"Suz, bangun yuk! Kita mandi bareng di shower sebentar sebelum berangkat touring seharian. Aku sudah atur rangkaian jalan-jalannya semalam ke Hendrawan," ajak Brian seraya membangunkan istrinya yang bergelung di badan kekarnya tanpa busana.Brian pun mengalami morning horny secara alamiah, tetapi dia merasa percintaan mereka semalam sudah cukup. Kasihan kalau Suzy terlampau lelah melayani birahi yang staminanya sekuat kuda jantan ras murni. Dia ingin menikmati bulan madunya yang hanya singkat ini dengan penuh kenikmatan sewajarnya.Tubuh ramping itu menggeliat dalam dekapan Brian sambil mengerang pelan. "Capek badanku, Mass ... gendong?" ucapnya manja yang mendapat senyuman gemas dari suaminya dan kecupan di kening serta bibir."Boleh, yuk kita mandi terus siap-siap," balas Brian lalu meraup tubuh Suzy ke gendongannya untuk masuk ke kamar mandi.Di dalam shower box, dia menurunkan kaki Suzy hingga menapak ke lantai. Segera saja Brian memutar keran shower hingga air hangat tercurah mem
"Tenang, Pak Brian. Sepertinya Mister Carlos puas dengan servis wanita yang saya carikan untuk beliau. Baru saja mereka check out dari villa dan wanita itu diajak kembali ke Ubud," lapor Bli Catur, manager villa milik Brian di daerah Pantai Pabean."Ohh, kabar bagus berarti, Bli! Nanti saya transfer bonus ke rekening pribadi Bli Catur deh, terima kasih atas bantuannya ya!" balas Brian sebelum mengakhiri teleponnya. Dia tersenyum puas, untuk sementara Carlos pasti akan melupakan mengenai istri bayarannya yang cantik itu. Dari belakang punggung Brian, kedua lengan Suzy melingkari perut ratanya yang kotak-kotak berjejer seperti roti sobek berwarna kecokelatan. "Mas Sayang kayak happy banget sih. Ada apa?" tanya wanita itu penasaran."Ada deh, Suz. Oya, kita nonton pertunjukan Tari Kecak yuk. Pemandangan senjanya mantap sekali di Pantai Kuta, sudah lama aku nggak ke mari. Lebih bikin merinding pas dengar suara rancak teriakan para pria penari Kecak itu nanti, Suz!" tutur Brian merangkul
Suzy menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam kamar mandi yang tadi dihempaskan pintunya hingga tertutup oleh suaminya. Dia menurunkan gagang pintu lalu menutup kembali pintu itu di balik punggungnya."Mas—" Wanita itu memanggil Brian yang sedang berdiri tertunduk di hadapan cermin wastafel dan kedua tangannya memegangi tepi meja marmer kelabu itu.Kedua lengan Suzy dengan lembut dan hati-hati melingkari tubuh Brian dari balik punggung bidang pria itu. "Maafkan aku, kalau sudah bikin Mas salah paham. Bukan maksudku menghina kamu—""Hmm ... masa laluku berkaitan dengan wanita begitu traumatis, Suz. Jangan kamu singgung lagi tentang wanita di masa laluku. Dia pernah menduakan aku dengan pria lain, yang tadinya bersahabat denganku. Rupanya memang wanita itu racun dunia! HA-HA-HA," tutur Brian tertawa pahit. Jiwanya merasakan kembali pedihnya trauma cinta masa lalunya.Psikologi adalah bidang kuliah yang dipelajari oleh Suzy selama 3 tahun belakangan ini. Dia mengetahui dasar-dasar t
Sekitar pukul 11.00 WIB pesawat yang membawa Brian dan Suzy serta Hendrawan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka akhirnya kembali usai berbulan madu singkat di Pulau Bali."Kita ke mana dulu, Pak Brian?" tanya Hendrawan ketika mereka bertiga sudah naik di mobil jemputan Pak Seno, sopir pribadi Brian."Turunin gue di kantor, kalo Suzy boleh pulang ke rumah atau terserah ke mana, tanya aja nanti!" jawab Brian karena masih ingin memeriksa pekerjaan anak buahnya di kantornya.Maka Suzy pun menjawab, "Hendrawan, saya turun di depan gang kost-kostan aja. Ada barang yang harus dikemas buat pindahan ke rumah Mas Brian!""Ohh, baik, Mbak Suzy. Nanti biar diantar sama Pak Seno," sahut Hendrawan sopan.Setelah perjalanan yang cukup lama berjibaku dengan kemacetan jalan raya ibu kota, Brian pun sampai di depan pintu masuk gedung kantor grup Teja Kusuma. Dia pun berpamitan kepada istrinya sebelum turun dari mobil, "Suzy Sayang, nanti pindahannya hati-hati ya. Minta tolong Pak Seno buat angku
