Suasana kembali cair usai Suzy menata kembali hatinya, dia harus menghargai Brian sebagai klien secara profesional. Toh sudah 1 milyar rupiah yang dikantonginya dari pembayaran Brian untuk pernikahan kontrak mereka. Hendrawan mengantarkan bosnya bersama Suzy Malika untuk bertemu dengan Mister Rodrigo Albruch sore ini di resort pribadi beliau yang ada di daerah Ubud. Sebetulnya bisa saja Brian mengajak sopir untuk mengemudikan Pajero Sport miliknya. Namun, dia lebih nyaman dengan pelayanan Hendrawan yang cenderung tenang dan cerdik."Nanti kita bertiga bakalan nginep semalam di paviliun seperti sebelumnya. Kamu suka 'kan, Suz sama resort Mister Rodrigo yang di Ubud?" ujar Brian santai sembari merangkul bahu istrinya di bangku tengah Pajero Sport hitam yang melaju stabil."Sukalah, Mas. Tempatnya sejuk, maklum soalnya ditengah hamparan sawah padi. Rasanya seperti kembali ke desa gitu!" jawab Suzy yang membuat suaminya terkekeh."Kalau kamu suka, nanti kita nginep di sana dua malam deh,
Sekalipun bibir Brian berkata pernikahannya dengan Suzy Malika hanya sebuah kontrak di atas kertas. Namun, tubuhnya dan alam bawah sadar pria itu mengatakan yang sebaliknya. Di bawah selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangnya bersama Suzy, dia memeluk erat istrinya saat terlelap seolah ingin mencegah wanita itu pergi darinya. Tentu saja Suzy yang calon psikolog menganalisa tingkah laku Brian terutama berkaitan dengan dirinya. Dia melamun dalam diam dan berpikir. Tanpa sengaja Suzy bersin beberapa kali karena terkena AC yang dingin. Brian pun membuka matanya perlahan-lahan lalu berkata, "Sayang, kamu kedinginan ya?" Dia merapatkan selimut di sekitar bahu dan leher Suzy. Kemudian melirik sekilas ke jam dinding di bawah AC yang berseberangan dengan tempat tidur."Setengah jam lagi kita makan malam sama Mister Rodrigo. Apa mau siap-siap sekarang, Mas?" ujar Suzy. Tadi sebelum tidur memang mereka sudah mandi sore berdua, lengkap dengan serangan ganas di bawah shower."Sebentar lagi y
"Shinta, temani aku bercinta malam ini!" ucap Carlos setelah mengunci pintu kamar tidurnya. Perempuan berdarah Bali yang masih berusia awal kepala 2 itu mengalungkan kedua tangannya di leher Carlos. "Ayo, Darling!" jawabnya positif."Ini yang kusukai darimu, Shinta—nggak pernah nolak ajakanku!" ujar Carlos di tepi telinga Ni Kadek Shinta lalu menyesap daun telinganya. Jemari lincah Carlos mulai melucuti resleting gaun selutut bermodel sleeveless dari bahan kain batik warna putih bercorak tanaman Pakis biru itu hingga luruh ke lantai. Sekalipun dalam kondisi hamil trimester satu, tubuh wanita itu tetap membuat Carlos tergila-gila.Dia meraup tubuh Ni Kadek Shinta ke gendongannya lalu menurunkan di tengah ranjang. Bibirnya mulai menyusuri kulit sehalus sutera itu."Aahh ... Carlos ... I love you, Darling!" racau Ni Kadek Shinta sembari merem melek merasai betapa nikmatnya cumbuan bule Italia bertubuh atletis itu. Dia menggelinjang pasrah dan membuka pahanya lebar-lebar ketika jemari C
Siang jelang sore itu Brian mengunjungi Pantai Keramas sekali lagi bersama istrinya. Dia membiarkan Hendrawan yang menjaga Suzy ketika dia bermain selancar di atas ombak yang cukup tinggi. Olah raga yang menantang serta memacu adrenalin kegemaran Brian sejak SMA itu tak bisa dilakukan di sembarang tempat. Pulau Bali yang memiliki banyak pantai berombak adalah surga bagi peselancar.Di balik kaca mata hitamnya, Suzy mengamati suaminya yang sedang asik surfing. Dia menikmati kelapa muda sambil duduk berselonjor di bangku kayu berjemur dengan payung lebar terkembang di atas kepalanya."Pak Brian kelihatan seneng banget deh itu, Bu!" komentar Hendrawan sambil melihat ke arah pantai berombak di mana bosnya asik berselancar sendirian."Iya, dia 'kan hobi surfing. Oya, Hen kalau boleh tanya nih. Kemarin yang ngunciin aku di toilet resort siapa sih? Kamu sudah lihat rekaman CCTV nya 'kan?" balas Suzy sambil memangku buah kelapa muda dengan hiasan di atas pahanya.Hendrawan berdehem tak nyaman
