Zha memiringkan senyumnya dan melangkah mendekat. Melihat pergerakan Zha, Alex langsung mundur beberapa langkah ke belakangTerdengar Zha bersuara sambil menatap dingin ke arah Alex."Sudah kuperingatkan padamu. Jangan pernah menyentuh keluarga Albarez atau kamu akan berhadapan langsung dengan ku!" Ucap Zha."Penghianat!" seru Alex masih dengan menggeser kakinya, di dalam hatinya Alex sudah merasa cemas melihat tatapan mematikan milik Zha yang tepat mengarah padanya.Zha menyeringai tipis."Apa kamu bilang? Penghianat?""Alex, Alex. Aku tidak menyangka, setelah mendapatkan penolakan dariku, kamu malah menyewa Klan Vargas untuk menyakiti Keluarga Albarez. Apa kamu lupa jika aku mempunyai seribu mata Alex? Kamu tidak tahu ya, jika Vargas itu hanya seujung kuku dari klanku." ucap Zha kembali, melirik Aaron yang menatapnya dengan penuh kebingungan. Namun saat ini Aaron mencoba mendengar dan mencerna dengan baik percakapan mereka.Zha kembali menatap Alex dengan tajam. Alex kembali melangk
Wajah Gadis Beracun itu memerah, kemudian dia menjawab dengan cepat."Ah, iya. Tidak Tuan, bertahanlah kalau begitu. Tunggu sebentar." jawab Zha, tangannya kini berusaha menarik tubuhnya dari bawah naungan tubuh Aaron. Zha terus berusaha menggapai lantai dan Zha akhirnya berhasil keluar.Zha terus memutar otaknya sambil mengedarkan pandangannya hingga berhenti di sebuah tali yang tergeletak begitu saja di pinggir lorong tidak jauh dari tempat Zha berdiri. Tali yang diduga Zha biasa digunakan mereka untuk menyeret tawanan.Dengan menyeret kaki kirinya yang terkena peluru itu, Zha meraih tali itu.Meski tangan kiri Zha tidak bisa bergerak dengan lincah lagi akibat peluru yang masih bersarang di bahunya itu, Zha berusaha mengikatkan tali itu ke balok yang menimpa tubuh Aaron dan mengaitkan ujungnya pada sebuah tiang yang masih berdiri kokoh di sana. Zha terus menarik tali itu sekuat tenaganya."Tuan, cepat bergerak!" teriak Zha memberi aba-aba pada Aaron. Dengan susah payah, perjuangan m
Aaron menarik nafas panjang sebelum akhirnya menghembuskan dengan berat, lalu mulai menceritakan awal mula kejadian yang menimpanya dan Zha."Maafkan aku Emily. Semua adalah salahku. Aku mencurigai gadis itu. Dan menyeretnya keluar dari rumah ini tanpa sepengetahuanmu. Di tengah perjalanan pulang setelah aku menurunkan Zha di tengah jalan serombongan mafia sewaan Alex sepupu Felix berhasil membawaku. Malam itu, jika Zha tidak datang tepat waktu menyelamatkan aku, mungkin kita tidak bisa bertemu lagi. Zha tertembak oleh mafia sewaan Alex saat berusaha membawaku keluar dari sarang Mafia mereka." jelas Aaron sambil menggenggam erat jemari istrinya dengan tatapan penuh penyesalan."Aku tidak menyalahkanmu Aaron, karena aku mengerti maksudmu. Kamu hanya ingin melindungi keluarga kita. Mungkin jika tidak dengan begini kamu juga tidak akan memahami siapa Kanzha.""Kamu benar, Emily. Akhirnya aku mengenal siapa gadis yang sudah mengambil hatimu dan Halilintar." balas Aaron."Aaron. Apa sekara
Zha terlihat mengibaskan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Pandangannya menyebar ke sekeliling ruangan kamar yang nampak tak asing baginya ini, tapi juga tidak terlalu diingatnya itu. Zha berusaha mengingat apa yang terjadi, hingga seseorang membuka pintu dan mendekatinya."Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?""Hall. Dimana ini. Apa yang terjadi?" Zha bertanya pada Halilintar yang sudah berdiri di samping Ranjang."Kamu berada di kamarku. Tenanglah. Dokter sudah mengeluarkan peluru dari tubuhmu dan sudah mengobati lukamu. Sebentar lagi kamu akan pulih." jawab Halilintar, kini dia duduk di samping Zha yang juga sudah duduk di tepi ranjang."Lalu dimana Elang?" tanya Zha."Elang sudah kembali ke markas , dan Ayahku sengaja membawamu kemari." jawab Halilintar.Zha mendongak, dia teringat tentang Aaron Albarez, Ayah dari pria ini. Mengingat akan perjanjian Mereka sebelum tragedi ini terjadi. Zha mulai banyak berpikir kemudian dia berkata,"Aku harus pulang sekarang. Te
