Usai menyusui Reyvan hingga kenyang dan tertidur, Inez mengembalikan puteranya itu ke kotak tempat tidur bayi serta memasang kelabu anti nyamuknya yang berwarna biru muda. Jam dinding masih menunjukkan pukul 04.25 WIB, terlalu pagi untuk beraktivitas. Jadi Inez pun naik kembali ke ranjangnya lalu membaringkan dirinya di sisi Mario yang masih memejamkan matanya. Dia membelai dengan lembut rambut hitam tebal di kepala suaminya itu.Banyak hal yang belum sempat Inez sampaikan kepada Mario terkait masalah Edward yang mengiriminya lukisan replika Rembrandt disertai sepucuk surat yang menyiratkan bahwa pria itu ingin merebutnya kembali dari Mario dan juga kasus konsumen yang keracunan produk herbal buatan perusahaannya PT. Jansen Pharma. Bertubi-tubi masalah mulai bermunculan seperti tunas-tunas tumbuhan beracun dalam hidupnya. Inez merasakan kelopak matanya berembun di ujung pagi itu. Dia tidak ingin membebani pikiran Mario yang sangat sibuk kegiatannya setiap hari. Bahkan, baru beberapa
Pagi itu Meirasty dijemput di trotoar ujung gang menuju rumah keluarganya yang ada di dalam gang sempit di Jakarta Selatan. Sebuah mobil sedan Maybach hitam mengkilap berhenti tepat di hadapan Meirasty. Dia pun tak membuang waktu segera naik ke dalam mobil mewah itu dengan membawa tas jinjing sederhananya yang berisi pakaian ganti selama field trip dengan kapal pesiar sesuai instruksi bosnya kemarin. Meirasty duduk dengan anggun dan meletakkan tas jinjing itu di depan kakinya. "Ehm ... selamat pagi, Pak Edward," sapa Meirasty kikuk sembari menoleh ke samping bangkunya.Posisi duduk Edward begitu santai selonjor sambil membaca koran pagi di dalam mobil sedan yang melaju dengan kecepatan stabil itu. Dia menjawab sapaan hangat Meirasty dari balik lembaran lebar koran, "Pagi juga, Mey. Oya, maaf ya, kita nggak jadi berangkat berlayar pagi ini. Soalnya nanti malam ada undangan pesta dadakan, nikahan teman saya. Kamu temani saya kondangan ya!" (Kondangan=menghadiri pesta pernikahan)"Sia
Pukul 18.30 WIB Edward berangkat dari rumahnya di Jakarta menuju ke tempat resepsi pernikahan sahabatnya di ballroom sebuah hotel bintang 5 di tengah kota. Di samping tempat duduknya di dalam mobil itu sekretaris cantiknya menemaninya dalam balutan gaun sutra sepanjang mata kakinya warna gold. Diam-diam pria itu terpesona dengan kemolekan Meirasty. Dia sejenak memandanginya hingga Meirasty menoleh ke arahnya karena merasa diperhatikan."Apa Pak Edward butuh sesuatu?" tanya Meirasty dengan sopan."Nggak kok, hanya senang aja melihatmu dalam gaun pesta. Kamu cantik, Mey!" jawab Edward dengan jujur yang membuat pipi gadis itu merona merah muda.Meirasty pun berkata, "Terima kasih pujiannya, Pak. Anda juga tampan sekali dengan tuxedo hitam itu.""Kamu naksir nggak sama saya, Mey?" tembak Edward dengan spontan sembari melemparkan tatapannya yang memabukkan itu.Tentu saja Meirasty sontak salah tingkah lalu terbata-bata menjawab, "S–sa–saya ... bukan begitu, Pak. Maafkan kelancangan saya!"
