Inez terdiam ketika Tristan menanyainya mengenai statusnya. Bila dia mengizinkan Tristan mendekatinya karena statusnya sebagai single mom tanpa suami, itu pasti lebih salah. Tetapi, hubungannya dengan Mario itu statusnya adalah pernikahan kontrak sekalipun sah di mata negara. Sungguh dilema!
"Gimana, Nez? Kok malah diam saja nggak dijawab pertanyaanku tadi ...," ujar Tristan memecahkan lamunan Inez.
Dengan gestur yang tidak nyaman, Inez pun terpaksa menjawab, "Aku tidak ingin menjalin hubungan spesial dengan pria yang baru kukenal, Tristan. Maafkan aku ..."
Tristan pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu menatap jalan raya di depan mobilnya. Dia berhenti bercakap-cakap dengan Inez.
Tak lama kemudian mereka sampai di Wyndham Hotel tempat dia menginap di tengah kota Surabaya. Sebelum Inez turun dari Ferrari-nya, Tristan meraih wajah Inez lalu menautkan bibirnya ke bibir wanita itu.
"Aku menyukaimu, Nez. Kurasa aku siap menunggumu untuk membuka h
Jalanan yang dilewati oleh mobil Alphard rombongan survey itu mulai sepi karena sudah lewat pukul 22.00. Lampu-lampu kota yang menerangi kegelapan malam terlewati satu per satu menuju ke arah Kota Jakarta.Inez menatap ke luar kaca jendela mobil itu sambil merenungkan kehidupannya akhir-akhir ini yang sepertinya bertambah rumit karena pria-pria yang menyukainya secara pribadi. Namun, di antara ketiga pria itu, dia melibatkan perasaan mendalam pada suami kontraknya yaitu Mario. Dia seolah siap menghadapi dunia bersama pemuda itu sekalipun hubungan mereka sangat aneh.Selain hanya berdasarkan kontrak pernikahan, usia mereka terpaut agak jauh sekitar 14 tahun. Mario itu baru melewati usia 27 tahun ini, sementara Inez sudah 41 tahun. Itu yang membuat Inez selalu berpikir ulang mengenai hubungan mereka. Bagaimana tidak? Yang muda yang masih 'seger kinyis-kinyis' aja banyak. Terlebih lagi Mario bekerja di dunia adonis atau pemahat tubuh yang harus menjaga penampilan.
Suara kicauan burung dan cahaya mentari yang masuk dari glass block di kamar tidur Inez dan Mario memberi tanda hari telah pagi."Mas, ayo bangun ...," ucap Inez berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan dan belitan kaki Mario.Yang diajak berbicara malah sengaja mengeratkan pelukannya. Mario menahan tawanya mendengar rengekan Inez yang meminta dilepaskan. Dia masih rindu pada istrinya yang baru pulang semalam setelah pergi berhari-hari.Tangan Inez mencubit hidung mancung Mario. "Ini bandel banget pagi-pagi sih! Mas, lepasin nggak ... nanti Inez cubit yang lainnya lho!""Aku nggak mau kalau dicubit, Nez. Maunya dijepit iya ... 'kan enak. Hahaha," goda Mario selengekan."Iiisshhh Mas Mario mesum deh!" jerit Inez."Kulepasin kalau kamu mau olahraga pagi dulu sama Mas, gimana?" tawar Mario sambil memandangi wajah cantik Inez tanpa make-up di pagi hari."Huft, mesti ya? Nanti Inez telat ngantor, Mas!" protes Inez lagi."Masa bodo
"Aahh ... Bang, Novi suka sentuhan Abang ...," desah wanita bernama Novita, pacar gelap Rinaldo Situmorang."Aku cepetin ya biar cepet sampainya, yuk Beb, pegang bahu Abang .... Aaarrghhh!"Tok tok tok.Tok tok tok.Suara pintu kamar hotel itu diketok dengan keras dan berulang kali oleh tamu tak diundang. Sementara penghuni kamar hotel itu enggan membukakan pintu."Siapa sih ini, rese banget gangguin orang lagi asik?!" gerutu Novita yang masih memakai lingerie merahnya yang seksi tanpa pakaian dalam. Dia pun meraih jubah luar lingerie sutra itu di pinggir ranjang lalu memakainya sebelum bergegas ke pintu.Tok tok tok.Tok tok tok.Ketokan itu tidak kunjung berhenti di pintu kamar hotel bintang 3 itu.Akhirnya, Novita pun membukakan pintu. Dia tidak mengenal siapa perempuan cantik seksi yang berdiri di hadapannya itu.Tiba-tiba ..."Plakkk!"Sebuah tamparan pedas mendarat di pipi kanan Nov
Mario merasa bingung ketika Rosita memeluknya dengan erat. Dulu saja ketika mereka masih berstatus suami istri, Rosita selalu jijik bila dia menyentuhnya ketika sedang berkeringat. Sekarang kok malah nempel begini. Mario menggaruk-garuk kepalanya dengan wajah bingung."Ros, tolong lepasin nanti dilihat orang nggak enak. Kamu 'kan statusnya istrinya Bang Aldo, aku suaminya Inez," ujar Mario dengan nada halus.Akhirnya, Rosita pun melepaskan tubuh Mario dari pelukannya. Wajahnya berurai air mata menatap Mario. "Mas Mario, aku pengin kita kembali jadi suami istri seperti dulu. Bang Aldo selingkuh sama cewek lain, katanya dia sudah nggak sayang sama Ros," ujarnya.Mario terdiam setelah mendengar ucapan Rosita barusan. Dia sudah berpindah ke lain hati, sekarang hanya ada Inez di hatinya. Dia tidak ingin kembali bersama Rosita yang telah membuatnya begitu sengsara dan hina pasca perceraian mereka dulu."Nggak bisa, Ros. Aku sudah menjadi suami Inez dan aku cint
