“Tidak perlu basa-basi, mau apa datang ke sini?”
Aliesha sengaja memasang wajah garang, karena baginya orang ini bukan keluarganya lagi.
Namanya telah dicoret dari benaknya.
“Aliesha… kenapa kamu jadi kasar begini?” Soraya dengan tak tahu malu mengelus tangan anak tirinya.
“Cepat katakan saja apa urusanmu! Aku sibuk.” Lanjutnya dengan mata memandang ke arah lain.
Intinya dia muak dengan keberadaan ibu tirinya itu dan tak ingin melihat wajahnya.
“Tak bolehkah aku menjenguk ayahmu? Mau bagaimanapun, dia adalah suamiku.” Serunya dengan nada sombong dan penuh percaya diri.
Meski sudah meninggalkan ayahnya, sepintas tak ada yang berubah dari penampilannya. Masih saja glamor dan mewah.
Hanya saja, sekarang Soraya berdandan dengan pakaian serba berani dan menampilkan aura yang lebih muda.
Aliesha yakin pasti ibu tirinya sudah mendapatkan mangsa baru untuk dijadikan ATM hidup.
“Suami? Masih ingat punya suami??”<
“Maksud Bu perawat, Non Aliesha sedang hamil?” Lastri bertanya sekali lagi. Apa jangan-jangan dia salah dengar atau salah tafsir tadi! Perawat itu mengangguk dan tersenyum, “Iya, saya ucapkan selamat. Pasien sudah siuman sekarang. Tapi jangan terlalu banyak diajak bicara.” “Baik, Bu. Terima kasih banyak…” “Kalau sudah siuman, nanti beri tahu pada pasien. Nah, selanjutnya kitab isa cek lebih lanjut mengenai kondisi bayinya lewat USG.” Lastri lemah lunglai. Dia bingung bagaimana menjelaskan ini nanti pada Aliesha maupun ayahnya. Bayangan tentang Noah dan Aliesha muncul. Keduanya sudah resmi berpisah dan jelas tidak mungkin dia menghubungi Noah atas kabar ini. Imajinasinya tentang majikannya menjalin hubungan dengan Ben kandas sudah. Mana mau seorang lelaki single setampan dan sekaya Ben berhubungan dengan wanita hamil tanpa suami seperti Aliesha?? Berbagai pikiran buruk itu memenuhi benak Lastri yang hanya seorang pembantu. Dia tak punya kuasa. “Bibi…” panggil Aliesha lemah. “
Lastri nampak kesulitan membawa barang belanjaannya. Aliesha berpesan untuk dibelikan buah-buahan dan susu. Jadi dia harus belanja lebih banyak. “Perlu saya bantu, Bi Lastri?” Seperti sedang bertemu hantu, Lastri hampir saja melompat saat melihat sosok itu dari belakang. “No-Noah?” Ucapnya gagap dan tak percaya pada matanya sendiri. Di luar dugaan, dia bertemu lelaki tampan itu di supermarket. “Ya. Ini aku.” Seolah tak merasa bersalah sama sekali dan tak pernah terjadi apa-apa, Noah menyapanya dan dalam keadaan baik-baik saja. Lastri secara otomatis teringat pada janin yang kini telah tumbuh di rahim majikannya. Yang sampai saat ini Lastri belum juga mengatakan hal itu pada Aliesha. Sudah dua minggu sejak insiden di rumah sakit, tapi masih saja ia bungkam. Dia ingin marah dan memprotes kepergian Noah, tapi apa daya… dirinya hanya seorang pembantu. “Ke mana saja kamu?” tanya Bi Lastri. Mes
Lastri terdiam lagi. Baginya ini adalah pertanyaan tanpa jawaban. Siapa yang tahu mana yang benar dan mana yang salah. “Non, istighfar…” itu saja yang diucapkannya pada Aliesha. “Bibi tahu sendiri kan ya, siapa ayahnya. Setelah aku menanggung penderitaan, kenapa Tuhan masih menambahkannya lagi dengan menitipkan anak ini padaku?” Lastri memeluk Aliesha kuat-kuat. Dia tahu sebagai wanita, tentu perasaan majikannya sedang hancur berkeping. “Apapun yang terjadi, Non Aliesha harus berpikiran positif. Kasihan janinnya.” Menurut perhitungan Lastri, bisa jadi janin itu sudah berusia hampir empat bulan. Sudah bernyawa. Aliesha menyesal mengapa baru mengetahuinya sekarang. Mungkin jika dia tahu lebih awal, dirinya bisa melakukan antisipasi atau sesuatu. “Aku harus bagaimana, Bi? Kehidupan kita nyaris jauh berbeda dengan yang dulu. Semua kita harus berusaha keras dan bekerja dari nol…” keluhnya. Merawat a
Tidak mudah untuk melakukan apa yang disarankan Lastri. Bicara pada Noah? Lalu membiarkannya menertawakan Aliesha karena ini terjadi akibat kecerobohannya! Tentu itu tak akan pernah terjadi. Aliesha paham betul bagaimana sejatinya watak mantan suami berondongnya itu. Noah masih berusia dua puluh enam tahun. Yang jelas, di usianya sekarang, dia belum mau terikat apalagi bertanggung jawab. “Kupikir itu tidak perlu, Bi.” Aliesha mengungkapkan pendapatnya. Ini adalah hidupnya, bukan orang lain. “Tapi, Non. Anak ini adalah anak Noah juga. Dia juga harus tahu itu. Membesarkan seorang anak tidak semudah tutorial di internet, Non.” Papar Lastri mengingatkan. Dia sudah pengalaman bagaimana beratnya menjadi orang tua membesarkan anak sendirian. “Bi, Noah sudah terang-terangan bilang kalau menikahiku hanya karena harta. Lalu dia sendiri dengan mulutnya itu bilang kalau tidak ada gunanya lagi menikahiku! Karena aku bukan siapa-siap
