Bab 39 : Memanggil Ayah***"Nak, kamu benar berasal dari Desa Routh?" tanya Bos Ronald. "Memang benar aku berasal dari Desa Routh." kata Rian. "Bagaimana aku harus memanggil Paman? Aku belum mengetahui siapa nama Paman. Perlukah aku memanggil dengan sebutan 'Bos' juga?" tanya Rian. "Namaku adalah Ferry Orlando, kamu bisa memanggilku Paman Ferry mulai dari sekarang." kata Bos Ronald yang ternyata bernama Ferry Orlando. "Jadi bagaimana keadaan Desa Routh sekarang?" tanya Ferry. "Alhamdulillah, sekarang sudah sangat baik. Semua itu berkat Paman Ronald yang telah mengalahkan Tuan George seorang diri." kata Rian. Pada saat ini, Ferry merasa sangat terkejut. Sebab dia memang sengaja mengusulkan Ronald untuk pergi ke Desa Routh saat Ronald mengatakan ia berencana mau liburan. "Niat awal ku adalah untuk membuat Ronald mampus di tangan Tuan George dengan Ronald yang ke sana. Dengan begitu, aku tidak perlu melihatnya lagi di sini. Kemudian Geng Naga Hitam akan turun tangan untuk menyela
Bab 40 : Membangun tekad pada diri Rian.***Ronald tersenyum saat menyaksikan istrinya sudah tertidur lelap. Tangan Ronald pun menyentuh dan mengusap kepala Aisyah. Ia membelai rambutnya selama beberapa waktu kemudian segera berjalan menuju keluar. Setelah keluar, Ronald masuk melalui pintu yang lainnya. Dalam ruangan empat kali empat meter itu hanya terdapat sebuah sofa dan di atasnya ada Rian yang sedang tertidur. Ronald kemudian berjongkok dan segera menatap Rian dengan senyuman. "Aku harus membangun tekadnya sebelum memutuskan untuk mendidik Rian." batin Ronald. Tangannya pun segera menggoyangkan tubuh Rian agar ia terbangun. "Ayah?! Apa yang Ayah lakukan?" tanya Rian. "Aisyah sudah tidur, aku ingin membawamu melihat sesuatu pada malam ini." kata Ronald. "Membawaku melihat sesuatu?" Rian merasa sangat heran, tidak mengerti dengan yang Ronald inginkan. "Berhentilah bertanya dan ikutilah bersamaku!" kata Ronald. Rian kemudian menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk
Bab 41 : Membangun tekad pada diri Rian part 2***Lisa kini menghela napas saat melihat Ronald dan Rian kini telah berhasil keluar dari rumah bordil ini dengan aman. "Hey cantik, kenapa aku baru melihat mu? Kau orang baru yah? Temani aku untuk malam ini, maka aku akan memberikan mu uang yang sangat banyak." kata seorang pemuda mesum dari belakang. Lisa yang mendengarnya kini merasa sangat kesal. Dirinya yang adalah salah satu pimpinan tertinggi geng Naga Hitam--sebuah Gangster terbesar di luar negeri. Kini malah ditawarkan sesuatu yang seperti itu oleh seorang pria mesum? Lisa tidak akan tinggal diam. Lima menit kemudian, pemuda mesum itu kini terbaring tidak bernyawa di lantai sementara Lisa sudah pergi tanpa diketahui oleh siapapun. Kemampuan menyelinap Lisa ternyata sangat bagus. Sementara itu, Rian kini menatap Ronald dengan penuh maksud. Ada sangat banyak pertanyaan di dalam kepala Rian pada saat ini. Saat itu Rian dan Ronald berada di bundaran kota Xudong bagian timur. Lok
Bab 42 : Membangun tekad pada diri Rian part 3***Rian tidak bisa tidur karena kepikiran masalah di rumah bordil itu. Ucapan-ucapan Ronald juga turut serta dalam membuat Rian susah tidur. Pada subuh hari, Rian masih belum bisa tidur hingga akhirnya Ronald pun mengetuk pintunya untuk membangunkan Rian dengan maksud memanggilnya makan sahur bersama.Mendengar suar ketukan pintu, Rian kemudian berjalan untuk kemudian membuka pintu. Pandangan Ronald dan Rian kemudian bertemu. "Sudah waktunya makan sahur." kata Ronald. Rian masih tetap di tempatnya dan menatap Ronald. Ronald kemudian tersenyum dan membelai kepala Rian kemudian berkata, "Lupakan segalanya untuk saat ini. Semua pertanyaan mu itu akan terjawab besok pagi. Sekarang, kita makan sahur terlebih dahulu." kata Ronald. Rian kemudian menghela napas. ***Di meja makan, Rian hanya diam saat makan sahur. Ronald pun juga begitu, tampak ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. "Sebenarnya kalian ini kenapa sih? Kenapa seperti
Membangun tekad pada diri Rian part 4***Beberapa saat berjalan di arena kumuh kota Xudong yang ternyata sangat luas. Itu artinya, ada sangat banyak sekali rakyat jelata di kota Xudong ini. Dan semuanya berkumpul di satu kompleks yang luas. Ronald dan Rian kini melihat ada keramaian di depannya. Penasaran, Ronald dan Rian segera ke sana. Ronald merasa sangat senang ketika akhirnya melihat seorang preman yang datang dan membawa paksa seorang anak gadis. Mungkin seumuran dengan Rian. "Ayahmu tidak membayar hutang, maka aku akan membawamu sebagai buda, untuk menebus hutang Ayahmu itu!" seru seorang preman. Seorang pria bertubuh gempal sedang berdiri di sana. Dua orang anak buahnya yang bertubuh kekar memegangi seorang anak gadis yang malang. "Tolong jangan ambil putraku, kumohon!" kata seorang wanita paruh baya. Sepertinya dia adalah ibu dari anak gadis itu. "Aku hanya berhutang lima ratus ribu, aku bahkan membayar lebih banyak dari itu. Kenapa masih ada banyak? Lepaskan putriku!"
