"Berhenti!" Fic melihat hanya dua jari Erina yang terkait pada lingkaran besi. Fic sangat panik."Alika. Kamu bisa menangkap ku. Aku akan menggantikan posisi istriku. Bukankah semua ini salahku? Aku yang telah membuatmu menderita. "Apa kamu bilang?" Alika cukup terkejut. Dia berhenti mendorong Erina."Iya. Aku akan menggantikan Erina. Kamu bisa menyandera ku. Aku adalah Presdir Galaxy Group. Status ku jelas lebih tinggi dari pada Erina. Jika kamu menahanku, artinya kamu orang yang sangat hebat. Seluruh dunia akan mengakuimu. Dan kamu bisa meminta tebusan apa saja yang kamu mau kepada keluarga Alfian atau Galaxy Group. Percayalah Alika. Sangat menguntungkan jika menahanku."Sambil berkata, Fic sambil berjalan pelan mendekati mereka."Bukanlah kamu sangat membenciku? Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau. Kamu bisa menyiksaku atau menjadikan aku budakmu. Atau mungkin kamu bisa melemparku dari sini. Kamu bisa membalas dendammu padaku sesuka hatimu. Aku penyebab kehancuranmu bukan?"M
Seluruh media gempar dengan berita terkini. Seorang Presdir Albarez menyelamatkan istrinya dari penculikan. Penculiknya telah mati mengenaskan karena ulahnya sendiri. "Kesetiaan dan cinta Presdir Albarez pada sang Istri sangat Besar!""Alika biadab! Alika jalang! Akhirnya mati karena kejahatannya sendiri!""Cinta sejati tidak bisa dikalahkan!"Orang orang berkomentar dengan sangat heboh. Sebagian memuji cinta Fic pada Erina dan sebagian menghujat kejahatan Alika.***Ini Sudah tengah malam. Erina baru saja sadar dari pingsannya. Dia membuka matanya dan menatap sekelilingnya. Erina bisa langsung tahu jika dia sekarang sedang berada di rumah sakit.Dia menoleh ke sebelah. Fic terlihat tertidur di sebelah ranjangnya. Terlihat sekali kalau tidur Fic tidak baik. Dari Alisnya yang berkerut dan wajah yang penuh ketegangan. Fic sepertinya tertidur dalam keadaan cemas yang melanda.Erina ingin bergerak membelai kening Fic, tetapi tiba-tiba dia mendengar suara pelan Fic."Erina.. Erina.. jang
Erina seperti tidak percaya jika yang ada si hadapan ini adalah Mentari. Tunangan Fic ketika masa kecil dulu. Dia tidak pernah menyangka jika Mentari akan mendatanginya.Sementara Mentari sendiri, sedikit terhenyak ketika melihat Erina dalam keadaan perut yang sudah mulai tidak rata lagi."Mentari? Ada apa kamu kemari?" Erina bertanya dengan perasaan yang sangat Canggung."Hem.. aku ingin bertemu Fic. Apa dia ada?""Fic tidak ada. Dia sedang bekerja." Jawab Erina, dibuat setenang mungkin meskipun hatinya benar-benar merasa tidak nyaman.Mentari terlihat menatap sekeliling, dia mengagumi segala perabot yang ada di rumah ini. Barang barang mewah dengan kesan elegan. Mentari sangat iri dengan Erina yang bisa menikah dengan Fic. Tapi jika dipikir pikir,Mentari terdiam dan kemudian duduk tanpa disuruh. Dia kembali memperhatikan perut Erina. Wanita ini tengah hamil. Dia mendesah kesal. Apa dia benar-benar harus sejahat ini?Lagi lagi Mentari teringat ucapan Adreno. Jika dia tidak berhasil
Mentari merasa takut jika Fic mulai mencurigainya, jadi dia segera mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri saja."Fic. Sepertinya percuma aku mengatakan apapun padamu! Kamu telah banyak berubah! Lebih baik, aku pergi saja!" Selesai bicara langsung pergi meninggalkan ruangan. "Mentari. Tunggu sebentar!" Fic ingin mencegah kepergian Mentari karena merasa perlu penjelasan. Mentari yang sudah ketakutan terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari Fic. Fic benar-benar butuh penjelasan dari Mentari, dia mengejar Mentari sampai luar dan menahan tangan Mentari."Jangan pergi dulu." Saat Fic menahan tangan Mentari, tiba-tiba Erina muncul di hadapan mereka. Erina tertegun menatap Tangan Fic yang menggenggam erat pergelangan tangan Mentari.Bukan hanya Mentari saja yang terkejut dengan kedatangan Erina, Fic pun sama terkejutnya. Tapi dia tidak ingin Erina salah paham dengan apa yang dilihatnya.Fic tetap menahan tangan Mentari.Melihat itu, Erina menunduk. "Maaf. Sepertinya aku meng