Tanpa banyak pertimbangan lagi, Noah membalas Celine dengan serangan ganasnya. Dia adalah lelaki yang sudah pernah menikah. Selama berpisah dari Aliesha, tak pernah sekalipun dia menyentuh lawan jenis. Termasuk Celine. Dia melumat bibir Celine layaknya singa yang berbulan-bulan berpuasa. “Awww…” Celine mengerang dengan penuh kepura-puraan. Sejatinya dia hanya ingin sebuah perhatian dan sensasi. Itu saja. “Noah, pelan. Pelan…” Tak seperti Eros yang setiap kali menyentuhnya seperti seonggok pohon pisang, Noah lebih aktif dan menantang. PLAK! Noah seperti ditampar. Kenapa di saat seperti ini dia teringat wajah lugu Aliesha? Haruskah dia berhenti sekarang? “Celine, maafkan aku!” dia beranjak melepaskan tubuh Celine dari cengkeramannya. “Aku minta maaf. Aku tidak bisa!” Nafasnya terengah-engah. “Noah, ada apa?” Celine masih tidak terima. Bagaimana mungkin ada orang yang menolak godaannya?
“Aku harus turun ke bawah.” Aliesha bergegas memakai baju dalaman dan sebuah terusan midi dress di luarnya. “Biar aku bantu.” Ben menggunakan tangan kanannya untuk menarik resleting baju yang dikenakan Aliesha. “Thanks.” Keduanya turun secara bersamaan. Dengan penuh perhatian, Ben memegangi Aliesha yang menuruni tangganya. “Bagaimana Alex?” “Itulah, Bu Aliesha. Ada klien atas nama Anne yang tadinya order desain butik. Awalnya semua baik-baik saja. Kami sudah kirim semua gambar dokumennya dan pembayaran sudah dilakukan. Sekarang, dia complain kalau gambar layout tidak sesuai lalu desain ukurannya salah. Dia marah-marah minta ganti rugi.” Aliesha mengecek kembali pekerjaan anak buahnya. “Seingatku dia dulu harus selesai bulan ini karena mau soft launching butik barunya.” Dilihatnya lembaran demi lembaran print out pekerjaan sebagai back up data perusahaan. “Bukannya dulu kita langsung mengukur ke sana ya, Bu?” seru Alex. “Ini proyek pertama yang saya kerjakan di saat bekerja di
Pernyataan Ben di saat dirinya diterpa masalah, tak membuat hidupnya mudah. Di sisi lain, Aliesha harus menjaga diri dan janin yang dikandungnya. “Ben, aku sudah berulang kali mengatakan kalau aku bukan gadis. Harus berapa kali lagi aku katakan padamu?” Lirih Aliesha yang masih terjaga meski waktu sudah sangat larut. Di malam yang semakin pekat, pembicaraan mereka terasa dari hati ke hati. “Aku tidak butuh status virgin atau tidak, Aliesha. Aku hanya butuh seorang wanita yang sempurna seperti dirimu.” Terangnya dengan ekspresi menyangatkan. “Bagiku sama saja kalau kamu virgin atau tidak. Yang jelas, kamu masuk di kriteria wanita idamanku. Memang aku tak seberuntung lelaki yang mendapatkan mahkotamu!” tambahnya lagi. Kenapa pernyataan yang tulus ini membuat Aliesha semakin bersedih? Dirinya juga merasakan hal yang sama. Secara usia, Ben memang lebih matang dari pada Noah. Usianya hanya terpaut setahun lebih muda darinya. Pemikiran Ben juga sangat dewasa. Dia kenal betul siapa Be
Tatapan Aliesha kosong. Tak nampak keceriaan seperti dulu. Noah yang berpakaian serba hitam, terlihat sedikit canggung saat harus berada sedekat ini dengan Aliesha. Tak disangkanya Aliesha menginginkan bertemu. Ini benar-benar membuatnya terkejut sekaligus senang. “Apa yang mau kamu sampaikan?” Noah memberanikan diri bertanya. Lama tak berjumpa membuatnya sedikit grogi saat memulai pembicaraan. Selama ini Aliesha hanya ia jumpai lewat mimpi-mimpinya. Tak ada lagi yang perlu dia tutup-tutupi karena Aliesha telah mengetahui semua kebenaran dan fakta tentang Noah. “Aku hamil.” Itu saja yang dia katakana seraya menggigit ujung-ujung kuku. Di luar dugaan, Noah tak menyangka dengan berita ini. Itu berarti Aliesha mengandung darah dagingnya sekarang. Ada rasa berbeda ketika dirinya tau sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Sebuah kebahagiaan hadir di jiwanya yang selama ini hampa dan serasa tanpa makna. “Hamil? Aku akan bertanggung jawab jika kamu mau.” Cepat dia ucapkan kalimat