Bella tak menyangka malapetaka datang ketika malam itu dia ikut dalam pesta di acara ulang tahun Laura. Laura merupakan istri dari seorang CEO di sebuah perusahaan besar, yang bernama Ronald.Bella telah bekerja lama dengan Laura sebagai asisten pribadi sekaligus managernya. Laura sendiri merupakan seorang penyanyi terkenal. Laura dan Bella sudah sangat dekat. Wanita itu bahkan sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.Saat itu seorang laki-laki memberinya sebuah minuman. Bella yang merasa tak mengenalnya menolaknya dengan halus. "Maaf, tapi saya belum haus. Saya bisa pesan sendiri nanti jika mau."Lelaki itu menatap Bella sambil menaikan satu alisnya. "Lho, kenapa? Ini hanya soda kok," ucapnya. Padahal di dalamnya ia menaruh obat bius, karena telah mengincar Bella sejak lama.Karena tak enak hati Bella akhirnya meminumnya. Apalagi setelah lelaki itu mengatakan dia adalah salah satu panitia EO yang ikut menangani pesta ulang tahun Laura. Bella tak menaruh curiga dan menenggaknya hingga tandas.Beruntung dari kejauhan Laura melihat kejadian itu. Ia melihat Bella memijat kepalanya, kemudian tak lama terkulai lemas di pantai. Laura marah besar pada lelaki itu lalu mengusirnya."Apa yang kamu masukan pada minuman Bella, tadi. Hah!?" sentak Laura menatap tajam ke arah lelaki di depannya. Lelaki jahat itu kemudian gugup. Wajahnya menjadi pucat pasi setelah mendapatkan sorotan tajam dari seluruh yang hadir di acara tersebut. "Sa–saya tak melakukan apapun," elaknya ketakutan. Setelah itu ia kabur, karena tak ingin dikeroyok oleh orang-orang di sana.Laura yang tak tega melihat Bella mabuk kemudian berniat mengantarkan Bella ke kamar hotel yang sebelumnya sudah Bella pesan. Hanya saja Ronald mencegahnya. "Suruh saja orang lain yang mengantar dia ke kamar. Ini kan pestamu, masa kamu tinggal?"Laura mengangguk-angguk mengerti. Menurutnya apa yang suaminya katakan itu benar. Ia kemudian memanggil seorang pelayan wanita untuk mengantar Bella ke kamar, dan sebagai gantinya pelayan wanita itu diberi uang.Laura dan Ronald melanjutkan pesta. Dan beberapa saat setelah itu Ronald mabuk berat, namun Laura tak mengetahuinya. Tanpa sepengetahuan Laura akhirnya Ronald memutuskan kembali ke kamar hotel yang ia pesan untuk dirinya dan Laura tentu saja. Letaknya yang bersebelahan dengan kamar Bella. Hal itu lantaran Bella adalah orang kepercayaan Laura. Ia hanya ingin jika ia membutuhkan sesuatu Bella bisa dengan sigap datang untuk melaksanakan tugasnya.Ronald merogoh saku celananya untuk mencari keycard kamarnya. Namun ia lupa bahwa Laura yang memegang keycardnya. Dengan kesadarannya yang tak penuh ia marah dan memukul-mukul pintu kamar tersebut, membuat Bella membuka matanya yang masih berat. Bella memijat pelipisnya yang masih pusing. "Siapa yang ada di luar?" tanyanya. Tak ada jawaban, terpaksa ia bangkit dari tempat tidurnya dengan sempoyongan. Ia pikir seseorang mengetuk pintunya dengan keras.Bella membuka pintu. Ternyata ada Ronald di balik pintu. Bella terheran melihat kondisi suami Laura tersebut dalam keadaan mabuk. Yang lebih heran lagi ia tak melihat Laura di sana, meskipun ia sudah mengedarkan pandangannya ke seluruh arah."Bu Laura di mana Pak Ronald? Kenapa Pak Ronald datang ke sini sendirian?" tanya Bella berentet. Bukannya