita yang pernah menjadi candu baginya. Dan juga jejak-jejak kelam yang kini muncu
Lenka telah tidur pada posisi memunggunginya, Davee membenarkan selimut di tubuh polosnya, sesekali ia mencium punggung polos kekasihnya. Ia merasa bersalah, ia merasa memperlakukan gadis itu secara tidak adil. Wanita itu yang menjadi teman tidurnya setiap malam, yang membagi tubuhnya untuk ia miliki dan ia nikmati, tetapi wanita lain yang sedang dia pikirkan. Ke mana sisi kemanusiaan yang ia miliki. Davee telah memberikan setiap sentuhannya pada Lenka, tanpa Lenka sadari bahwa ia tak pernah benar-benar memberikan seluruh hatinya pada gadis malang itu. Ada Ammy yang masih mengisi separuh hatinya entah sampai kapan. Dan ketika Lenka menuntut sebuah pernikahan, hanya keraguan yang terbersit di benaknya, mana mungkin ia akan menikahi Lenka jika ia masih tidak yakin ia mencintainya, bagaimana bisa mengubah status Lenka menjadi istrinya saat ia ragu sebesar apa cinta yang ia miliki untuknya.
Pemandangan pertama yang Jack temukan ketika memasuki ruang rawat Ammy adalah, Ammy yang tertidur dengan napas yang teratur dan si berengsek Davee yang menungguinya dengan baik di sisi tempat tidur istrinya.Dengan baik? Jack tertawa getir dalam hati, apakah dia pikir Lenka memang hanya manekin hidup yang menemaninya dan menjadi tempat pelepasan hasrat biologisnya saja? Pria ini bersikap seolah dia adalah malaikat untuk Ammy?Cih! Munafik sekali."Pergilah! Aku sudah datang. Jadi kau tidak lagi dibutuhkan di sini," hardiknya datar dan kaku.Davee tersenyum miring."Setelah kau meninggalkannya begitu saja, aku harus pergi? Apa yang mampu membuatku percaya bahwa kau akan menjaganya?" Jawaban Davee membuat urat kemarahan Jack semakin menegang.Tunarungu pun tahu, pertanyaan itu tidak butuh jawaban.Jack mendekat, menarik tubuh Davee sampai kursi yang diduduki
Pagi itu Davee tiba di apartemennya. Menelpon Mr. Pascal Guterez dan mengabarkan bahwa dia tidak masuk kantor hari itu.Ia memasuki pintu, Lenka tampak sedang membantu Alexa membereskan rumah. Ia memeluk Lenka dari belakang."Kau rajin sekali, Sayang."Lenka membalik tubuhnya."Kau dari mana semalam? Kenapa tidak mengangkat teleponku? Kenapa wajahmu?""Aku baru pulang dan kau mencecarku dengan banyak pertanyaan. Aku bahkan belum mandi.""Mandilah, aku akn menyiapkan sarapan untukmu."Davee melenggang, menatap layar ponselnya, menelpon dr. Noah agar dia tidak bicara apa pun tentang penyakit Ammy kepada Jack, setidaknya itu yang Ammy minta dan dia hanya mencoba mengabulkannya. Dari kejauhan Lenka menatap punggung Davee yang mulai terkikis jarak."Kau berhutang penjelasan padaku, Davee," kata Lenka saat ia menemani pria itu sarapan pagi.
