Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
“Nada! Sini kamu!”Dari dekat pagar rumah Nada ada seorang wanita berteriak memanggil namanya. Nada tahu siapa wanita itu, dia adalah orang yang sering menghina keluarganya. Nada menyuruh Nazril masuk, Nada tahu apa yang akan terjadi dan dia tak ingin sampai Nazril mendengarnya. Nada mendekat ke arah tamu yang tak sopan bertarik di depan rumahnya itu.“Assalamu’alaikum, Bu Nia. Ada ap....”“Jangan banyak basa-basi!” ketus Nia menyela perkataan Nada.“Astagfirullah, Bu. Saya tadi ucap salam, lo. Ibu Nia lupa atau gimana, hukum menjawab salamkan wajib. Jadi....”Lagi-lagi perkataan Nada disela oleh Nia.“Jangan ceramah! Sekarang bukan waktunya ceramah. Kalau mau ceramah sana di masjid!” ketus Nia dan Nada hanya beristighfar dan menggelengkan kepala merasa lucu sendiri dengan tingkah tetangganya ini.“Saya bukan ceramah, saya hanya sekadar mengingatkan saja. Kalau menjawab....”“Alah banyak omong, ya!” Nada membuang napas kasar. Percuma, rasanya percuma berbicara baik-baik pada orang y
Setelah pertengkaran dirinya dengan Ningsih. Membuat Nada yakin untuk mencari Aziz. Ia pun sebenernya ingin tahu alasan Aziz meninggalkan ia dan anaknya bertahun-tahun tanpa sedikitpun memberikan kabar.Yang membuat hatinya semakin ngilu, ketika ia mendapatkan dan melihat anaknya harus jadi bahan rundungan karena tidak memiliki seorang Ayah. Bukan hanya itu saja, tak jarang dirinya selalu dimaki-maki orang. Dituduh sebagai wanita pembawa sial dan janda gatel suka menggoda suami orang.Astaghfirullah.Hanya satu kata itu yang sering ia ucapkan. Dia merasa tidak pernah menggoda suami orang. Yang ada justru dirinya yang selalu dan selalu saja diganggu. Saat ini, Nada tengah duduk melamun di atas kasur. Seraya memegangi dan melihat sebuah foto usang. Foto di mana ada dirinya, Aziz dan Nazril--anaknya saat berusia satu tahun.Setetes demi setetes air mata terjatuh, membasahi mata dan kedua pipinya."Mas, kenapa kamu tidak pulang-pulang? Apakah kamu tidak merindukan aku dan Nazril? Apaka
Kapal semakin menjauh dari pelabuhan. Itu tandanya semakin nyata pula jika Nada benar-benar harus meninggalkan ibunya sendiri, meninggalkan Kotabumi serta meninggalkan kenangan buruknya.Mungkin apa yang dikatakan ibunya benar. Manfaatkan waktu untuk mencari suaminya. Dengan bekal informasi seadanya Nada akan memulai melakukan pencarian keberadaan suaminya. Dan berharap ia bisa mengetahui apa yang ingin ia ketahui.Nada mengusap kepala Nazril yang saat ini tengah tertidur di pangkuannya. Sementara Nada menyenderkan kepalanya ke dinding kapal seraya tatapannya kosong jauh berkelana. Memikirkan ibunya serta suaminya yang sangat ia sayangi dan cintai. Nada tak menyangka hidupnya akan sekacau dan serumit ini. Satu ingin Nada untuk saat ini; menemukan suaminya lalu setelah itu pulang kembali ke Kotabumi, Lampung Utara. Simple.Tak terasa air matanya menetes dan hal itu menarik perhatian seseorang yang sedari tadi menatap Nada. Orang itu lalu mendekat dan duduk bersebelahan, tetapi Nada sam
Setelah lima jam dalam kapal akhirnya Nada bisa menapaki kakinya di pelabuhan Merak. Kapal yang ia tumpangi harus tertahan beberapa jam sebab di pelabuhan Merak belum ada kapal yang berlayar. Hingga tidak ada tempat untuk menyandarkan kapal.Perjalanan Nada masih panjang. Perlu beberapa jam lagi untuk sampai ke Jakarta. Nada begitu kesusahan saat berjalan sebab ia tak tega membangunkan Nazril alhasil ia pun harus memangku Nazril yang terlelap.Jam menunjukkan pukul empat pagi, ia berniat untuk menunggu waktu subuh tiba setelah itu ia akan melanjutkan perjalanannya dalam pencarian sang suami. Dari jarak beberapa meter Nada melihat mesjid, ia pun bergegas ke sana dengan ringkih. Sampai di mesjid Nada segera menidurkan Nazril dipaling pojok mesjid. Sementara dirinya hendak mengambil air wudu. Air wudu menerpa wajah cantik Nada, memberikan kesegaran di tengah kegersangan hati. Di tengah gundah gulana dan di tengah keputusasaan. Setelah selesai berwudu, Nada memakai mukena yang tersedia
“Mbak, ayo kita pergi!” Ajakan seseorang membuat Nada langsung mendongakkan kepala. Ia kaget melihat siapa yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. “Kamu?”“Hehe, iya, Mbak ini aku,” Akbar cengengesan.“Aku kira kamu udah pergi,” kata Nada seraya bangkit dan hendak pergi.“Aku nungguin Mbak, biar kita berangkat bareng,” terang Akbar seraya ikut berjalan mengikuti Nada.Nada menghentikan langkahnya. Lalu menoleh ke Akbar yang ada di sampingnya. “Bareng?” ulang Nada dengan nada keheranan“Aku mau ke Jakarta, kamu lebih baik lanjutin perjalanan kamu,” tolak Nada seraya kembali berjalan.“Aku pun mau ke Jakarta, Mbak. Aku memang tinggal di sana. Ke Lampung aku habis melakukan penelitian tentang gunung Krakatau,” terangnya. Tanpa mempedulikan Akbar Nada terus berjalan. Dengan mata yang tak henti mencari sesuatu, sarapan yang cocok untuk dirinya dan Nazril. Sementara Akbar masih setia mengikuti Nada dari belakang. Tanpa sepengetahuan Nada diam-diam Akbar mengikuti Nada mulai dari k