Fic sedikit mengangkat tubuhnya. Dia menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi Erina."Jika kamu mendengar ini, kamu tidak akan percaya Erina."Fic menatap lekat kedua mata Erina. Fic sudah tidak sanggup untuk menahan sedikit lama lagi. Dia ingin segera memberitahu Erina kebenaran tiga bulan yang lalu.Erina masih menunggu."Katakan apa maksudmu Fic?""Erina. Tiga bulan yang lalu, malam kejadian yang terjadi padamu itu, apakah kamu tahu jika itu juga terjadi padaku?"" Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini? Apa kamu tidak bisa mencium aroma tubuhku?"Erina semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Fic."Pria yang telah menodaimu malam itu adalah aku, Erina. Dan Gadis yang pernah aku ceritakan padamu tempo lalu itu, adalah kamu."Hah!Erina begitu terkejut dan seketika terduduk."Kamu bilang apa?" Erina mengguncang bahu Fic yang juga ikut duduk."Gadis yang telah kunodai itu adalah kamu. Dan aku, adalah pria yang bersamamu malam itu. Disini, dikamar inilah."
Malam ini, di dalam kamar hotel ini tidak ada yang terjadi kepada Mereka berdua.Tidak ada adegan bercinta seperti malam tiga bulan yang lalu. Yang ada hanyalah sebuah cerita cinta yang terus menggetarkan kedua hati Mereka.Fic memeluk Erina dari belakang. Sementara Erina merebahkan kepalanya di dada Fic.Mereka sangat bahagia. "Erina. Maafkan aku telah meninggalkanmu setelah merenggut kesucianmu." Fic mencium kepala Erina beberapa kali."Maafkan aku juga Fic. Aku sudah mengumpat, membencimu dan bahkan pernah ingin membunuhmu. Padahal kamu telah menyelamatkan aku dari pria jahat." Erina menciumi tangan Fic."Aku bahagia Erina.""Aku juga." "Ayo kita tidur. Aku ingin memelukmu sampai pagi sambil membayangkan malam pertama kita yang panas itu."Erina menggigit lengan Fic."Jangan membayangkan malam itu. Itu sangat menjijikan!""Tidak mengapa. Tapi aku sangat suka."Fic menarik Erina ke kasur. Sekarang keduanya berbaring saling berhadapan.Erina terus memandangi wajah Erina."Tidurlah.
Melda dan Oca masih terbengong di depan Rumah besar itu.Tiba tiba gerbang itu terbuka. Dua Penjaga tampak terlihat mendekati mereka."Nona nona, silahkan masuk?" Satu penjaga mendekati mereka.Oca dan Melda terkejut. Masuk?"Maaf Tuan. Mungkin kami salah alamat." Jawab Melda."Ah, iya iya. Kami salah Alamat. Kalau begitu kami permisi." Oca membenarkan ucapan Melda dan segera menarik tangan Melda untuk pergi dari sana.Tetapi Penjaga segera berbicara yang membuat mereka tercengang."Nona. Bukankah kalian teman Nyonya Albarez? Silahkan masuk. Nyonya Albarez sudah menunggu kalian di dalam."Hah! Nyonya Albarez?Mereka berdua begitu tersentak. Kalau begitu, artinya mereka sedang berada di depan rumah Presdir Albarez. Pantas saja, rumah ini bak istana. Oca dan Melda tersenyum penuh malu."Bukan Tuan. Bukan. Maafkan kami. Maafkan kami. Ini hanya salah paham." Melda segera menarik tangan Oca. "Ayo cepat!" Melda menyuruh Oca untuk cepat pergi."Tapi Nyonya tadi mengatakan seperti itu, mem
Melda dan Oca menepuk keningnya masing masing. Kenyataan yang baru mereka ketahui adalah kenyataan yang luar biasa. Jika ini dijadikan berita, Ini bukan hanya sekedar berita panas! Tapi berita yang bisa menghebohkan seluruh dunia. Mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana jika orang orang di Stasiun Televisi mengetahui jika Erina adalah Nyonya Albarez?Terutama Meli, yang selama ini selalu menghina dan merendahkan Erina. Mungkin Meli akan segera gantung diri.Mereka tertawa. Ini seperti lelucon. Konyol! Seperti dongeng dari sebuah Novel. Seperti drama yang sedang diputar di bioskop!Seorang Reporter telah menikah dengan Presdir Albarez! Pria yang begitu menjadi sorotan publik. Bahkan selama ini mereka sangat penasaran dengan sosok Istri dari Presdir Albarez! Tidak sadar jika Orang yang telah membuat Mereka penasaran ada didekat mereka."Kalian sudah tahu, jangan katakan kepada siapapun ya?" Pinta Erina."Hah.. begitu?""Suamiku masih banyak urusan. Tapi sebentar lagi akan mengumumkan
