Story Wa Istriku bag 34.
**Aku mengerutkan dahiku melihat Vika, buat apa dia disini. Apakah mau melihat Naya, aku menjadi gusar. Bukannya sembuh yang ada Naya malah tambah sakit karena kedatangannya. Secara cepat aku berjalan agar dia tak bisa masuk ke rumah sakit."Vika, ngapain kamu disini?" cecar ku dengan tanya, dia tersentak melihatku dan mengulas senyum.
"Syahdan. Aku mau melihat kondisi istrimu. Lagi viral beritanya bisa selamat dalam kecelakaan bus. Jadi aku mau lihat saja!" sungutnya padaku, aku segera menarik tangannya.
"Vik, sebaiknya kamu pulang. Bukannya membuat Naya makin sembuh namun kamu membuatnya semakin sakit!" kesal ku padanya. Vika mencebik ke arahku seakan tak terima.
"Oh, jadi gini perlakuan kamu sama seseorang yang mau membesuk. Aku cuma mau menunjukkan keprihatinan sama dia. Apa aku salah?"
"Tidak salah, tetapi mereka berpikir hubungan kita kemarin-kemarin. Padahal kita sudah tak ada
Story Wa Istriku bag 35.**PoV Syahdan."Assalamualaikum!" suara itu mengagetkan kami, terutama Ummi."Ngapain kamu disini?" tanya nya sengit. Sepertinya hari ini adalah hari yang cukup sulit buat ummiku, dia barusan marah-marah diluar dengan Vika. Sekarang drama baru akan dimulai lagi."Mbak Hanifah, saya datang buat menjenguk Naya. Berita sudah tersiar dimana-mana. Bagaimana kabar kamu Nay?" tanya nya pelan dan Naya mengulas senyum untuknya."Alhamdulillah sudah lebih baik Tante Halimah,""Baik, kalau itu tujuanmu. Kuharap kau datang tanpa embel-embel kesini!" ucap Ummi ketus, ummiku berniat meninggalkan ruangan privat Naya kemudian Tante Halimah berkata."Mbak Hanifah, ada yang mau saya bicarakan sebentar sama Mbak!" Ummi mengalihkan pandangannya. Dia mendengkus pada Tante Halimah."Untuk tujuan lain rupanya kau datang kesini!""Mbak Hanifah, berkali-kali saya hendak menjumpai Mbak. Namun selalu tak ada kesempat
Story Wa Istriku bag 36.**"Apa kamu mikirin Fikri?" tanyaku pada Naya. Dia tersentak dan menatapku. Dia mendesah berat seperti banyak beban pikiran yang dirasakannya."Lebih dari itu!" sahutnya, aku mengerutkan dahi apa maksud lebih dari itu. Apakah Fikri yang ada didalam pikirannya. Dia tak bisa melupakan moment mereka bersama. Sejauh apa hubungan Naya bersama Fikri? Pikiran-pikiran aneh bersarang di kepalaku."Apa maksudmu?" aku bertanya gusar, rasa marah kurasakan jika ada pria lain di hati istriku. Suami mana yang rela istrinya selingkuh. Apa perbuatan ini bisa dikatagorikan itu pasalnya Naya suka murung seperti memikirkan sesuatu yang berat."Apa yang membuat kamu berpikir aku memikirkan Ustadz Fikri?""Kamu selalu murung dan gak ceria lagi setelah kecelakaan itu, Nay. Pasti ada sesuatu yang kamu pikirkan!" ucapku cepat padanya. Dia mendesah dan mengelap kasar wajahnya dengan tangannya."Kenapa kamu nuduh aku memikirkan dia?"
Story Wa Istriku bag 37.**POV Syahdan.Aku bergegas ke parkiran buat menjumpai Vika. Kenapa dia selalu datang dan menggangguku, dia juga sudah menyeret ku dalam masalahnya. Sesungguhnya aku merasa jengah namun bagaimanapun aku sendiri yang menciptakan masalah.Kulihat dia sudah menunggu di depan mobilnya. Dia memakai kaca mata hitamnya dan kali ini Vika tidak pakai hijab. Rambutnya diikat separuh dan yang lainnya dibiarkan tergerai. Penampilan cukup sopan dengan dress berwarna tosca berlengan pendek.Aku melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan lebih lanjut keadaan aman dan tidak ada yang melihat. Dia melambaikan tangannya padaku."Kenapa kamu menghubungi aku, Vik. Kamu tahu ini di yayasan dan disini aku kerja!" ucapku ketus padanya. Dia malah tertawa ringan."Kamu sendiri berjanji akan membantuku. Aku sudah menunggu sampai istrimu keluar dari rumah sakit kemudian dia sudah beraktivitas. Aku menuntut janjimu," ujarnya, aku menghe
Story Wa Istriku bag 38.**PoV Naya.Suara teriakan Mbak Marta masih terdengar jelas olehku, tubuh-tubuh mereka yang pingsan juga tak bisa mudah kuhapus dari ingatanku. Malam mencekam dan suara-suara menakutkan, gulita hanya ditemani senter kecil. Aku tak bisa sepenuhnya menghapus itu dari memori ku.Bercerita pada Mas Syahdan rasanya percuma. Apalagi aku sudah memutuskan masing-masing lagi dan tidak terlalu peduli padanya. Tidak cerewet mengekang keinginan nya seperti dulu. Percuma saja aku melakukannya, kalau dihatinya hanya sebuah keterpaksaan.Asalkan dia tak mendua saja dan menyakiti hatiku seperti dulu, itu sudah lebih dari cukup untukku. Mas Syahdan beberapa kali berkata kalau dia sudah memiliki rasa sayang untukku. Ungkapan yang tak pernah dia katakan selama kami menikah. Apakah ucapannya itu dari hatinya atau karena egonya. Entahlah, dia terlihat sangat cemburu saat aku dan Fikri terjebak dalam kecelakaan itu. Fikri sudah menyelamatkan aku
