PoV Syahdan
**
[Dia pernah berzina namun ku maafkan, bila diulangi lagi sanggupkah aku bertahan]
Mataku membola membaca Story aplikasi hijau dari istriku. Darahku berdesir hebat. Apa maksudnya, bukankah dia berjanji tidak akan mengungkit masalah ini. Pernah aku mengkhianatinya setahun yang lalu tetapi aku berjanji tak akan mengulangi. Namun, mengapa story di Wa nya bertuliskan kata-kata itu.
Aku bergegas pulang, di rumah akan kusuruh Naya hapus story ini. Sampai aku di rumah namun tak kutemukan di mana istriku. Di mana dia?
"Bik, di mana Naya?" tanyaku pada pembantu.
"Gak tahu, Pak. Pagi-pagi sudah pergi," katanya dengan hormat.
"Kemana?" tanyaku dengan raut kesal dan si Bibi sepertinya tahu aku kesal.
"Katanya mau ketempat teman, Pak," jawab Bik Nah, ku hembuskan napas gusarku, lalu kusuruh dia pergi.
Aku pun mengambil gawai dan kuhubungi Naya. Aku dalam mode panggilan namun gawai Naya tak aktif. Aku mendengkus. Apa maunya dia? Setelah dia membuka aibku sekarang dia bersembunyi. Gawaiku bergetar dan panggilan dari Ummi, dengan tangan bergetar kuangkat gawaiku.
"Assalamualaikum, Syahdan, di mana Naya? Apa maksud dari story nya. Apakah kamu jalan bareng sama perempuan lagi. Siapa lagi dia Syahdan?!" kata Ummi diseberang ketus.
Aku mendesah frustasi tak habis pikir dengan kelakuan Naya. Mengapa dia membuka kartuku. Dari mana dia tahu aku sedang bersama Vika. Lagian aku tidak hanya bersama Vika melainkan dengan teman-teman ku yang lain juga.
Untuk mengelabui Naya, kukatakan kami sedang nonton bareng pertandingan final sepak bola disebuah kafe. Apakah Naya mengikutiku disana dan melihatku bersama Vika?
"Waalaikum salam, tidak, Ummi. Jangan dengarkan perkataan Naya di story nya dia fitnah saja," kataku dengan suara pelan meski hati bergemuruh ingin menumpahkan lahar memarahi Naya.
"Tidak mungkin ada asap kalau tak ada api Syahdan. Apa yang kamu lakukan lagi. Cepat katakan?" paksa Ummi lagi. Aku merasa bagai dikuliti.
"Ummi, Syahdan hanya nonton bola sama teman-teman di kafe, itu saja. Tidak lebih. Naya terlalu lebay Ummi," ucapku dengan decakan.
Ummi terdengar menghela napas berat merasa khawatir dengan masalah yang menimpaku.
"Syahdan, kamu harus jaga diri. Apa kamu gak kasihan sama Abi. Dia sakit Syahdan dan kondisinya semakin memburuk. Ummi mohon, kamu adalah anak tertua Abi yang akan menjadi penerus di yayasan.
Apa jadinya kalau masyarakat tahu siapa kamu dan bagaimana kamu. Para orang tua tak akan mau lagi mendaftarkan anaknya di yayasan kita. Susah payah Abi membangun itu semua dan tolong tugas kamu cuma menjaga dan meneruskan. Jangan buat malu keluarga. Ngerti kamu!"
"Iya, Ummi," kataku pasrah jika pun Ummi mengomeli ku.
"Sekarang, cari Naya dan suruh dia hapus postingannya di Story itu. Apa jadinya kalau dia pos itu di inst*gram atau F*ceb*ok, nama baik kamu dan yayasan yang dibangun Abi dan kakek mu dahulu akan hancur karena ulah kamu dan Naya!" balas Ummi dengan nada ketus sekaligus gusar.
"Iya Ummi," kataku hanya menurut.
Sambungan pun dimatikan Ummi sepihak tanpa ucapan salam. Aku mengerang frustasi. Apa tujuan Naya melakukan ini. Aku tahu bersalah namun tak seharusnya dia membuka kartuku. Semua bisa dibicarakan dengan baik-baik. Apa dia gak tahu kalau Abi sedang sakit.
Akupun kembali dengan gawaiku. Aku hendak menghubungi lagi Naya. Namun lagi-lagi Story istriku membuat mataku panas dan jantung ku berdegup. Dia mengirim gambar ku dan Vika dengan emoticon sedih.
