"Tuan Harry, panti asuhan yang disebutkan oleh pengasuh anak itu mengonfirmasi bahwa pada tanggal Serena hilang, mereka menerima seorang bayi berusia setahun yang diserahkan wanita misterius," ujar Bill Keller, detektif swasta yang disewa jasanya untuk mencari puteri kandungnya yang hilang dua puluh tahun silam.Harry Livingstone membalik badannya dari balik kaca jendela kantornya di Jakarta Pusat. Dia menghela napas lalu berkata, "Ajak kepala pengawalku untuk menjemputnya, Bill. Aku ingin menemuinya dan memintanya tinggal kembali bersamaku!""Tentu saja, Tuan Harry. Saya permisi!" sahut Bill Keller lalu meninggalkan ruang presdir Cocoa Palm World Company. ***Sesampainya di Denpasar, Bali usai pesawatnya mendarat, Suzy segera mencari taksi bandara untuk mengantarnya ke mess karyawan Teja Kusuma Realty di Candidasa. Dia tak ingin menggunakan taksi online lagi karena trauma kejadian naasnya yang lalu saat nyaris diruda paksa sopir iseng.Perjalanan mobil itu berjalan lancar selama dua
"Bella, kamu ngaku saja deh. Apa kamu ngasi guna-guna ke Pak Brian? Dia nggak bakalan kayak orang kena pelet begini kalau posisi normal!" desak Hendrawan yang menemui Bella sendirian di depan pintu toilet kantor cabang Tanah Lot yang baru ditempati selama seminggu ini.Janda kembang itu tertawa renyah sembari menatap sinis kepada Hendrawan. "Mau tahu aja! Urusin aja kerjaan kamu sendiri, ngapain kamu ngurusin aku, hahh?!" tukasnya judes lalu melangkah melewati pemuda itu.Namun, Hendrawan segera menangkap lengan Bella seraya memperingatkan, "Kamu jangan macam-macam ya sama Pak Brian! Dia sudah punya istri, ngapain juga ngeladenin kamu. Dasar janda kegatelan!""Ckk ... lepasin nggak, atau kamu kulaporin ke Mas Brian kalo udah kurang ajar ngegodain aku di toilet!" ancam Bella sembari melotot.Akhirnya, Hendrawan dengan terpaksa melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Bella. Dia mendesis kesal melihat wanita itu melenggang pergi dengan sok kecantikan."Aduh, kok jadi runyam begini sih
Sesuai rencananya kembali ke Jakarta untuk mencari istrinya, Brian pun segera meluncur ke rumah keluarga Teja Kusuma dari bandara. Dia disambut oleh papa mamanya di ruang tengah rumah mereka."Hai, Brian. Apa kabar?" sapa Nyonya Vanessa seraya memeluk hangat putera kesayangannya."Hai, Ma. Baik. Oya, di mana Suzy?" sahut Brian celingukan mencari sosok istrinya.Mamanya sontak menoleh ke arah Pak Kevin Teja Kusuma. Maka Brian pun curiga dan bertanya, "Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu saat aku berada di Bali?""Papa juga mau bertanya tentang pekerjaan wanita yang kau nikahi, Brian. Minggu lalu Suzy pulang dini hari dengan dandanan seperti wanita penghibur. Setelah kutanyai, ternyata dia kerja di kelab malam. Apa kau bisa menjelaskan ke Papa?" ujar Pak Kevin bersedekap menghadap ke arah Brian."Ya, Suzy memang masih terikat kontrak dengan The Glam Expat Night Club. Dia penari kabaret, bintang utama panggung di sana. Namun, dia tidak melayani tamu secara seksual sama sekali. Buktinya adal
"Aku papa kandung Suzy. Dia puteriku yang telah lama hilang. Kau pasti Brian Teja Kusuma bukan? Kenalkan, aku Harry Livingstone!" jawab Tuan Harry Livingstone sembari mengulurkan tangan kanannya kepada suami puterinya."Iya, saya Brian Teja Kusuma. Salam kenal, Sir!" Dengan wajah syok berat Brian segera menjabat tangan papa mertuanya itu. Dia tak menyangka bahwa istrinya masih memiliki orang tua kandung dan bule pula. Sepertinya nama keluarga Livingstone agak familiar di kalangan high society, pikir Brian dalam diam seraya mengingat-ingat."Hari sudah lewat tengah malam, Pa. Ayo kita pulang saja sekarang!" desak Suzy tanpa memedulikan Brian yang tak rela melepasnya pergi."Suz, kita harus bicara empat mata. Apa kamu marah kepadaku? Tolong maafkan aku dan papa mamaku, please!" Brian menangkap lengan kiri istrinya agar tak pergi meninggalkannya begitu saja.Senyuman tipis tersungging di bibir merah Suzy, dia menatap Brian lurus-lurus. "Okay, aku memaafkan kalian. Mungkin lain kali kita