"Hall.." Zha menarik tangan Halilintar."Cepatlah berganti, kamu jangan memancingku?" ucap Halilintar tetap tidak mau menoleh pada Zha."Siapa yang ingin memancingmu? Aku harus ganti pakai apa? Aku hanya ingin meminjam bajumu, mesum!""Nih. Pakai ini." Hall menyodorkan pakaian pada Zha dan mau tidak mau matanya kembali menangkap pemandangan yang membuatnya gemetar itu.Saat Zha meraih pakaian itu, Halilintar nampak memejamkan matanya dan membuang nafas beratnya kemudian tiba-tiba dia menarik cepat tubuh Zha."Hall,.!" Zha terperangah namun ia tidak sempat menghindar ketika Halilintar sudah mencium habis bibir nya dan mendorong tubuhnya hingga terlentang di atas ranjang dan Halilintar kini sudah menindih tubuhnya."Hall, kamu sudah gila!""Maaf Zha, aku tidak bisa menahannya." bisik Halilintar kembali mencium bibir Zha dan menarik sedikit turun handuk yang melilit tubuh Zha lalu segera menghujaninya dengan bibirnya."Hall, Ah.!" Zha mendesah lirih ketika Halilintar bermain di dadanya d
"Perasaan kita Zha, ini tentang perasaan kita. Percayalah. Semua akan lebih mudah jika kita menghadapinya bersama-sama, apapun itu." Halilintar meraih tubuh Zha dan memeluknya."Aku ingin menemanimu,"Zha hanya terdiam tanpa menjawab, yang di pikirkan Zha saat ini adalah bagaimana ia harus pergi dari keluarga ini. Ia tidak ingin keluarga Albarez ini terlibat jauh dalam kehidupannya yang memiliki jalan yang begitu berbeda dengan jalan kehidupannya.Bagaimana tidak, Keluarga Albarez adalah keluarga terhormat dari kalangan kelas atas yang sangat terkenal di negeri ini. Sementara dirinya hanyalah seorang mafia yang memiliki riwayat kelam dan bisnis gelap yang sangat menyimpang dari keluarga ini.Sebab itu Zha banyak berpikir. Jika ini teruskan, hubungan mereka akan diibaratkan orang seperti bumi dan langit. Satu jauh diatas dan dipuja, sementara satu berada dibawah dan dibenci.Bagaikan air dan minyak yang tidak akan mungkin bisa untuk bersatu. Jika dipaksakan itu hanya akan menjadi masal
BOOM!Seketika jantung Zha seperti hendak meledak, dia terkejut. Namun Zha yang sangat pintar menyembunyikan perasaan itu bisa berpura-pura tidak terkejut.Zha hanya tersenyum simpul."Ah, Tuan. Apa aku tidak salah mendengar?""Tidak. Kamu tidak salah dengar. Di hadapanmu langsung, aku ingin melamarmu untuk putraku Halilintar. Bersediakah kamu untuk menjadi menantu kami?"Sekarang ini Zha bahkan tidak bisa menetralkan jantungnya yang berdegup kencang saat ini. Meskipun wajahnya tetap terlihat tenang."Tuan, sepertinya kalian salah memilih. Kalian akan menyesal.""Bukan itu jawaban yang aku inginkan Zha. Bisakah kamu menerima lamaranku ini?" kembali Aaron Albarez bertanya pada gadis yang mulai terlihat sedikit gelisah itu."Maaf Tuan. Tapi aku sungguh tidak bisa." jawab Zha kembali dengan wajah datarnya."Beri aku alasan atas penolakanmu." ucap Aaron masih tetap dengan sorot kewibawaannya."Banyak hal Tuan. Selain karena aku bukanlah wanita yang tepat untuk seorang Putra mahkota sepert
Sepanjang perjalanan Zha tidak membuka suaranya, gadis itu hanya diam dan menatap lurus ke depan, lain hal dengan pemuda yang tengah duduk mengendalikan setir di sebelahnya itu, ia terus berbicara ke sana kemari sambil terus melirik Zha sampai tangan Zha menepuk ringan wajahnya ketika satu lirikan tertangkap basah oleh Zha."Apa yang kamu lihat!""Jelas wajah kekasihku ini. Apa kamu keberatan?""Ya. Aku keberatan! Jadi jangan terus melihatku!""Ah Zha,.. apa yang membuatmu keberatan? Itu bahkan tidak akan membuat kulitmu lecet sedikit pu." bantah Halilintar."Diamlah Hal, Aku tidak suka. Fokuslah menyetir atau aku yang akan membawanya."Halilintar lagi-lagi hanya bisa menghela nafas, ia harus semakin bersabar menghadapi kekasihnya yang mempunyai hati sedingin es itu.Laju kendaraan masih terus berlanjut di jalanan aspal hingga beberapa saat.Zha menoleh ke arah Halilintar ketika ia menangkap sesuatu yang mencurigakan di belakang Mobil mereka."Sepertinya, ada yang mengikuti kita."Hal