Seusai mandi dan keramas, Mario mengeringkan dirinya lalu keluar dari kamar mandi dengan handuk membelit di pinggulnya. Dia lupa membawa pakaian ganti ke kamar mandi tadi. Namun, ketika bertatapan dengan mata Inez lalu istrinya memalingkan wajahnya yang merona, Mario membatalkan niatnya untuk berpakaian.Dia pun berjalan mendekati ranjang dimana Inez duduk bersandar di sana. "Nggak usah curi-curi pandang, Nez! Kalau pengin bilang aja ...," goda Mario."Iiisshh ... pengin gimana, Mas?" kelit Inez sambil tersenyum malu-malu.Mario terkekeh melihat wajah Inez yang semakin memerah saja. Dia pun menundukkan kepalanya dan mengangkat dagu Inez. "Kemari ... tempelin bibirnya ke bibirnya Mas," pinta Mario dan dia menunggu inisiatif dari Inez.Tangan Inez menekan dada Mario yang keras dengan otot yang terpahat sempurna ketika lengan Mario menahan punggungnya. Dengan perlahan dan ragu-ragu Inez mengecup bibir bawah Mario yang langsung ditangkap dan dilumat oleh bibi
Akhirnya hari pertandingan MMA di Sasana Pemuda Sang Timur pun tiba, Mario sudah menyiapkan fisik dan mentalnya untuk kembali bertanding di atas ring tarung.Ketiga suporternya yaitu Inez, Max, dan Clara duduk di bangku penonton bagian depan. Sementara Mario masih berada di ruang ganti atlet sebelum dipanggil oleh MC untuk naik ke atas ring.Suasana di GOR Sasana Pemuda Sang Timur itu begitu meriah musik yang menghentak mengiringi tarian pembuka dari sponsor pertandingan malam ini. 3 gadis berpakaian seksi meliuk-liuk seperti goyang Dangdut Pantura, penonton pun ikut heboh bersiul-siul menggoda mbak-mbak penari yang beraksi di atas ring."Tarikkkkk Mang!" seru MC acara itu menyemangati mbak-mbak yang heboh goyangannya.Saat yang ditunggu datang juga, MC pun memanggil nama Mario dengan microphone."Pertandingan MMA malam ini akan segera kita mulai. Mari kita panggil dari sisi barat, Mario Chandra. Seorang pendatang baru dengan data pertandinga
Sudah hampir 2 jam, Mario berada dalam ruang operasi. Inez, Clara, dan Max masih menunggu di depan ruang operasi itu. Mereka belum sempat makan malam, tetapi mereka pun kehilangan napsu makan karena kuatir dengan keadaan Mario saat ini.Tak lama kemudian dokter yang menangani Mario keluar dari pintu ruang operasi. Wajahnya memang datar dan seperti kelelahan sesudah melakukan operasi.Dokter Jamal berkata pada mereka bertiga, "Tenang, operasinya berjalan lancar, semoga masa kritisnya bisa terlewati dengan baik dan segera sadar. Pasien masih perlu dimonitor ketat, untuk sementara belum boleh dijenguk ke dalam kamar. Besok pagi baru bisa dikunjungi, mungkin ada baiknya kalian beristirahat dulu di rumah malam ini.""Terima kasih, Dokter Jamal," ucap Inez.Dokter Jamal tersenyum tipis mengangguk lalu berjalan melewati mereka bertiga.Tak lama kemudian, brankar dorong dengan Mario terbaring tak sadarkan diri di atasnya keluar dari
Setelah hampir satu jam lebih melewati jalanan kota Jakarta yang macet. Inez pun sampai di gedung kantor Jansen Pharma. Dia segera naik ke ruang kantornya dengan lift. Sebenarnya dia berat hati meninggalkan Mario sendirian di rumah sakit.Ketika membuka pintu ruang kantornya, Tristan yang tadinya duduk di sofa pun langsung berdiri menyambut kedatangannya. Pria muda itu memeluknya erat seperti begitu merindukan dirinya. Dia pun mengecup pipi Inez kanan kiri.Inez sebenarnya agak jengah karena Tristan sepertinya begitu mesra kepadanya di hadapan rombongan dari Surabaya dan juga Pak Baruna."Maaf lama menungguku, Tris. Silakan duduk. Ada keperluan apa ya kok mendadak sekali datangnya? Aku jadi tidak mempersiapkan apa-apa ... ngomong-ngomong apa sudah makan siang?" ujar Inez seraya duduk di tempat kosong di sofa yang kebetulan di samping Tristan."Tidak perlu repot, Nez. Iya, maafkan aku datang mendadak. Kebetulan sedang ada trip ke Jakarta mengurus izi