Seisi Convention Hall Hotel Sheraton Grande Sukhumvit menahan napas karena merasa tegang menunggu sebuah nama yang tertulis di kertas dalam amplop yang dipegang oleh ketua juri Man from Mars.
Apalagi kedua finalis yang tersisa memperebutkan posisi nomor 1 di ajang itu, Mario dan Edward. Mereka berdebar-debar karena tidak jelas siapa yang lebih unggul. Penampilan mereka berdua sama-sama sempurna dan tak bercela.
Suara drum dan cymbal mengiringi ketegangan atmosfer pengumuman dari ketua juri.
"Derumdumdumdumdum ... crashh ... craashh ...."
"The winner is Mario Chandra! Congratulation!" ucap ketua juri seraya memberi selamat dengan memeluk hangat Mario serta berjabat tangan.
Edward pun memeluk Mario dan memberinya selamat dengan sportif. Sementara Mario menanggapinya dengan hangat dan tidak berlebihan karena dia masih merasa waswas pada pemuda itu sehubungan dengan ketertarikan Edward pada istrinya, Inez.
Panitia memasangkan selempa
Mario menggendong tubuh polos Inez dari kamar mandi ke ranjang seusai membersihkan diri mereka. Dia menatap wajah cantik istrinya itu dalam gendongannya.Sementara Inez menalikan tangannya di leher Mario dan merasa jantungnya berdetak kencang saat Mario menatapnya begitu intens seolah ingin menelannya bulat-bulat."Mas Sayang kok ngelihatnya begitu ke Inez. Seram lho!" ucap Inez dengan wajah merona.Tubuh Inez direbahkan di atas ranjang dengan perlahan. Bibir Mario menyusuri setiap inchi wajah Inez, telapak tangannya membingkai wajah Inez."Nez, apa Mas boleh minta hadiah buat kemenangan Mas malam ini?" tanya Mario sembari menatap wajah Inez yang hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya.Napas Inez beraroma mint segar. Dia menjawab, "Boleh, Mas. Mau minta hadiah apa?""Mas pengin 34+35, Nez," ucap Mario seraya terkekeh.Inez cekikikan mendengar permintaan Mario lalu berkata, "Enam puluh sembilan, Mas. Kalau Inez sebenarnya suka cairan
Sudah tiga hari ini, Max menemani Clara di rumahnya karena kedua orang tuanya sedang pergi ke Thailand. Dia memang ingin menjaga Clara yang tinggal sendirian di Jakarta.Hanya saja pacarnya yang masih remaja itu tak henti-hentinya menggodanya. Clara sangat nakal di usianya yang masih 19 tahun, dia baru mengecap nikmatnya suatu sensasi berhubungan badan dengan pria dewasa yang sudah berpengalaman dan seolah Clara ingin mengulanginya lagi dan lagi bersama Max."Cla, udah dong! Kita sudah dua jam begituan, nanti punyamu lecet lho," tegur Max yang berbaring di ranjang Clara sementara gadis itu menghentak-hentakkan tubuhnya di atas tubuh Max yang masih menegang sempurna."Sssttt ... nggak boleh protes Max Sayang! Akuuu ... eemmm masih kurang sedikit lagi, mau sampai, tahan yang kuat ya?!" jawab Clara bersimbah peluh di seluruh tubuhnya.Max menatap wajah cantik Clara dengan rambut panjang cokelat bergelombang yang tergerai membingkai wajahnya tampak begitu lia
Pesawat yang ditumpangi oleh Mario dan Inez akhirnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 13.00 waktu Jakarta.Mario dan Inez tidak menyangka kepulangan mereka di tanah air sudah dinantikan oleh banyak wartawan di bandara. Rupanya berita kemenangan Mario Chandra di ajang Man from Mars yang finalnya diselenggarakan di Bangkok, Thailand sudah viral di media sosial. Hal itu menjadi berita hangat yang diincar oleh wartawan majalah dan koran dalam negeri.Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengiringi langkah Mario ketika keluar dari gerbang kedatangan penumpang pesawat. Untungnya Mario dan Inez mengenakan kaca mata hitam Rayband sehingga tidak silau."Mas Mario bagaimana pengalaman mengikuti Man from Mars? Apa kompetisinya berjalan mudah atau berat?" tanya seorang wartawan sambil menyodorkan mikrofon ke hadapan wajah Mario."Seru kompetisinya, Mas. Pengalaman berharga bagi saya pribadi karena finalis lain menampilkan sisi terbaik mereka dan membu
Seusai berbincang-bincang mengenai rencana pernikahan Max dan Clara, diputuskan pernikahan itu akan diselenggarakan bulan depan. Tanggalnya menyusul setelah dikonsultasikan tanggal yang baik untuk menikah.Sementara Max pun harus menghubungi kedua orang tuanya yang tinggal di New York. Itu bukan hal yang menyenangkan bagi Max karena papa mamanya selalu sibuk dan seolah tidak memiliki sedikit waktupun untuk puteranya. Dia sudah menerima kondisi itu hampir sepanjang umurnya, tapi dia hanya ingin menjaga perasaan Clara dan Inez. Tentunya bukan hal yang baik bila kedua orang tuanya sama sekali tidak memedulikan pernikahan Max.Mario dan Inez pun berpamitan kepada kedua sejoli itu untuk beristirahat di kamar mereka. Sebenarnya sudah hampir sore, pukul 15.30. Mario mengunci pintu kamar itu dari dalam lalu menyusul Inez ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan membasuh tangan kaki serta wajah.Sebuah lingerie sutra merah dipilih Inez untuk pakaian tidurnya. Dia membas