menjawab pertanyaan dari Bella. Ronald malah mengatakan hal yang tak pantas. "Kamu cantik sekali malam ini." Ia bahkan melihat penampilan Bella dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, membuat Bella risih dan bergidik ngeri."Maaf Pak Ronald, sepertinya Anda sudah mabuk berat. Dan saya harus menutup pintu untuk Anda," ucap Bella. Ia hanya tak ingin terjadi sesuatu. Atau setidaknya tak ada fitnah jika ada orang yang akan melihat mereka.Akan tetapi aksi Bella kalah cepat dari Ronald. Ia menerobos masuk dan mendorong Bella hingga jatuh. Setelah itu ia mengunci pintu kamar.Bella ingin melawan. Akan tetapi Ronald dengan tega membenturkan kepala Bella ke dinding, hingga gadis malang itu jatuh pingsan. Setelah memastikan Bella tak berdaya Ronald membawa tubuh Bella ke atas ranjang.Dengan kesadarannya yang tak penuh Ronald melancarkan aksi bejatnya dengan menodai Bella. Sebenarnya Ronald sudah lama menyukai Bella. Hanya saja ia takut karirnya akan hancur jika menjalin hubungan dengan Bella. Lagipula Bella telah mengirim sinyal bahwa ia tak mau merusak rumah tangga Laura.Bella sempat memekik kesakitan saat Ronald memasukkan kepunyaannya ke dalam inti organ Bella, karena ini pertama kali untuk Bella. Namun enggan berhenti dan malah semakin beringas. "Lepaskan saya Pak Ronald. Tolong lepaskan saya…" Ucapan Bella begitu memelas, air mata bahkan sudah membanjiri pipinya."Ini tidak akan sakit. Kamu hanya perlu menahannya sedikit agar mencapai puncak kenikmatan," sahut Ronald tak berperasaan. Ia malah menikmatinya. Hingga Ia merasakan cairan akan keluar dan menyembur dari kepunyaannya.Saat hal itu hampir terjadi Bella berusaha mendorong tubuh Ronald. Lelaki itu menjadi marah dan akhirnya memberikan bogem mentahnya kepada Bella. Gadis itu kini semakin merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya.Sementara Ronald telah mencapai puncak klimaksnya. Ia kemudian merebahkan dirinya ke tubuh Bella, lalu berbisik di telinga Bella. "Aku tidak jahat, kamu jangan khawatir."Bella terus saja terisak. Ucapan Ronald malah semakin membuat hati Bella teriris pedih. Ronald mengatakan tidak jahat, sementara lelaki itu telah menodainya. Kini masa depan Bella hancur sudah karena mahkotanya sudah direnggut dengan paksa oleh suami dari sahabatnya sekaligus bosnya tersebut.**Setelah peristiwa laknat itu terjadi,Hari-hari Bella selalu dihantui oleh rasa cemas. Ada beberapa hal yang ia takutkan. Diantaranya takut hamil. Bella juga selalu menyimpan rasa takut jika bertemu dengan Ronald. Puncaknya ketika Bella melakukan tes kehamilan dengan alat tes kehamilan yang ia beli di apotik. Hasilnya ada garis dua tertera di sana. Seketika bumi yang dipijak Bella bagai runtuh. Hatinya hancur dan tanpa sadar menangis tersedu-sedu.Tangisnya seketika terhenti, saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamar mandi. Dengan cepat Bella berdehem dan menormalkan kembali suaranya. "Siapa?"tanya Bella penasaran."Ini aku. Laura," jawab seseorang dari luar. Di luar dugaan Laura mengira Bella dalam keadaan baik-baik saja. Akan tetapi begitu mengetahui mata Bella menangis raut wajahnya berubah menjadi cemas bercampur penasaran. "Kamu kenapa? Habis nangis?"Padahal sebelum membuka pintu Bella sudah terlebih dahulu mengusap air matanya.