"Serena, kamu di sini rupanya! Papa ingin mengajakmu sarapan bersama," ujar Tuan Harry Livingstone seraya melangkah masuk ke ruang tamu kediamannya. Matanya bertemu dengan Brian yang segera bangkit dari sofa dan segera menyalaminya sopan."Selamat pagi, Mister Livingstone. Maaf saya bertamu pagi-pagi sekali!" ucap Brian dengan tak enak hati. Dia memang tiba begitu pagi karena kuatir Suzy tak ada di rumah bila kesiangan.Pria berdarah Amerika Serikat yang sekilas genetiknya mirip dengan Suzy itu pun merangkul bahu puterinya sambil berkata, "Darling, kita ajak Brian sarapan pagi bersama saja ya? Kalian berbincang santailah, Papa tak akan mengganggu!""Iya, Pa. Aku nggak masalah," sahut Suzy yang dipanggil dengan nama Serena semenjak tinggal di kediaman ayah kandungnya. Dia pun mengajak Brian pindah ke ruang makan bersama mereka.Beberapa pelayan rumah berjejer mengelilingi mereka bertiga di meja makan untuk membantu bila ada peralatan makan atau minta minuman atau makanan yang kurang da
"Welcome, Bang Brian! Lho Mbak Suzy mana nih? Kok nggak diajak ke acara grand opening resort sih?!" sambut Thalita seraya memeluk kakak laki-lakinya. Mendengar pertanyaan yang sudah dapat dia duga sebelum berangkat ke acara perayaan pembukaan resort Mister Rodrigo di Uluwatu, Brian hanya mengendikkan bahunya dan menjawab, "Suzy lagi sibuk banget di Jakarta. Jadi kebetulan nggak bisa terbang ke Bali, Tha!""Ohh gitu, ya udah nggakpapa. Bang Brian kutemani deh, soalnya Mas Indra sibuk sama bosnya tuh!" ujar Thalita sambil mengelus perut besarnya di balik kain gaun semata kaki bermodel off shoulder longgar warna baby pink.Brian pun bertanya, "Keponakanku kapan nih jadwal lahirannya, Tha?""Sebenernya sudah kelewat beberapa hari dari HPL dokter kandungan. Tapi belum ada kontraksi gitu, Bang. Ya, ditunggu aja!" jawab Thalita sembari mengajak Brian duduk di deretan kursi nomor tiga dari depan panggung.Acara grand opening telah dimulai dan dibuka oleh MC dari Surabaya yang juga bagian dar
"Wah, Thalita sudah lahiran! Aku mau nengokin si dedek bayi ahh—" Suzy bergegas bangun dari tempat tidurnya usai membaca pesan yang dikirimkan Brian dini hari tadi. Dia segera mandi di bawah shower dengan air dingin lalu merias wajahnya dengan gaya natural.Sebuah tiket pesawat Jakarta-Denpasar dipesan olehnya dari aplikasi booking online lalu Suzy turun ke lantai bawah untuk menjumpai papanya. Ternyata Tuan Harry Livingstone sedang membaca surat kabar via aplikasi internet di tablet pc di tangannya sambil menikmati secangkir kopi hitam arabika favoritnya."Selamat pagi, Pa. Wow sudah rapi pagi begini! Apa ada meeting?" sapa Suzy sambil menghampiri sofa ruang tengah. Kemudian dia duduk di samping Harry."Pagi juga, Dear Serena. Iya, Papa ada meeting pukul 09.00 WIB. Apa kamu juga ada keperluan pagi ini, sudah rapi dan cantik begini?" balas Tuan Harry Livingstone sembari mengamati penampilan puterinya.Suzy pun menceritakan rencananya berangkat ke Bali pagi ini karena adik iparnya baru
"Mass ... akh ... aku mohon—" Suzy melunglai dalam dekapan Brian. Lututnya goyah serasa tak mampu lagi untuk menopang tubuh ramping itu sendirian."Katakan apa yang kamu inginkan, Istriku? Ingatlah bahwa kita sepasang suami istri sah, kamu milikku dan aku sepenuhnya juga milikmu. Tak perlu malu untuk meminta kepadaku," rayu Brian sembari menyusupkan telapak tangannya melalui belahan kemeja sutera longgar yang dikenakan wanita cantik itu. Dia membelai rusuk Suzy lalu meremas perlahan gundukan lembut di atasnya.Sentuhan yang telah lama tak dirasakan olehnya membuat Suzy mengenang kembali kisah asmaranya yang indah bersama Brian. Dia pun membalik badannya menghadap pria dengan sejuta pesona tersebut dan mengalungkan kedua lengannya di leher Brian.Begitu alamiah mereka melepas segala kerinduan yang menggelegak dalam dada dengan sebuah ciuman. Bibir-bibir itu beradu satu sama lain hingga terdengar riuh seperti berkecipak. Dan Brian tahu bahwa dia telah memenangkan kembali hati istrinya.