Sore itu, pukul 18.00, Inez dibonceng Mario dengan sepeda motor Vario milik Clara untuk menemui orang tuanya di Jakarta Selatan. Rumah keluarga Mario berada di dalam gang sempit yang tidak dapat dimasuki oleh mobil. Memang keluarga Mario tidak pernah memiliki mobil sedari dulu. Bila memerlukan mobil mereka biasanya menyewa di rental mobil.Akhirnya, menjelang pukul 19.00, mereka sampai di rumah keluarga Mario. Kakak laki-laki Mario sudah tidak tinggal bersama orang tua mereka karena menetap dengan istrinya di Balikpapan. Hanya adik perempuan bungsu Mario yang bernama Meirasty yang seusia dengan Clara yang masih tinggal bersama orang tua mereka bertiga di situ.Mario turun dari sepeda motor Vario lalu membuka pintu gerbang setinggi 1,5 meter bercat kuning yang sedikit berkarat karena sudah mengelupas di sana sini. Inez pun sudah turun dari boncengan Mario dan mengikuti di belakang Mario yang mendorong sepeda motor itu masuk ke depan halaman teras yang tidak terlalu luas
Seusai berpamitan dengan keluarga Mario. Mereka berdua pun berkendara dengan sepeda motor Vario milik Clara itu kembali ke Menteng, tempat rumah Inez berada.Lengan Inez melingkari perut Mario yang ramping dan berotot six-packs itu. Kepalanya rebah di punggung Mario yang lebar. Hati Inez akhirnya lega setelah bertemu langsung dengan keluarga Mario. Dia tidak menyangka mereka akan menerima latar belakang dirinya yang tidak biasa. Stigma seorang janda itu terkadang hanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang.Tangan Mario membelai tangan Inez ketika mereka berhenti di lampu merah. "Capek ya, Nez?" tanyanya."Nggak kok, Mas. Inez seneng sudah bisa menemui orang tua Mas Mario. Mereka sangat baik, Mas. Inez nggak menyangka akan diterima dengan mudah," jawab Inez sambil membelai perut Mario.Mario tersenyum di balik helmnya, dia kenal betul orang tuanya. Dia yakin Inez akan diterima dengan mudah oleh keluarganya yang sederhana. Inez itu bagaikan seorang dewi
Pagi itu Rosita menghadiri sidang terakhir perceraiannya dengan pengacara kondang Rinaldo Situmorang. Ini adalah babak akhir perjalanan pernikahannya yang baru seumur jagung itu.Dia sudah tak tahan dengan skandal perselingkuhan suaminya itu. Mereka selalu bertengkar hebat ketika bertemu bahkan Bang Aldo tidak sungkan main tangan bila sudah emosi tinggi kepadanya.Wanita mana yang tahan dengan perlakuan kasar suaminya seperti itu. Sudah dua bulan Rosita tinggal di apartemen yang dia sewa di daerah Kuningan. Rasanya sudah muak tinggal seatap dengan pria yang kasar. Ternyata segala bujuk rayunya ketika awal perkenalan mereka hanya kepalsuan yang indah di luar dan busuk di dalam.Wanita jalang bernama Novita itu menatapnya dengan menyunggingkan senyum kemenangan ketika Hakim mengetok palu tanda perceraiannya dengan Bang Aldo sah diputus oleh pengadilan negeri. Rosita menatap Novita dengan penuh kebencian. 'Dasar jalang sialan!' rutuknya dalam hati.Seu
"Aku mau kalian culik kedua wanita itu lalu sekap di gudang kosong. Jangan lupa tutup mata mereka! Aku ingin membalaskan dendamku pada mereka berdua," ujar Rosita dengan nada tajam dan dingin pada penjahat yang dia bayar."Siap, Bu. Besok siang akan kami kerjakan pesanannya. Lokasi penyekapan akan kami kabari lagi," jawab penculik bayaran itu.Rosita tersenyum licik, puas dendamnya akan segera terbalaskan. Baik Novita maupun Inez akan menyesal nanti karena pernah merebut mantan-mantan suaminya.***Siang itu Inez bergegas ke rumah sakit karena ada yang menelepon memberi kabar bahwa Clara kecelakaan terserempet sepeda motor di dekat kampusnya. Namun, di tengah jalan menuju ke rumah sakit yang disebutkan oleh si penelepon. Mobil Inez yang disopiri oleh Pak Torro dicegat segerombolan pria dengan wajah menggunakan topeng badut. Mereka berjumlah 6 orang yang naik mobil Xenia hitam dan satu sepeda motor."Nyah, kita dicegat orang. Ini saya harus gimana y