Ketika Penjaga hendak menyeret mereka, Ibu tiba tiba berlari ke arah Erina dan berkata."Erina. Aku sudah lumayan baik memperlakukan mu selama ini. Jika bukan karena aku menerimamu di rumah keluarga Handoyo, apakah kamu masih hidup sampai sekarang? Jika bukan karena Suamiku membawamu kesana dan memohon kepadaku agar aku mengizinkan kamu untuk tinggal, apa kamu masih bisa menatap dunia dan menikah dengan Presdir Albarez? Lalu, kalau bukan karena Handoyo membiayai perawatan kamu saat di rumah sakit ketika kamu koma, dia tidak akan menanggung begitu banyak hutang! Bahkan dia masih membiayai kuliahmu! Kamu jangan melupakan kebaikan kami Erina! Jangan air susu kamu balas dengan air tuba!"Erina tertegun, apa yang dikatakan ibu semua benar. Meskipun Erina pernah menyesal sudah masuk dalam keluarga itu, dan terus menerima ketidak baikan Mereka, namun kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan juga.Ketika Erina menimbang, tiba tiba Fic muncul di dari balik gerbang tanpa mobilnya. Semua o
Bagaimanapun juga Rania sang Ibu masih keberatan jika Erina memutuskan hubungan dengan mereka. Dia masih memikirkan masa depan Perusahaan Handoyo. Berharap jika Presdir Albarez yang sekarang adalah Suami Erina akan mau membantu Perusahaan mereka, dengan begitu Perusahaan mereka pasti akan bisa lebih maju."Erina, seharusnya kamu jangan ingin memutuskan hubungan kita. Aku tahu kami pernah bersalah padamu. Tapi aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri."Mendengar Ibunya berkata demikian, Alika marah. Dia menarik tangan Ibunya."Putus hubungan ya putus saja Bu. Apa yang bisa diharapkan lagi dari Erina? Memang seharusnya dia tidak pernah masuk ke keluarga kita. Menyebabkan Ayah lebih menyayangi dia daripada kita. Dia itu pengganggu, bahkan terus mengganggu hubunganku dengan Rafael!"Rania langsung melotot. "Mulutmu Alika. Tidak baik bicara seperti itu pada Erina."Alika tidak peduli malah menatap sinis ke arah Erina. "Kalau bukan karena kamu, Perusahaan kami masih akan baik baik saj
Fic bukanlah orang yang pandai merangkai kata, padahal dia ingin menenangkan istrinya. Jadi Fic langsung memeluk tubuh Erina dengan begitu erat dan berusaha untuk memberikan ketenangan melalui pelukannya.Selesai menceritakan masa lalunya yang sulit, Erina kemudian bertanya masih dalam dekapan suaminya."Apa kamu menyesal telah melepaskan Perusahan Handoyo?""Apa kamu ingin tau?" Fic berbicara dengan pelan. "Aku menyesal. Apalagi setelah mendengar bagaimana perlakuan Mereka kepadamu di masa lalu. Seharusnya aku malah membunuh mereka saja.""Fic. Kamu sudah berjanji? Bagaimana kamu akan mengingkarinya?" Erina mendongak."Ya. Aku akan melepaskan mereka, tetapi aku ingin agar Perusahaan itu kembali untuk Handoyo lagi. Bukan Rania atau Menantunya itu.""Bagaimana caranya?" Tanya Erina.Fic tersenyum. "Itu adalah urusanku. Jadi kita akan membantu Handoyo untuk bisa kembali mengambil haknya."Erina mengangguk, sudah mempercayakan semuanya pada Fic saja."Sekarang jangan biarkan orang menin
Fic tersenyum, dia tahu Erina sedang kecewa padanya. Tidak masalah bagi Fic, karena sebenarnya dia sedang menyiapkan suatu kejutan luar biasa untuk Erina."Sebenarnya, aku sudah menyiapkan kejutan besar untuk kamu disana. Aku juga berniat untuk mengundangmu meskipun hanya sebagai tamu, karena pernikahan kita masih ingin aku publikan setelah Peresmian Perusahaan baru itu." Fic menarik nafas. "Lalu mengenai undangan untuk Stasiun Televisi itu, benar katamu tadi, aku sama sekali tidak tahu menahu tentang itu. Semua itu sudah pekerjaan tim pelaksanaan pesta. Mereka bisa menilai mana mana Stasiun Televisi yang pantas untuk diundang. Alasan mereka juga tepat, karena mereka hanya mengenal kamu sebagai reporter andalan Televisi itu. Mereka belum tahu, jika kamu telah keluar dari pekerjaanmu."Erina mengangguk angguk, semua yang dikatakannya Fic masuk akal."Tapi, aku dengar tadi, teman kamu meminta bantuanmu? Apa kamu akan membantu Mereka?"Erina menyerngitkan alisnya. Fic berkata demikian,