Ketika latihan sore yang keras itu usai, tubuh Mario bersimbah peluh. Dia sudah melepaskan kaos yang dia pakai sedari tadi, menampilkan tubuhnya yang padat berotot kekar.
Inez pun dengan setia menunggu di pojok ruangan fitness hingga latihan bela diri itu selesai. Sekaligus cuci mata tentunya karena tubuh suaminya dan instruktur bela dirinya sama-sama bagus.
Sepertinya Mr. Miguel Diaz rajin melatih tubuhnya karena Inez tidak dapat menemukan kelebihan lemak sedikit pun di tubuh pria paruh baya itu. Di usianya yang sudah cukup tua, Mr. Miguel masih sangat cekatan gerakannya. Berulang kali dia dapat mengelak dari serangan Mario.
"Inez, suamimu adalah murid yang cerdas. Aku yakin dia akan menjadi atlet petarung MMA yang hebat suatu hari nanti. Pokoknya semua dasar ilmu bela diri yang aku miliki sudah kuberikan pada Mario. Sisanya tergantung padanya sendiri. MMA adalah tentang insting dan ketepatan selain kekuatan fisik," ujar Mr. Miguel pada Inez dan jug
"Om, besok ambil raport Clara di sekolah, mau ya?" ucap Clara ketika makan malam bersama mamanya dan papa tiri barunya serta Mr. Miguel.Mario menelan makanan di mulutnya lalu menjawab, "Boleh, jam berapa Cla?""Jam 9 pagi, Om. Clara kelas XII A IPA. Makasih ya ...," balas Clara dengan manja."Biasanya ngapain aja kalau acara terima raport, Cla? Om soalnya belum pernah punya anak, jadi belum pernah sebelumnya ambil raport," tanya Mario sambil makan.Clara pun menjawab asal-asalan, "Paling cuma nunggu nama anaknya dipanggil aja, Om. Nanti duduk di depan meja guru lantas gurunya ngomong ngalor ngidul gitu. Om dengerin aja, dijawab seperlunya. Abis itu dikasi deh raportnya, salaman, selesai ...."Inez menahan tawa ketika mendengar puterinya memberi penjelasan tata cara penerimaan raport. Namun, memang kurang lebih begitu, pikirnya.Mr. Miguel sepertinya menyukai masakan khas Indonesia karena dia makan banyak. Malam ini Chef Aji memasak menu mas
Di dalam mobil, Mario dan Clara terdiam. Mario menyetir mobilnya pulang ke rumah Inez yang seperti Istana Bogor itu tanpa berbicara pada Clara. Dia merasa bimbang dan bingung dengan ucapan ibu-ibu teman sekolah Clara tadi.Dia hanya mewanti-wanti dalam hatinya, jangan sampai Clara menaruh hati padanya. Omongan ibu-ibu itu sebenarnya ngawur. Tetapi, ya begitulah, usia Clara dengan Mario itu lebih cocok untuk jadi pacar dibanding ayah-anak. Mana wajah Clara itu sebelas dua belas dengan Inez yang sangat cantik karena ada darah keturunan Belanda. Clara itu seperti Inez versi muda.Namun, urusan hati ini yang sudah tak bisa ditawar. Mario sudah kelewat sayang dan mungkin benar-benar jatuh cinta sama Mamanya Clara. Sifat dan segala perlakuan lembutnya padanya itu yang membuat Mario susah move on."Om ...," panggil Clara yang menarik Mario dari lamunannya."Ehh ... iya Cla, apa?" sahut Mario menoleh ke sebelahnya."Aku minta maaf ya, gara-gara minta
Hari ini adalah hari yang penting untuk Mario karena pagi ini tempat fitness dan gym baru miliknya akan mengadakan grand opening. Mario telah menyebar undangan melalui WA ke nomor customer-customer lamanya. Banyak ucapan selamat dan dukungan yang mengalir untuk usaha baru Mario ini."Mas Mario, maaf ya pagi ini, Inez nggak bisa nemenin di acara grand opening soalnya ada rapat pemegang saham di kantor. Kalau sudah selesai, Inez janji akan nyusul kok," ujar Inez berdiri berhadapan dengan Mario di teras rumahnya sebelum berangkat kerja.Mario melingkarkan lengannya di pinggang ramping Inez lalu mengecup bibirnya. "Iya, nggak apa-apa, Sayang. Mas ngerti kok, santai aja. Oya ... kalau si William aneh-aneh sama kamu, bilang ya ke Mas, biar Mas gebuk dia," balas Mario sambil tertawa berderai."Ahh Mas ini, udah biarin aja. Kak William memang kadang aneh, tapi dia tahu diri kok," balas Inez, lalu dia pun berpamitan, "Inez berangkat ya, Mas, keburu siang nanti tela