"Hai, Mbak Suzy. Sudah jam makan malam, yuk turun dulu buat dinner bareng aku. Bang Brian mah jangan ditunggu, dia pulangnya pasti telat!" ajak Thalita yang mengunjungi kamar kakaknya di lantai 2 setelah dia mandi.Memang kamar Thalita dan kakaknya bersebelahan, dia baru saja pulang dari kampus karena ada pindahan kuliah sore dari dosennya. Dia pun mencoba mengakrabkan diri dengan kakak ipar barunya yang cantik dan anehnya tidak pernah dipamerkan Brian ke keluarga mereka.Suzy yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya pun mencoba meluangkan waktu untuk beramah tamah dengan adik suaminya. "Oke, yuk turun aja, Tha! Aku soalnya jam delapan nanti mesti pergi keluar ada acara penting sama temen," jawab Suzy menutupi tujuannya bepergian malam-malam begitu.Kedua perempuan cantik bertubuh ramping itu menuruni tangga dan berjalan menuju ke meja makan di bagian belakang rumah megah tersebut. Para pelayan sedang sibuk menghidangkan masakan buatan koki rumah yang baru saja mata
Dengan kaki bertumpang tali Brian duduk bersandar santai di sebuah sofa yang ada di The Glam Expat Night Club. "Silakan minuman pesanannya, Pak!" Seorang waiter berseragam rapi berusia awal 20 tahunan meletakkan gelas kaca bertangkai tinggi yang berisi cairan warna merah tua ke atas meja sofa. Setelah itu dia meninggalkan Brian sendirian.Musik yang awalnya bertempo pelan nyaring terdengar. Suzy Malika dalam kostum puteri duyung seperti separuh berbadan ikan mencelupkan ekornya terduduk di batu karang buatan, dia melakukan lip sync menyanyikan sepenggal lagu Reflection. Setelahnya dia berubah menjadi manusia yang bisa berjalan di atas permukaan tanah dan bertemu dengan sang pangeran, Suzy dan partnernya menyanyi bersahutan lagu A Whole New World sambil berdansa.Beberapa pengunjung pria memberikan bunga kepada Suzy yang menari sembari menyanyi lip sync berputar-putar di panggung yang dikelilingi para penonton yang berdesak-desakan sekitarnya.Saat sedang menikmati pertunjukan kabaret
Brian menangkis dan membalas segala serangan yang datang bertubi-tubi ke arahnya. Kebetulan sekali malam ini memang dia hanya berdua saja dengan Pak Seno yang mengantarnya ke The Glam Expat Night Club. Para pengawal yang selalu mengawalnya di Jakarta tidak menemaninya. Rombongan sekuriti tempat hiburan malam yang dipanggil oleh Suzy segera melerai perkelahian yang tak sepadan itu. Wajah dan badan Brian beberapa kali kena tonjok serta tendangan para bodyguard suruhan Pak Johan. "Berhenti berkelahi semuanya!" seru kepala satpam tersebut dibantu beberapa rekannya mengamankan kedua kubu yang bertikai, "kalau kalian melawan maka akan kami serahkan ke pihak berwajib untuk diproses sebagai tawuran di tempat umum!" ancamnya lagi.Akhirnya kedua pihak menurunkan emosi mereka dan memilih untuk berpencar satu sama lain. Buru-buru Suzy menarik lengan suaminya untuk keluar dari night club tempat kerjanya. "Mas, mending kita kabur sekarang. Suzy nggak pengin Mas Brian babak belur dikeroyok sama o
"Pak Brian, karyawati baru untuk posisi HRD kantor cabang Bali sudah ada di depan ruangan Anda," ujar Hendrawan menghadap bosnya yang baru saja duduk di kursi kerjanya."Oke, suruh dia masuk ke mari saja, Hen. Gue mau kasih dia petunjuk buat tugas-tugas dia di Bali ntar. Jangan sampai project punya Mister Rodrigo lelet eksekusinya!" jawab Brian sembari membuka laptop di meja kerjanya.Dengan segera Hendrawan menjemput karyawati baru tersebut. "Bu Bella Angelina silakan ikut saya menghadap bos," ajak pemuda itu yang segera ditanggapi oleh wanita cantik tersebut."Baik, Pak Hendrawan!" ucap Bella singkat seraya mengekori sekretaris pribadi bos barunya. "Permisi, Pak Brian. Ini Bu Bella," ujar Hendrawan memperkenalkan kedua orang yang tadinya sudah lama saling kenal tanpa hubungan pekerjaan.Dua pasang mata itu bertemu dengan sorot seakan tak percaya. Bukankah dunia itu sempit? Mereka sama-sama salah tingkah karena dulu pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang berakhir kis