Jack hendak meletakkan tas kerjanya di kamarnya malam itu, Ammy terlihat tengah menyiapkan meja makan bersama Emely,"Hey, sayang. Kau sedang apa? bukankah seharusnya kau istirahat? Kau belum benar-benar pulih, jangan melakukan apa-apa dulu, kau baru saja menjalani ikat serviks beberapa hari lalu, ingat!" tegurnya sambil melepaskan jasnya memberikannya pada Emely,"Taruh di ruang cuci Elly." Ia menggulung lengan kemeja linennya, menyugar rambutnya sesaat lalu mendekat pada Ammy,"Kau tidak boleh capek, Ammy. Bukankah untuk naik turun tangga saja aku sudah menyiapkan elevator untukmu? Supaya kau tidak merasa lelah, aku tidak suka kau banyak mengerjakan pekerjaan rumah.""Aku hanya menyiapkan meja makan, Jack. Apa aku harus diam saja seperti boneka beruang? Ayolah, aku bosan."Jack mendekat pada istrinya, mengecup keningnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang Ammy. Ammy pun meletakkan k
sesak di dadanya mulai mendominasi, tak terasa air matanya menitik jatuh. Ia tidak pernah menyangka Davee hanya menjadikannya tempat singgah sementara, bukan rumah yang selamanya ingin menjadi tempat untuknya tinggal.Davee menarik Ammy ke dalam pelukannya, tidak peduli apa pun yang Lenka pikirkan. Ia tahu Ammy tidak sedang baik-baik saja. Ia tahu Ammy lebih terluka.Jack berdecih, kembali menarik tubuh Ammy dari Davee, tetapi Ammy tidak bergerak, semakin menenggelamkan tangisnya di dada Davee. Merasa lebih berkuasa atas Ammy karena dia suaminya, Jack mengepalkan tangannya, menarik tubuh Davee lalu menghadiahkan satu pukulan keras,Davee terhuyung, hingga ketika ia bangkit dan Jack kembali hendak memukulnya lagi, Ammy membentangkan kedua tangannya,"Jangan sakiti dia, dia pria yang selalu ada untuk memberi semua yang kubutuhkan, dia selalu ada untuk menjadi tempatku bersandar saat&
Rasa gusar bertahta paling tinggi melingkupi pikiran Jack. Evelyn benar-benar merusak segalanya. Ia menarik tangan Evelyn kuat-kuat, menyeretnya masuk ke mobil kemudian membawanya ke sebuah tempat. Tempat itu sangat sepi, tempat yang tak familiar bagi Evelyn karena pemandangan yang terlihat hanya tampak seperti hutan di sisi kiri kanan jalan.Iya menepikan mobilnya, menyeret tangan Evelyn kembali lalu mengentaknya kasar saat telah tiba di depan mobilnya sampai wanita itu telungkup di kap mobil tersebut, ia mendekat, manik mata mereka saling bertabrakan sarat permusuhan. Seandainya saja dia bukan wanita, pasti ia sudah menghajarnya. Tapi ini Evelyn Agraciana Forbes, wanita yang pernah mengukir sejarah indah bersamanya meski berujung pahit."Apa maumu, Eve?""Aku sudah bilang, ini semua demi Peter.""Buktikan siapa Peter, jika benar dia lahir dari benihku maka aku akan bertanggung jawab atas semu
Wanita itu menatap sengit kepada Jack. Menuntut sebuah pengakuan."Kau minta bukti bahwa dia putramu, kan? Aku sudah membuktikannya, apakah kau masih menyangkalnya?"Pria itu terduduk lemas, pandangannya nanar. Apa yang harus ia katakan pada istrinya? Menghirup napas dalam, tangannya meremas selembar kertas hasil tes DNA yang diberikan Evelyn beberapa menit lalu."Temui dia, Jack.""Kumohon, jangan sekarang, Eve."Ia memejamkan mata, menyugar rambut dan menjambaknya hingga terasa panas tarikan di kulit kepalanya."Ini bukan tentang kita, Jack. Ini tentang anak kita." Suara Evelyn terdengar tulus. Tapi pun sangat tak ingin ia dengar seandainya ia boleh memilih."Kenapa kau lakukan ini padaku, Eve? Saat kau memilih pergi, seharusnya kau tidak lagi kembali.""Kenyataan memaksaku kembali, Jack. Peter membutuhkanmu.""Lalu kau pikir