Membangun tekad pada diri Rian part 5***Tuan tertegun pada saat melihat Ayahnya itu. Pakaian dan pose yang ia tunjukkan pada saat ini, membuat Rian teringat pada patung Ronald yang di buat di Desa Routh. " ... " Rian tidak bisa berkata-kata pada saat ini. "Hahaha, muncul satu pahlawan kesiangan lagi. Bunuh saja sekalian!" seru Pak Baron. "Dor!"Saat Pak Baron akan menembak dan telah mengarahkan pistolnya kepada Ronald, suara tembakan kini terdengar. Gadis kecil itu beserta kedua orang tuanya termasuk Rian kini membuka matanya lebar-lebar. Suara tembakan terdengar, namun Ronald baik-baik saja. Tangan Ronald juga mengarah pada Pak Baron, pistolnya seperti baru saja digunakan menembak. Yang selanjutnya terjadi ..."Argh!" pistol milik Pak Baron terjatuh ke bawah kemudian terdengarlah suara jeritan kesakitan. Anehnya. Para warga memilih masuk ke rumah dan tidak ingin ikut campur. Mereka semua hanyalah sekumpulan pecundang dan pengecut, tidak berguna! "Tunggu apa lagi? Bunuh oran
Membangun tekad pada diri Rian part 6***Rian kini sudah tidak bisa mencegah Ronald dari di bawa oleh Inspektur Eva ke kantor polisi. Ronald hanya tersenyum saat melihat Pak Baron yang sepertinya sudah mempunyai niat buruk. Sepertinya akan balas dendam setelah Ronald di bawa pergi oleh inspektur Eva. Ronald kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain yang ternyata sudah ada Lisa yang mengawasi. Semenjak kemarin malam, Lisa memang sudah sangat kepo dan mulai mengawasi dan mengikuti keduanya.Ronald tersenyum sebelum akhirnya menggoyangkan bola matanya seolah memberi isyarat kepada Lisa. "Sejak kapan Tuan Ronald menyadari keberadaan ku? Sepertinya dia juga mengisyaratkan untuk melindungi bocah ingusan itu. Sebenarnya siapa anak kecil itu?" pikir Lisa. Ia heran dengan yang di saksikan-nya."Tuan Ronald juga hanya pasrah di bawa oleh Inspektur Eva. Apakah ada rencana? Tapi apa itu?" batin Lisa. Merasa sudah aman bagi Rian dengan keberadaan Lisa, Ronald kemudian tersenyum. Ia lalu
Membangun tekad pada diri Rian part 7***Rian merasa kesal saat menatap ke arah preman di hadapannya. Bisa-bisanya ia di palak oleh preman jalanan dalam keadaan seperti ini. "Jika kau bersikeras ingin mencari masalah denganku, maka akan aku ladeni dan aku tidak akan mengalah. Aku akan melawan mu sekuat tenaga." kata Rian. Si preman hanya bisa istighfar pada saat ini. Ia menatap ke arah Rian dengan tatapan kosong. "Anak muda, jika kau tidak mau menyerahkan uangmu. Maka aku akan menghajar mu sampai mati dan memberikan tubuhmu makan pada anjing." kata si preman. "Coba saja jika berani, kalaupun harus mati, aku akan melawan sekuat tenaga. Aku bukanlah pengecut yang akan takut padamu." kata Rian yang sudah siap melawan. Jika preman itu menyerang, maka pasti Rian akan melawan. Si preman kemudian menatap lekat wajah Lisa yang sekarang sudah memegang pistol. Sekali melukai Rian, maka akan langsung di bunuh. "Sialan, siapa sih bocah ini? Kenapa Nona Lisa mau membuatnya takut? Tapi tidak