Walaupun gambarnya agak sedikit buram karena diambil dari jauh. Dimana photo itu aku memegang tangan Vika. Kami duduk berdua saat yang lainnya sibuk dan bersorak merayakan kemenangan tim sepak bola yang diunggulkan. Caption dari Naya membuat hati siapa saya menohok membacanya.
Bukankah dia tidak muhrim kamu. Apakah boleh bersentuhan, ah, lebih dari itu pernah kamu perbuat.
Hatiku terasa sangat panas dan rahang ini mengeras tanpa pikir panjang lagi. Ku tekan panggilan itu lagi. Naya kembali mematikan mode On nya. Aku tak habis akal kuhubungi dia secara biasa. Namun nomor yang biasa dipakainya buat panggilan biasa tak aktif sedangkan nomor aplikasi hijaunya hanya untuk panggilan jika dia On dalam mode data.
[Naya, pulang kamu. Aku mohon jangan share lagi ke story mu dan hapus. Kita bisa bicarakan baik-baik. Abi sakit dan bagaimana kalau dia tahu dari orang lain. Dia bisa shock. Apa kamu gak kasihan sama Abi, Nay? Tolonglah Nay]
Ku kirim ke bentuk pesan namun masih belum dibaca. Aku benar-benar dilanda bingung. Bila kasus ini dibesarkan kasihan Abi dan reputasi ku sebagai calon pemimpin yayasan yang akan menggantikan Abi. Mengapa Naya tak berpikir ke depan.
Apa kurang ku selama menjadi suaminya. Segala fasilitas nya sudah ku penuhi. Asisten kuberikan buat dia mengurus Ahmad putera kami yang berusia 4 tahun. Uang dan segalanya yang dia mau.
Namun untuk hati dia seharusnya tak bisa memaksaku jika aku masih suka modus untuk melihat wanita lain toh segalanya sudah kuberikan padanya. Seharusnya Naya sebagai istri harus bisa menjaga kehormatan ku dan marwah ku sebagai orang penting dan petinggi.
Namun dia malah menghancurkannya. Bagaimana bila aku dicoret dari daftar pemimpin jabatan. Hatiku. Bergemuruh gusar, dan gawaiku bergetar tanpa melihat langsung kuangkat saja berharap itu Naya.
"Naya!" Kataku.
"Kok Naya sih beib, ini Vika. Apasih kamu."
Suara mendayu Vika berkata ketus untuk merajuk. Aku menjadi semakin gusar dihubungi Vika, seharusnya nanti dulu apakah dia tak tahu aku pusing.
"Vika, aku sedang ada dalam masalah. Nanti aku hubungi kamu lagi yah," ku lembut kan ucapanku agar tidak menyakitinya.
"Masalah apa? ada yang lebih penting dari aku?"
"Vika, tolonglah kamu ngertiin aku ya. Aku hubungi kamu nanti, sayang," balasku agar dia tenang.
"Ya udah, kamu janji bakal hubungi aku lagi ya. Aku tunggu, aku emang yang kedua tapi aku mau jadi yang pertama di hati kamu," katanya, aku menghela gusar dan panggilan diakhiri.
**
Aku menunggu Naya pulang. Sudah hampir tengah malam dan dia beserta Ahmad belum juga pulang. Kemana dia pergi dan membawa anakku.
Setelah sekian lama menunggu dengan hati gusar. Akhirnya dia kembali juga lewat tengah malam.Ahmad sudah tertidur digendong Asih baby sitter yang ditugaskan menjaga Ahmad. Hati ini sudah bergemuruh kesal, siap meledakkan bara api ke hadapannya. Naya masuk dengan santainya. Dia berjalan melewati ku seakan aku patung dan bukan manusia.
"Naya!" bentakku padanya karena aku merasa gak dihargai.
Dia menoleh, kulihat wajahnya sembab dan matanya bengkak. Merasa diperhatikan dia segera memakai kacamata hitamnya. Dan membuang muka dariku.
"Bawa masuk Ahmad Mbak Asih!" perintahnya.
Asih mengangguk dan membawa putera kami ke kamar. Aku mendekatinya, aku hendak melayangkan tangan untuk menggamp*rnya. Reputasi ku dengan mudah di hancurkannya.
"Apa maksud Story mu di WA itu, Hah!" bentakku hendak melayangkan tanganku padanya. Dia mencibir sinis dan tak takut sama sekali dengan sikapku.
