Sesuai tebakan Brian, tak perlu waktu lama bagi Bella untuk mendekatinya lagi setelah kepulangan Suzy ke Jakarta. Wanita itu mengikuti langkah Brian masuk ke dalam lift yang naik ke lantai di mana kamar pria itu berada."Ada apa lagi, Bell? Aku capek dan mau tidur awal," ujar Brian cuek tanpa menatap wajah perempuan di sisinya itu.Tangan Bella menangkap lengan Brian sembari berkata, "Kita perlu ngobrol sebentar, Mas. Ini penting!""TING." Pintu lift terbuka dan Brian menepis tangan perempuan itu sebelum melangkah langsung menuju ke kamarnya. Belum sempat Brian menutup pintu kamar, Bella segera menerobos masuk ke dalam dan mereka berduaan lagi di ruangan pribadi tersebut. Maka Brian bersedekap menatap tajam ke arah Bella seraya bertanya, "Memangnya apa yang penting dan nggak bisa menunggu sampai besok pagi?""Kangenku nggak bisa nunggu sampai besok pagi, Mas!" jawab Bella dengan suara merayu manja. Dia segera mendekap badan kekar Brian dan menggesek-gesekkan bulatan penuh di bagian d
Ketika Indra Gustavo selesai memberikan briefing untuk anak buah proyek resort di Uluwatu siang itu, panggilan telepon dengan id caller, Mama muncul di layar HP-nya. Detak jantung Indra sontak bertambah cepat. Ada rahasia yang dia sembunyikan dari orang tuanya di Republik Ceko.Setelah menarik napas dalam-dalam, Indra menjawab panggilan telepon internasional tersebut, "Halo, Mama. Apa kabar?" "Halo, Indra Sayang. Lama sekali kamu tidak ada kabar. Papa dan saudara-saudarimu rindu bertemu denganmu, Nak. Pulanglah ke rumahmu di Praha!" ujar Nyonya Theresa Gustavo dengan nada sarat kerinduan."Ohh, tentu saja Indra akan cari waktu untuk pulang kampung, Ma. Salam untuk semua keluarga Gustavo di Ceko. Saat ini Indra sedang mengerjakan megaproyek dari Mister Rodrigo, dia investor kelas kakap dari Italia. Sulit bagiku untuk bepergian jauh, Ma, kumohon pengertiannya!" kelit Indra sekalipun itu separuh kenyataan yang terjadi. Dia tak berani membicarakan istri barunya yang sedang hamil di Jakar
Indra menyunggingkan senyum lebar di wajahnya saat dia melihat istrinya yang cantik dan berperut buncit bergegas menyeret koper menuju ke arahnya. Dia segera menghampiri Thalita untuk menyambutnya dengan pelukan hangat. "Wah, tambah gede perut kamu, Cayangku! Apa kangen sama Daddy?" ujar Indra dengan jenaka seraya mengambil alih koper Thalita."Sugar Daddy, I miss you bingits!" sahut Thalita terkikik yang sontak mendapat cubitan di hidungnya. Dia lalu berjalan di sebelah suaminya yang berbodi kekar bak beruang kutub."Sama dong. Penerbangannya bikin capek nggak, Tha? Mendingan kamu istirahat dulu di hotel ya. Keluargaku sudah dateng sedari kemarin sih, tapi santai aja. Mereka lagi keliling Bali diantar sama sopirku kok!" jawab Indra lalu membukakan pintu mobil Honda Jazz merah miliknya.Mereka pun berkendara ke salah satu hotel bintang 5 yang ada di daerah Uluwatu, tak jauh dari komplek proyek resort yang sedang dikerjakan perusahaan Indra. "Mas Indra lebih seneng tinggal di Bali ap
"Baby, jangan grogi ya? Biasa aja nanti, mereka aman kok nggak gigit!" canda Indra untuk menenangkan Thalita yang nampak tegang turun ke lantai 1 dengan lift berdua bersamanya."Hu-um, Mas. Huft!" Thalita menarik napas dalam-dalam seraya melingkarkan tangannya di lengan Indra."TING." Pintu lift pun membuka dan mereka bergegas keluar karena ada tamu hotel yang ingin menggunakan lift juga.Di restoran hotel, keluarga Gustavo duduk sambil berbincang akrab di sebuah meja bundar dengan 10 kursi. Nyonya Theresa Gustavo yang pertama kali melihat kedatangan putera keduanya dengan Thalita. "Nah ... itu mereka, ayo kita sambut anggota baru keluarga Gustavo," ujarnya sembari bangkit dari kursi.Kakak Indra yaitu Adam dan adik perempuan bungsu mereka, Alesya menyambut Thalita dengan memeluknya bergantian sambil menyebut nama mereka. Diikuti papa mama Indra yang tak kalah ramah, mereka lalu mempersilakan pasangan suami istri muda itu duduk bersama.Waiter restoran hotel segera membawa menu makan