Email susulan masuk ke inbox Thalita dan kali ini berasal dari papanya. "Thalita, apa-apaan ini? Kata mama kamu sudah dihamili pria tak dikenal, apa benar?! Besok kalau sudah di Jakarta, Papa mau ngomong sama kamu dan juga Brian!"Mendadak Thalita panik, ternyata respon papanya lebih keras bila dibanding mamanya tadi. "Mampus deh aku! Aduh ... gimana dong? Mana berani aku hadapin papa mama sendirian?!" Perempuan muda yang sedang hamil besar itu berjalan mondar-mandir sambil bergumam kebingungan."Aku mesti minta Mas Indra ke Jakarta deh buat ketemu papa mama!" putusnya lalu segera menelepon suaminya dalam fitur videocall.Nada sambung itu terdengar tiga kali sebelum wajah Indra Gustavo muncul di layar ponsel Thalita. "Halo, Cayangku, kenapa kok VC aku, kangen ya?" jawab pria itu dengan seringai lebar di wajah tampan bercambangnya."Halo, Mas Indra. Ini gawat, Mas. Papa ngamuk ke aku tadi di email. Beliau sama mama mau balik ke Jakarta naik yacht paling lambat sampai di rumah lusa, kat
Sepulang dari kuliah, Thalita makan siang lalu duduk di teras depan rumahnya memandangi ayam-ayam kalkun peliharaan kesayangan abangnya yang berjalan-jalan di halaman taman depan. Dia selalu terhibur melihat penampilan hewan unggas bertubuh besar yang gerakannya menurutnya agak kikuk itu. Jarang dia perhatikan ternyata piaraan Brian tersebut telah beranak pinak begitu banyak. Thalita pun tersenyum sambil bergumam sendiri, "Waktunya makan kalkun panggang nih kayaknya. Banyak amat keluarga kalkun piaraan si abang udah kayak se-RW aja tuh!"Sebuah taksi berwarna biru memasuki halaman kediaman Teja Kusuma yang luas lalu berhenti tepat di depan teras di mana Talitha sedang duduk bersantai di sofa. Jantungnya berdegub kencang, Thalita bangkit berdiri sembari terdiam memerhatikan tamu siang itu. "Thalita Sayangnya Mama!" seru Vanessa Teja Kusuma sambil berlari menaiki undakan teras depan menghampiri puteri kesayangannya.Ibu dan anak itu saling berpelukan serta berciuman pipi. "Apa kabar,
Pak Kevin menjabat tangan Indra yang genggamannya kokoh itu sembari menilai menantu barunya dalam hati. Dia berkata, "Jadi kamu yang namanya Indra Gustavo ya? Tahu nggak kalau menikahi anak orang butuh persetujuan orang tua si gadis?"Kedua pria beda generasi yang sama-sama tegap dan jangkung itu berdiri saling berhadapan. Dan Indra tetap bersikap percaya diri dan juga sopan. Dia menjawab, "Iya, benar. Maafkan keterlambatan saya menemui Om dan Tante sebagai orang tua Thalita, yang sekarang sudah sah menjadi istri saya.""Lantas orang tua kamu gimana, Indra? Sudah tahu belum pernikahan kilat kalian ini? Apa Thalita sudah kamu pertemukan dengan mertuanya atau jangan-jangan malah belum sama sekali?!" cecar Pak Kevin bersedekap dengan nada bicara penuh penghakiman.Tubuh Indra bermandikan keringat dingin di balik setelan jas Armani yang dikenakannya. Ternyata papa Thalita lebih galak dibanding abangnya mirip Herder. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab dengan tenang, "Sebenarnya
"Suz, kamu nggakpapa 'kan kutinggal di Jakarta sendirian? Aku mesti balik ke Bali buat meeting bareng anak buahku ngebahas proyek baru Mister Rodrigo di Tanah Lot itu!" ujar Brian kepada Suzy di dalam kamar tidur mereka.Hari masih agak gelap sekalipun sudah pagi, memang sudah masuk bulan-bulan musim penghujan. Awan mendung menghalangi sinar matahari pagi dari fajar yang seharusnya telah merekah.Suzy yang masih memeluk tubuh telanjang suaminya di bawah selimut pun menjawab, "Aku nggakpapa kok, Mas. Tenang aja, kita juga sudah biasa LDR-an bukan?" "Hmm ... ya sudah kalau begitu. Kamu jangan cerita ke papa mama tentang pekerjaan kamu di The Glam Expat ya, Suz. Aku kuatir mereka akan salah paham, dikira kamu jual diri di sana bisa runyam ntar!" pesan Brian yang gelisah dengan kehadiran orang tuanya di Jakarta serumah dengan Suzy.Sejenak wanita itu berpikir kenapa runyam? Lalu dia paham dan mengangguk patuh. "Mas, aku nanti malam ada pentas kabaret, gimana dong?" tanya Suzy ragu. Peker