"Lelaki pengec*t memang cuma bisa bersikap kasar. Mas, mari akhiri ini!" ucapnya melihatku dibalik kacamata hitamnya.
Bagaimana Naya yang penurut bisa menjadi pembangkang seperti ini. Aku takut kalau Ummi dan Abi tahu bagaimana?
Bersambung.
"Mari akhiri ini, Mas!" katanya memandangku dengan kaca mata hitam yang dipakainya."Apa maksudmu, akhiri?!"Aku mencebik padanya. Pasalnya kondisi Abi juga sedang sakit jika ditambah permasalahan ku maka aku takut kesehatannya akan bertambah buruk."Kamu bodoh atau apa, Mas. Akhiri artinya kita berpisah," ucap Naya dengan wajah datarnya."Tutup mulutmu dan hapus story mu. Apa kamu gak malu jadi bahan pembicaraan orang, Naya. Harusnya kamu nutupi perbuatan ku, sebagai istri seharusnya kamu mendukungku!" ucapku lagi dengan suara meninggi merasa marah dengan sikap dingin Naya."Nutupi kata kamu, selama ini apa kurang ku, apa? Kamu lebih senang nongkrong sama teman-teman kamu. Bahkan kamu udah punya pacar baru. Kamu kira aku bodoh. Apa harus aku tutupi terus kesalahan kamu dan kita berpura-pura jadi keluarga bahagia?Aku harus ngikuti s
PoV Syahdan**Sepasang netra Ummi memandang tajam kami berdua yang sedang bertikai. Lebih tepatnya kami saling mempertahankan pendapat masing-masing. Di mana istriku Naya kekeuh minta berpisah sementara aku ingin bertahan.Harusnya Naya paham, mengapa aku bertahan? Aku bertahan untuk sebuah kehormatan. Kehormatan Abi dan Ummi serta masyarakat yang percaya pada kami dimana anak-anak mereka dititipkan disini untuk menimba ilmu.Jiwa muda ini memang sulit dibendung, aku yang dipaksa dewasa dan tidak ada yang memahami diriku. Aku kehilangan masa mudaku, aku kehilangan itu.Aku dituntut dewasa dan mereka semua tak ada yang paham termasuk Naya. Hanya Vika yang mau mendengar keluh kesah ku. Dia tak banyak menuntut ku ini dan itu. Aku menikmati bersamanya hanya untuk bersenang-senang saja.Ummi mendekat membuat degup jantungku semakin berul
PoV Syahdan**""Syahdan … Syahdan …."Suara Ummi terdengar, dia menaiki tangga dan seketika membuka pintu,"Syahdan …."Ummi mengguncang tubuhku yang lelah. Perlahan aku membuka mata dan melihat Ummi sudah ada di depanku."Ummi .…" Aku berkata dengan suara serak dan menggeliatkan tubuhku. Ummi berdecak kesal."Hari gini belum bangun! Ini udah siang, memang kamu ngapain semalaman?"Ummi sudah berkacak pinggang berdiri di hadapanku, tak sabar Ummi kemudian memukulkan guling itu ke tubuhku, membuatku semakin terlonjak."Apa sih, Ummi?" kataku kesal karena pukulannya itu sudah berhasil membuatku bangun."Dimana Naya?" tanya Ummi setelah aku duduk di ranjang ku dengan mata yang masih sayu.Aku mengedikkan bahu
PoV Syahdan**[Mas sedang dimana? Abi drop]Netra ku membola membaca pesan dari Syahnur adikku. Dahiku mengernyit. Kapan Syahnur datang? Dengan cepat aku segera membalasnya.[Iya, Mas segera kesana]Aku segera bergerak kesana. Kesalahanku memang, selepas memantau yayasan aku keasyikan main game dan gawaiku sengaja ku non aktifkan.Kepalaku sakit mendengar getar gawai yang tak habis-habisnya, pesan yang datang banyak sekali dari Vika. Wanita itu tak terima aku memutuskan hubungan dengannya secara sepihak. Berbagai pesan silih berganti dia kirimkan agar aku merubah pendirian ku.Vika selama ini sangat penurut dan memahami aku. Jalan bareng dengannya membuat aku bahagia. Namun apa daya, aku lebih takut pada ancaman Ummi dan kondisi Abi sehingga lebih baik aku menjauh darinya.