Jefri terkejut mendengar ucapan Handoyo. Apalagi Ekspresi wajah Handoyo yang begitu tegang penuh keterkejutan dan Tatapan Was Was."Tuan Handoyo? Apakah anda mengenal Nyonya Ely dan Nona Mentari?"Handoyo merasa jika ini tidak bisa dibiarkan lagi. Dia tidak perlu lagi menutupi masalah ini. Sebenarnya Handoyo telah lama memikirkan ini, tetapi belum ada kesempatan. Dan menurutnya hari ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahukan semuanya.Handoyo mengangguk pada Jefri dan berkata, "Antar aku kesana. Aku harus membuka semua rahasia ini hari ini juga di depan Mereka."Jefri yang sudah bisa menebak jika ada hal yang cukup serius sedang dirahasiakan oleh Handoyo pun segera mengangguk dan cepat berjalan ke arah Mobil.Sedangkan di sisi lain,Fic dan Erina sudah berada di kediaman Nyonya Ely. Saat ini mereka sedang berbicara, sambil menunggu Mentari turun dari kamarnya."Fic? Apa kamu mencurigai Mentari?" Nyonya Ely berkata demikian setelah Fic mengatakan bahwa dia curiga jika Mentari ini
Semua orang terkejut akan kehadiran Handoyo disini, apalagi dengan ucapannya. Fic seketika menjauhkan Mentari dari tubuhnya, sementara Erina, langsung mendekati Ayahnya."Ayah. Apa kamu mengenalnya?"Tetapi Handoyo belum menjawab pertanyaan Erina, dia menatap Nyonya Ely yang masih menatapnya penuh keheranan.Nyonya Ely pernah bertemu dengan Galih ini beberapa kali ketika dulu Nyonya Ely masih sering berkunjung ke Rumah Tuan besar Alfian. Tetapi Semenjak beberapa bulan setelah Putranya mengalami kecelakaan bersama anak dan istrinya, Nyonya Ely tidak pernah bertemu lagi dengan Galih. Entah apakah karena Nyonya Ely semenjak kejadian itu jarang bertandang ke rumah Tuan besar Alfian lagi?Tetapi dia pernah sekali waktu kesana, dia juga tidak pernah bertemu lagi dengan Galih. Saat itu Nyonya Ely tidak pernah mempertanyakan keberadaan Galih, karena dalam pikirannya Galih hanyalah seorang Pelayan saja. Mungkin saja dia telah berhenti atau dipecat. Jadi Nyonya Ely tidak pernah peduli dengan
Saat ini, bukan hanya Fic saja yang tubuhnya gemetaran, tetapi Nyonya Ely juga terlihat gemetaran. Keduanya sama sama tidak pernah menyangka jika Erina adalah Mentari.Keduanya kini menatap Erina penuh keseriusan."Kamu," Nyonya Ely berjalan perlahan mendekati Erina.Sementara bibirnya Fic cukup bergetar menahan perasaan yang tiba tiba seperti hendak meledak dalam dirinya, yaitu perasaan bahagia. Fic tidak tahu harus berbicara apa. Kenyataan yang baru saja mereka ketahuan seperti sebuah mimpi disiang bolong."Erina.. kamu,"Erina sendiri tidak tahu harus percaya atau tidak jika dirinya ternyata adalah Mentari. Dia menatap Fic, Nyonya Ely dan Handoyo secara bergantian. Bibir Erina juga bergetar, dia mundur untuk beberapa langkah sambil menggelengkan kepalanya."Ini tidak mungkin. Aku bukan lah Mentari. Seharusnya kalian menyelidiki ini dengan lebih teliti lagi. Belum tentu," kata kata Erina terhenti manakala Nyonya Ely jatuh tepat di tubuhnya dan memeluknya dengan begitu erat."Mentari
Awalnya Erina begitu kesal dan ingin marah ketika Fic merusak bonekanya. Ternyata Fic melakukan itu untuk memastikan jika benda yang ia simpan saat itu masih aman disana.Fic mengeluarkan sebuah kalung giok dari sana. Lalu menunjukkan pada Erina."Dulu, Ibu memberikan kalung ini padaku. Katanya ini adalah simbol keberuntungan keluarga kami. Dia sengaja memberikan ini padaku untuk menjaga keselamatan ku. Aku berpikir, kala itu aku belum bisa menjagamu. Jadi aku memutuskan untuk menyembunyikan kalung itu dalam Boneka yang akan ku berikan padamu. Aku berharap, kalung itu bisa menjaga keselamatanmu untuk mewakili aku beberapa saat sebelum aku sanggup menjagamu dan akan menjadi keberuntungan untukmu."Erina tertegun menatap kalung giok yang sudah berada ditangannya. Artinya, Fic memberikan Boneka itu padanya semata-mata karena ingin Erina berada dekat dengan kalung ini, bukan karena bonekanya."Jadi, kamu sengaja ingin melindungiku?""Ibu akan tidak setuju jika tahu aku memberikan kalung i