Ketika mobil yang mengantar Edward dan Meirasty sampai di depan teras rumah pria itu, sekretarisnya justru telah terlelap. Maka Edward pun menepuk-nepuk pipi Meirasty pelan agar terbangun."Mey ... Mey ... ayo bangun dulu, kita sudah sampai di rumahku!" ucap Edward sembari menatap wajah gadis itu dari dekat.Perlahan sepasang mata jernih itu terbuka dan langsung menatap wajah rupawan bosnya. Meirasty pun sontak salah tingkah. "Ehh ... ohh ... astaga, maaf Pak Edward. Saya malah ketiduran di mobil!" ujarnya seraya duduk dengan tegak. "Yuk, kita turun. Lanjutin tidurnya di kamar, saya tunjukkan kamar kamu dimana!" sahut Edward lalu membuka pintu mobil dan membantu gadis itu turun.Meirasty berjalan di belakang langkah cepat kaki jenjang bosnya. Dari balik punggung pria itu, Meirasty menilai betapa elok perawakan bosnya itu, bahunya lebar dan kokoh, punggungnya bidang, dan jangkung. 'Kalau hanya mengagumi nggak dosa 'kan?' batin gadis itu seraya tersenyum dengan tatapan memuja.Tiba-tib
Akhirnya mobil Maybach hitam yang mengantar Edward dan Meirasty ke Tanjung Priok telah sampai di sana. Para pengawal Edward yang naik mobil bertipe van karena jumlah personil pengawalan pria itu cukup banyak hingga mencapai selusin. Semuanya ikut dalam pelayaran kapal pesiar kali ini, mereka mengamankan perimeter bos besar mereka karena pelabuhan Tanjung Priok sangat ramai oleh orang yang berlalu lalang dengan berbagai tujuan baik itu bekerja maupun mencari transportasi laut.Seolah telah terbiasa dengan pengawalan ketat, Edward turun dari mobil sedan pribadinya bersama Meirasty lalu melangkah dengan tujuan yang pasti menuju ke sebuah kapal pesiar yang sedang bersandar di pelabuhan besar nan ramai itu.New Starlet Goddes by Victory Eternal Shipping tertulis jelas di lambung kapal pesiar yang berwarna putih itu. Meirasty sampai terbengong-bengong ketika melihat kapal pesiar mewah itu. Ukurannya sangatlah besar dengan banyak jendela yang kemungkinan adalah kompartemen untuk masing-masin
Setelah beristirahat sepanjang siang hingga petang, Meirasty pun mandi dan bersiap-siap untuk mendampingi bosnya menghadiri pesta penyambutan tamu pelayaran perdana kapal pesiar baru perusahaan VES.Gadis itu memilih sebuah midi dress Givenchy warna putih gading berkerah halter neck yang tampak elegan. Bahan gaun itu terbuat dari kain chiffon yang tipis berlapis-lapis begitu lembut teksturnya saat disentuh. Gaun itu ikut bergerak perlahan mengikuti gerakan alami tubuh Meirasty karena begitu ringan.Seusai memoles lipstick merah muda di bibirnya, Meirasty bangkit dari kursi rias di hadapan cermin lebar lalu mengambil tas tangan mungil pasangan gaunnya yang bermerk Givenchy juga berwarna gold berbentuk seperti tiram dengan rantai tipis keemasan yang dapat digantungkan ke pergelangan tangannya juga. Dia pun keluar dari kompartemen pribadinya dan menguncinya sebelum melangkahkan kakinya ke depan pintu kompartemen VIP di ujung lorong kapal selantai dengan tempatnya menginap.Tiga ketokan d
Rasanya Edward ingin tertawa sejadi-jadinya mengetahui perubahan sikap Meirasty akibat ramuan spesial pemberian kawannya. Ya, benar ... itu adalah obat perangsang yang kuat. Baik pria atau wanita yang datar dan tak memiliki libido bila meminum ramuan itu akan menjadi liar dan memiliki birahi tinggi seperti kucing yang ingin kawin. Sama seperti yang dialami oleh Meirasty saat ini.Perangkap sudah berhasil menjerat mangsanya, malam panjang ini akan menjadi sangat panas baginya dan juga sang gadis perawan. Satu langkah menuju ke langkah berikutnya akan terasa begitu menyenangkan. 'Mario, adikmu akan menjadi senjataku untuk merebut kembali Inez ke dalam pelukanku!' batin Edward dengan tatapan licik. Sementara Meirasty sudah semakin tak tahu malu di lantai dansa. Bibirnya mengecupi wajah dan leher Edward dengan penuh napsu, tatapan matanya berkabut gairah yang asing, dia merasa kepalanya pusing dan badannya gerah. Panas. Dia mendambakan sesuatu yang berbeda dengan pria yang tengah memeluk
Ketika malam telah berlalu hingga hari berganti pagi, gadis belia yang telah hilang keperawanannya itu terbangun dengan tubuh serasa remuk redam. Meirasty menggerak-gerakkan tubuhnya perlahan dan menyadari beban berat di atas tubuhnya yang tak mengenakan pakaian sehelai pun.Matanya membulat terkejut setengah mati saat tersadar ia sedang berada di atas ranjang dan didekap erat oleh bosnya. Ini sesuatu yang memalukan sekalipun ia diam-diam menyukai pria itu. 'Bagaimana ini bisa terjadi?' pikirnya kalut. Gadis lugu itu bingung antara ingin marah dan takut.Perlahan Edward membuka kelopak matanya karena merasakan gerakan tubuh yang sedang ia peluk erat seperti guling di sisinya. Dia menguap karena masih merasa lelah sekaligus mengantuk menghajar partner ranjangnya berkali-kali tadi malam."Hoamph ... pagi, Cantik! Kamu bangun awal sekali, hmm?" sapa Edward tanpa merasa jengah dan tentunya tak menyiratkan rasa bersalah sedikit pun. Kedua lengannya masih melilit tubuh ramping di pelukannya