Story Wa Istriku bag 6**PoV Syahdan."Abi." Suara puteraku membuatku terkejut. Dia menatapku lama dengan penuh kerinduan. Ah, sudah lama rasanya aku dan Naya tidak jalan berdua.Kami jalan berdua hanya sebagai sebuah citra semata. Terakhir dua bulan yang lalu aku dan Naya berjalan bersama putera kami saat opening Resto jepang milik Mama mertuaku. Selebihnya tidak pernah."Ahmad," kataku memeluk puteraku itu, dia sedikit ragu namun aku berusaha mendekatinya."Sini, Nak," ucapku padanya dengan ragu dia mendekat dan aku segera menggendongnya.Naya dan Lala juga terkaget dengan kedatanganku. Terutama Lala yang sempat memberi saran yang tidak baik membuat wajahnya terasa tak enak."Eh, udah lama disana Mas Syahdan," katanya kikuk padaku.Aku hanya memasang wajah datar sementara Naya melihatku dengan tatapan benci padahal aku suaminya. Seharusnya aku yang benci padanya karena story nya yang mengesalkan itu ba
Story Wa Istriku bag 7**"Syahdan ada apa denganmu? Mengapa wajahmu berubah seperti itu, ada masalah kah?" tanya Ummi yang melihat secara langsung perubahan di wajahku.Bagaimana Ummi bisa tahu? aku harus pandai menutupi ini agar mereka tidak curiga terutama Naya. Dia pernah melihat aku ditelepon Vika dan kali ini aku harus pandai berkilah kalau semua baik-baik saja."Tidak ada apa-apa, Ummi. Syahdan baru ingat kalau baru saja membeli buku baru tentang definisi keluarga bahagia. Syahdan ambil dulu sebentar, karena bisa dibaca-baca sekilas buat nambah pengetahuan buat nanti jadi pemateri." jawabku, ku usahakan agar aku tidak gugup."Ya udah, kamu ajak sekalian Naya," ucap Ummi. Namun Naya hanya membuang muka dan memasang wajah masam."Sebentar aja kok Nay. Aku akan kesini lagi," ucapku pada Ummi, aku bergegas pergi.Aku tak boleh kecolongan, bagaimana kalau Vika tiba-tiba hadir disini pasti masalah bisa tambah runyam.
Story Wa Istriku bag 8**PoV NayaAku sudah merasa curiga dengan gerak-gerik Mas Syahdan. Seketika wajahnya berubah pias, pasti dia menyembunyikan sesuatu dariku. Dia dengan pandai berkilah dan pergi begitu saja dengan alasan mengambil buku.Aku ingin mengejarnya dan mengumpulkan bukti baru untuk menjatuhkannya, mungkin saja dia dan wanita itu janjian melakukan hubungan terlarang. Mas Syahdan pernah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya di masa lalu. Jika kedapatan melakukan kesalahan lagi dengan berzina maka aku boleh meninggalkannya. Membawa Ahmad bersamaku dan pergi dari hidupnya.Mas Syahdan pernah menangis sambil berkata kalau dahulu dia dijebak temannya dengan mencampur minuman keras ke gelasnya, mereka kemudian bersenang-senang dan di sanalah hubungan terlarang itu terjadi.Dari sumber yang terpercaya aku mendengar kejadian itu, mereka minta uang agar berbagai photo nya tidak disebar. Abi dan Ummi murka saat itu dan
Story Wa Istriku bag 9**POV Naya."Kanapa wajahmu tegang begitu, Mbak?" tanya Syahnur adik iparku. Ku lirik dirinya yang sedang fokus berkendara."Antarkan aku ke sebuah kafe!" lirihku padanya. Dahi Syahnur berkerut."Kata Ummi kamu harus jadi pemateri di seminar, 'kan?""Kenapa nggak kamu saja!" ucapku tersenyum getir padanya. Beberapa kali ku hela napasku untuk menetralkan perasaan yang bergemuruh."Aku, ada saja kamu. Hey, aku bahkan belum menikah dan tema nya menjadi keluarga sakinah dalam meraih ridho Ilahi."Dia Justru menertawakan aku. Dahinya kembali mengernyit dan dia menghilangkan tawa dari wajahnya, diliriknya aku yang dari tadi hanya diam tak menanggapi ucapannya."Mbak Naya, aku lihat story mu di aplikasi itu. Aku kuliah jurusan agama di Mesir. Aku tahu bagaimana seorang wanita tidak boleh membuka aib suami."Kali ini ku tatap wajah adik iparku yang berusia sekitar