"Kamu bisa kan Bell nemenin aku fitness hari ini? Mumpung aku nggak ada jadwal nyanyi hari ini," ucap Laura yang tiba-tiba muncul dari arah depan. Ia menyusul Bella ke kamar mandi setelah supirnya tak kunjung muncul, sementara dirinya baru saja selesai menerima telepon dari seseorang."Kalau saya nolak, Ibu marah nggak?" Bella malah berbalik tanya."Ya nggak apa-apa sih. Cuma apa alasannya?" Laura semakin penasaran."Saya lagi datang bulan Bu. Lagipula saya sepertinya nggak enak badan," jawab Bella. Padahal ia menjadi lemah karena kehamilannya.Laura manggut-manggut mengerti, meskipun sedikit kecewa karena harus fitness sendiri. Ia dengan lembut mengelus lengan Bella, seperti layaknya adik kandung sendiri. "Kamu pasti kelelahan karena aktivitas manggungku beberapa hari ini ya?" tebak Laura.Bella tersenyum tipis sambil mengangguk kecil. Ia bersyukur karena Laura berpikir seperti itu. Karena ia tak mampu menceritakan apa yang terjadi sebelum mendengar tanggung jawab dari Ronald."Ya su
"Benarkah?" tanya Ronald pura-pura bodoh. Ia kemudian menepuk jidatnya sendiri dan berkata, "Laura mungkin aku seperti ini karena sedang lapar saja. Lebih baik kita pergi makan siang."Laura menghilangkan pikiran negatifnya terhadap suaminya. Ia mengangguk setuju. Ronald tersenyum lega. Setelah itu Ronald menggandeng tangan istrinya dan berjalan keluar dari ruangannya.Sementara itu. Bella belum keluar dari persembunyiannya. Ia masih berusaha mengejar tanggung jawab dari Ronald kini yang Bella lakukan adalah berinisiatif untuk mengirim pesan pada ponsel Ronald.Bella : Saya akan tetap menunggu di sini sampai Pak Ronald kembali. (Bunyi ancaman pesan chat Bella)Kaget bukan kepalang saat Ronald membaca pesan tersebut. Beruntung Laura tak memergoki ekspresi wajahnya yang nampak gugup. Ronald rasanya hampir hilang kesabaran menghadapi sikap Bella saat ini. Namun jika dilawan dengan emosi, Ronald takut Bella akan semakin nekad. Ronald : Pergilah dari sana. Karena setelah ini pasti istriku
Mendengar ancaman dari Bella, membuat emosi Ronald menjadi terpancing. Tangannya mengepal dan rahang wajahnya mengeras. "Lalu apa yang kamu inginkan hah?" tanya Ronald."Kamu ingin aku menikahimu begitu? Itu tidak mungkin!" lanjut Ronald.Bella tak punya pilihan lain lagi selain hanya diam. Mana mungkin dia mengharap Ronald menikahinya. Kini Bella hanya bisa pasrah. Pikiran Bella yang semakin kalut membuatnya menjadi bertambah mual. Tak bisa menahanya lagi ia kemudian berlari meninggalkan Ronald dan pergi ke kamar mandi.Anehnya walau sudah beberapa menit berlalu Ronald masih belum beranjak dari kost Bella. Kakinya seakan terpaku. Merasa tak nyaman dengan perasaannya sendiri kemudian Ronald menyusul Bella ke kamar mandi. Entah kenapa dia takut terjadi sesuatu pada gadis itu.Dengan cekatan ia memijat tengkuk Bella agar merasa lebih lega. Kaget bukan kepalang Bella mengetahui tindakan Ronald yang secara tiba-tiba. Merasa risih ia kemudian menepis tangan Ronald."Tolong jangan lakukan i
Perasaan tak nyaman itu kembali muncul. Raut wajah Bella menjadi masam. Akan tetapi saat Laura menyuruhnya untuk masuk. Bella segera menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Agar Laura tak sempat mengetahui perubahan mimik wajahnya."Kami asyik melepas rindu," ucap Laura pada suaminya. "Ya sudah. Ayo masuk," ajak Laura sambil merangkul Bella."Kita sambung lagi di dalam, ayo," ucap Ronald.Bella menahan emosi dengan mengeraskan rahangnya. Dia sedang berpikir keras. Apa maksud Ronald dengan kata 'kita' "Dia tak akan ikut bergabung dengan aku dan Bu Laura kan?" Pertanyaan itu kemudian berputar di kepala Bella.Namun Bella menjadi lega saat Ronald akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamarnya. "Kalian lanjutkan pekerjaan kalian ya. Aku akan ke kamar," pamit Ronald."Apa hari ini kamu nggak pergi ke perusahaan?" tanya Laura penasaran. Ronald menggelengkan kepalanya. "Tamu pentingku nanti mau datang ke sini," jawab Ronald.Laura semakin penasaran. "Tamu penting siapa. Klien?" "Bukan," Sahut