Story Wa Istriku bag 39.**POV Author"Naya!" Syahdan tersentak melihat istrinya di ujung pintu sedang bersama Vika. Yang lebih mengherankan dirinya, ada Lala dan Fikri. Mengapa bisa ada Fikri juga. Apa yang dilakukannya bersama Naya. Syahdan membatin dalam hati.Naya masuk ke room mereka dengan hati yang patah. Apalagi melihat pemandangan yang mencabik perasaannya. Syahdan memeluk wanita lain, dan itu Vika. Mengapa dia tak bisa move on dari Vika, padahal Naya sudah membuka mata Syahdan dengan mengirim photo Vika bersama pacarnya di hotel sebelumnya namun Syahdan tetap saja memihak Vika.Pembohong, itulah Syahdan dalam pikiran Naya. Dia berkata mencintai Naya, mulai menyayangi namun disisi lain dia bersama wanita lain. Apakah ada kata lebih pantas untuk Syahdan. Munafik, mungkin itu lebih baik dalam bayangan Naya."Oh, jadi seperti ini kelakuan kamu, Mas!" sungut Naya perih, hatinya sakit melihat dengan terang-terangan kelakuan sang suami. 
Story Wa Istriku bag 40.**PoV Naya."Ummi, kita mau kemana?" tanya anakku saat aku sedang ber-beres menyusun sebagian pakaiannya. Aku sekarang berada dikamar anakku, Ahmad."Kita ke rumah Nenek sayang!""Loh, kenapa? Baju Ahmad kok dibawa pakai tas? Biasanya di rumah nenek juga ada pakaian Ahmad beberapa lembar?" tanya bocah empat tahunku dengan lancar. Aku diam bingung mau menjawab apa, aku mendekatinya."Sayang, untuk sementara Ummi dan Ahmad akan tinggal di rumah Nenek,""Kenapa, Mi? Disini enak. Apalagi Abi sudah mau pergi ke masjid bersama. Mau membacakan cerita bila malam hari dan mau makan bersama," kata anakku, aku menjadi semakin bingung. Sikap Mas Syahdan memang sudah menunjukkan perubahan positif hampir dua bulan ini setelah aku menuntutnya selama tiga bulan untuk dia berubah menjadi suami dan ayah yang baik.Ku pandangi anakku dan kupeluk dia perlahan. Aku merasa hampa, hanya dia satu-satu nya obat untukku. Bagaiman
Story Wa Istriku bag 41.**"Naya, suami kamu sedan hujan-hujanan diluar," kata Mama masuk begitu saja ke kamar ku, aku tersentak dan terbangun dari berbaring ku."Hah!" sahutku heran, pasalnya diluar sedang hujan lebat. Ngapain Mas Syahdan menyiksa diri seperti ini. Tak bisakah dia biarkan aku berpikir. Ku singkap selimutku namun aku masih diam di tempat tidur."Jumpai gih, Nay. Entar dia sakit lagi!" seru Mama merasa kasihan."Biarin aja, Ma," sahutku dengan cemberut."Kamu gak kasihan.""Salah dia sendiri, ngapain sih dia kayak anak kecil. Apa dia gak bisa ngasi aku waktu sebentar aja buat berpikir,"Mama mendekati ku yang masih memasang wajah cemberut. Dia membelai rambutku dengan sayang."Artinya dia sayang beneran sama Naya,""Kalau sayang gak mungkin dia lebih pentingkan si Vika ganjen itu, malah pelukan dikamar lagi, Ma. Ngapain coba kalau gak selingkuh." ucapku mencebik kesal pada Mas Syahdan yang sedang huja
Story Wa Istriku bag 42.**PoV Author"Nay, nanti malam tunggu aku ya. Aku percaya pada istriku." Syahdan berbisik lagi pada Naya sejurus kemudian dia mengedipkan matanya. Naya menelan salivanya, dia pasti sengaja bertingkah genit seperti itu.Naya menghembuskan napas dan berpura-pura tak ambil pusing dengan sikap Syahdan."Mari Ustadz Fikri," kata Naya mengulas senyum. Fikri juga memberi senyum dan mempersilahkan Naya masuk keruang guru untuk berdiskusi. Syahdan mendesah kecewa namun dia berusaha sabar saja dan berpikiran positif kalau istrinya ke sini buat membicarakan prestasi anak mereka dan ada orang tua murid yang lainnya.Syahdan mendapat telepon setelah Naya masuk ruang guru dan dia harus menjadi pemateri disebuah pertemuan. Dia hanya perlu datang karena jadwal nya sudah ditentukan."Bagaimana perkembangan anak saya Ustadz?" tanya Naya saat dia mendapat giliran berbicara dengan Ustadz Fikri. Ahmad juga di panggil agar mengetahu