Saat sebagian besar tamu Mario di acara grand opening tempat fitness and gym barunya sudah pulang, Inez malah baru datang. Meetingnya berakhir menjelang tengah hari dan dia segera bergegas ke tempat Mario.Mario melihat Inez masuk dari pintu kaca depan rukonya. Dia pun segera menyambutnya dengan raut wajah yang ceria. "Inez Sayang, terima kasih sudah datang. Aku senang sekali ...," sapa Mario seraya memeluk dan mengecup pipi Inez dengan mesra.Rosita menyaksikan semua itu dari pojok ruangan. Dia merasa kesal bercampur cemburu pada mantan suaminya yang bermesraan dengan Tante Inez, dia geregetan karena menurut Rosita, wanita itu janda yang sudah berumur, tidak cocok dengan Mario.Dia pun berjalan mendekati keduanya lalu berbicara, "Tante Inez sepertinya habis-habisan ya mencari perhatian Mas Mario dengan segala dukungannya. Hebat sekali!""Ehh apa ya maksudnya, Mbak Rosita? Mas Mario ini 'kan sekarang suami saya, wajar dong saya mendukung karirnya," ujar I
Saat Inez terbangun dari tidur siangnya, matanya terasa bengkak akibat terlalu lama menangis tadi siang."Kenapa, Nez?" tanya Mario pada Inez yang duduk terdiam di tepi ranjang."Emm mataku bengkak dan agak pedih, Mas," jawab Inez menoleh ke arah Mario yang duduk di belakangnya di atas ranjang.Mario mengerti apa yang terjadi, dia pun bangkit dari ranjang dan berjalan ke meja rias Inez. Dia mengambilkan tetes mata untuk iritasi mata. "Ayo tiduran sebentar, Mas bantu tetesin matanya pakai obat mata," ucap Mario.Inez pun menuruti perintah Mario untuk berbaring sebentar. Mario pun menetesi mata Inez kanan dan kiri dengan obat iritasi mata itu. Mata Inez mengerjap-erjap lalu menutup sebentar karena rasanya sedikit pedih."Lain kali jangan menangis lagi, ya, Inez Sayang. Mas ikut sedih kalau kamu seperti tadi ...," ujar Mario lalu memagut bibir Inez yang masih berbaring di ranjang."Masss ...," panggil Inez."Apa, Sayang?" sahut Mar
Inez memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Mario, dia merasa suaminya itu memiliki bakat menjadi atlet MMA. Dia setuju dengan pendapat Mr. Miguel kemarin bahwa Mario itu berbakat menjadi atlet MMA. Namun, dia pun tidak ingin memaksa suaminya melakukan hal yang tidak dia inginkan."Kalau bisa mengelak dan menangkis pukulan lawan, pasti nggak bocel dan babak belur, Mas Sayang," jawab Inez sembari melempar senyum manjanya.Mario pun membalas senyum Inez, sepasang lesung pipit nampak di pipinya. "Jawabanmu diplomatis sekali, Nyonya CEO." Dia pun mengusap-usap puncak kepala Inez dengan sayang."Baiklah, aku akan coba tanyakan pada teman-temanku bagaimana caranya kalau ingin menjadi atlet MMA. Ilmu dari Mr. Miguel ini sangat berharga, kalau dibiarkan menguap karena tidak dipakai memang mubazir sekali," timpal Mario sembari menatap wajah Inez.Inez pun melingkarkan lengannya di pinggang Mario sambil duduk di sebelahnya. "Mas, pria berbakat dan ulet, aku
Sekalipun tubuh Clara langsing, tetapi latihan fitness yang ditemani oleh Max membuat seluruh tubuhnya mandi keringat.Max mengajaknya push-up, sit-up, squat-jump, lalu latihan dengan alat fitness untuk mengencangkan lengan atas, perut, dan betis."Minum dulu, Clara, biar nggak pingsan," ujar Max sambil mengelap keringat di lehernya dengan handuk.Clara minum air mineral dalam botol sambil memandangi tubuh berotot Max yang tercetak di kaos tanpa lengannya yang basah oleh keringat.Max hanya senyum-senyum ketika dia tahu Clara memandangi tubuhnya tanpa berkedip. Gadis itu sebenarnya cantik, hanya saja jelas bukan jodohnya, pikir Max. Dia sudah berulangkali patah hati pada perempuan sampai akhirnya banting setir menjadi penyuka laki-laki.Baginya, kaum laki-laki lebih jujur kalau suka ya ayo aja, kalau nggak suka ya sudah jangan diterusin pedekate-nya. Sementara kaum hawa itu bikin pusing, katanya nggak suka masih sering PHP, udah n
Sudah hampir tengah malam, tetapi Mario masih belum puas juga menyentuh istrinya itu. Seprei di ranjang sudah kusut tak karuan karena aktivitas malam yang panas antara Mario dengan Inez."Mas, kenapa sih kok nggak mau kuajak keluar malam mingguan?" tanya Inez berusaha menjernihkan pikirannya yang berkabut karena belaian suaminya yang kelewat mesra itu."Males, Nez. Macet ... terus nggak ada yang menarik. Aku lebih suka olahraga malam aja sama kamu, lebih sehat 'kan?" jawab Mario sembari menggoda istrinya."Aduhh iisshh ... Mas! Kenceng amat sih nyedotnya!" seru Inez meronta-ronta dari tindihan tubuh Mario saat isapan bibir Mario begitu kencang di puncak gunung kembar kirinya terasa menyakitkan.Mario melepaskan bibirnya lalu terkekeh menatap Inez yang berkaca-kaca matanya. "Maaf, Nez ... kayaknya aku terlalu bersemangat. Sakit ya?" ucapnya lalu meniupi puncak gunung Inez sebelah kiri yang memerah karena lumatannya tadi.Inez terkikik ge