"Selamat datang di resort kami, Om dan Tante beserta keluarga!" sambut Brian dengan ramah serta sopan di restoran Terrace Paradiso Resort, Candi Dasa.Mama Indra yang memang berdarah Indonesia menjawab dengan simpatik, "Terima kasih, Brian. Dan salam kenal dari keluarga Gustavo. Resort yang kamu kerjakan sangat indah. Amazing!""Tante Theresa terlalu memuji, tapi terima kasih. Memang kru kami mengerjakannya dengan sepenuh hati agar para tamu terkesan ketika pertama kali melihat resort ini. Mari semuanya duduk di meja makan saja biar lebih nyaman ngobrolnya!" Brian mengantar rombongan keluarga besannya ke sebuah meja bundar berkursi 10 di restoran.Para staf restoran segera menghidangkan menu makan siang spesial yang telah dipesan oleh bos mereka sejak pagi tadi. Belasan piring keramik lebar berisi berbagai signature dish dari executive chef diletakkan di tengah meja makan. Semuanya nampak menggugah selera."Wah, kok repot-repot begini sih, Bang Brian!" ujar Indra tak enak hati. Dia ta
"Jadi kita akan menggelar soft opening bersama Mister Rodrigo tanggal dua puluh September. Tolong Hendrawan pastikan ke event organizer persiapan acara itu!" ujar Brian yang memimpin meeting managemen perusahaannya cabang Bali.Hendrawan menanggapi dengan siap sedia seperti biasanya. Namun, sebelum Brian melanjutkan membagi tugas ke anak buahnya yang lain, ponselnya di meja mendadak berbunyi nyaring. Dia pun melihat ID caller dan menghentikan rapat kerja tersebut. Ternyata Suzy yang meneleponnya."Halo, Suzy Sayang. Ada apa? Aku lagi rapat nih." Brian menanyakan kepentingan istrinya yang menelepon tiba-tiba.Suzy dengan sabar menjawab suaminya, "Halo, Mas Brian. Maaf ya kalau ngeganggu, tapi aku cuma mau ngingetin buat jemput aku di bandara siang ini. Nggak lupa 'kan?" "Astaga! Suz, sori banget ... aku sibuk banget sampai lupa sama sekali. Ini kamu ada di mana?" tanya Brian panik seraya menyugar rambut tebalnya."Apa aku naik taksi bandara aja ya, Mas?" tawar Suzy tak ingin manja dan
Brian membaca pesan terakhir dari Suzy yang mengatakan bahwa dia berada di daerah Sukowati. Perasaannya entah kenapa mendadak tidak nyaman, jantungnya berdebar tak menentu. Maka dia pun langsung menelepon nomor HP istrinya. Akan tetapi, ponsel Suzy tidak lagi aktif dan panggilan itu pun tidak tersambung."Hendrawan! Kamu ikut aku berangkat ke daerah Sukowati. Suzy tadi kirim posisi dia di map aplikasi taksi online. HP dia sudah nggak aktif sekarang!" Brian bertitah sembari naik lift untuk turun dari ruang meeting mess karyawan dengab asisten pribadinya.Bella yang mendengar sekilas perbincangan Brian dengan Hendrawan tersenyum sinis. Dia malah berharap Suzy dibawa kabur sopir taksi online. Di daerah pusat pariwisata hal seperti itu lumrah terjadi karena penumpang buta arah dan jalan.Sesampainya di parkiran mobil depan mess, Brian menyerahkan kunci Pajero Sport baru miliknya ke Hendrawan. "Kamu aja yang nyetir, Hen!" ucapnya lalu naik ke bangku samping sopir.Kedua pria tersebut berke
"TOK TOK TOK!" Ketokan jamak di pintu kamar tidur Robby yang terkunci dari dalam itu terdengar keras."Bli, buka pintunya cepat! Jangan perkosa wanita itu!" teriak Aris cemas di depan pintu ditemani oleh Brian dan Hendrawan.Sementara itu Robby yang sudah kesal karena hasratnya gagal tersalurkan. Suzy melawan terus hingga celana jins yang coba dia lucuti masih terpasang pada tempatnya. Akibatnya dia melakukan kekerasan fisik dengan menempeleng wanita cantik nan sexy itu beberapa kali."Tolong ... tolong!" jerit Suzy dengan suara parau akibat banyak menangis."Diam kamu! Bikin kesel aja sedari tadi, ngelawan melulu sih!" gerutu Robby masih berusaha membuka pakaian Suzy dengan menepis tangan wanita itu yang menghalanginya."Buka pintunya atau kudobrak sekarang juga!" ancam Brian dengan suara menggelegar terbakar emosi sembari menggedor-gedor pintu.Hendrawan yang ikut cemas dengan kondisi Suzy di dalam bersama penjahat kelamin pun berkata, "Pak, kita dobrak saja bertiga pasti bisa kebuk