Akhirnya Laura mengantar Bella ke rumah sakit tanpa suaminya. Kini Laura memandangi wajah Bella yang masih belum sadarkan diri. Ia menatap kasihan pada wajah yang nampak pucat tersebut. Ia menjadi merasa bersalah karena telah bersikap tak baik pada Bella tadi.Wajah khawatir Laura berubah menjadi sumringah, setelah melihat Bella perlahan sadar dan membuka mata. "Syukurlah kalau kamu udah sadar," ucapnya dengan tulus.Entah mengapa senyuman Laura kembali menular kepada Bella. Sejenak rasa sakit dan deritanya juga turut menghilang hanya dengan mendengar ucapan yang tulus tersebut. Semua itu menjadi kekuatan baru untuknya."Kenapa saya bisa berada di sini Bu Laura?" tanya Bella."Tadi kamu pingsan. Pembantu di rumah yang kasih tau aku. Terus ya aku bawa kamu ke sini sama supir," jawab Laura.Saat Bella ingin duduk kepalanya kembali pusing. Sontak Bella meringis menahan sakit sambil reflek memijat kepalanya. Mata Laura membelalak karena terkejut."Astaga Bella. Kamu jangan buru-buru bangun
Dua hari kemudian. Saat Bella sedang ada di rumah Laura, Jona datang. Sungguh sangat muak sebenarnya setiap kali Bella harus melihat lelaki itu. Ditambah lagi dia akan menikah dengannya. Lengkap sudah penderitaan yang Bella rasakan.Bella tak menyapanya. Kemudian Laura menegur sikap dingin Bella dengan menyenggol lengannya. "Bella. Itu calon suamimu datang, kenapa kamu diam saja?" Rasanya sungguh memuakkan, namun Bella terpaksa menyapanya. "Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini?" tanya Bella dengan malas.Menyaksikan hal itu Laura hanya dapat tersenyum. Mungkin Bella dan Jona bukan seperti pasangan kebanyakan. Kini Laura mengerti dan tak mencoba mencampuri urusan mereka."Aku ke sini buat jemput kamu," jawab Jona.Memangnya kamu mau ajak aku ke mana?" tanya Bella penasaran."Kita akan pergi ke kantor urusan agama untuk merencanakan pernikahan kita," jawab Jona.Alih-alih senang justru Bella semakin merasa tak karuan. Berbeda dengan Laura yang terlihat sumringah. "Ya sudah, sa
Pagi harinya Jona mendengar pintu kamarnya diketuk. "Iya. Tunggu sebentar," ucap Jona sambil mengucek matanya. Kemudian ia menurunkan kakinya satu persatu dan berjalan menuju ke pintu kamarnya. Jona dapat melihat wajah ibu mertuanya dari lubang pintu. Matanya membulat sempurna karena panik. Akan gawat jadinya kalau sampai ibunya Bella curiga jika pernikahan mereka hanyalah pura-pura.Secepat kilat Jona berlari ke arah Bella. Dengan sekali gotong dia berhasil memindahkan tubuh Bella yang semula di tikar menjadi terbaring di atas ranjangnya. Bahkan untuk menyempurnakan kebohongannya dia menutup tubuh Bella sampai batas dada."Beruntung tidur wanita ini kayak kerbau. Kalau nggak ribet harus bangunin dulu," gumam Jona."Jona. Ini Ibu, Nak," panggil ibunya Bella."Iya sebentar Bu," sahut Jona. Kemudian ia segera berlari menuju ke pintu. Lalu membukanya."Maaf buka pintunya lama Bu. Tadi saya lagi benerin selimutnya Bella. Biar tidurnya Bella tidak terganggu," ucap Jona berbohong.Ibunya B
"Jona!" Panggilan dari Laura yang memekikkan akhirnya sampai di telinga jona. Jona yang hendak bersantai di kamar membulatkan matanya ketika mendengar teriakan Laura. "Wanita itu kenapa suaranya ada di rumahku?" tanya Jona pada dirinya sendiri. Tak ingin mendapatkan masalah Jona kemudian berlari menuju ke sumber suara, yaitu dapur. Seketika jantung lelaki itu seakan mencuat dari tempatnya. Ketika melihat Laura sudah menahan tubuh Bella yang nyaris pingsan. Hal berikutnya yang dia lakukan tentunya berakting seakan dia adalah suami yang tak tahu apa-apa dan merasa ikut khawatir. Agar dirinya tak disalahkan."Astaga Bella, apa yang terjadi padamu. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jona sok peduli. Padahal dirinyalah sumber masalah utamanya.Saat Jona bertanya Bella benar-benar pingsan. Laura semakin panik. Kemudian ia mendesak Jona untuk membawa Bella ke rumah sakit."Nanti aja tanyanya. Yang paling penting sekarang kita harus bawa Bella ke rumah sakit," suruh Laura.Melihat Jona m