Share

79. Kuaci

"Jauhkan tanganmu, kisanak!" seru adik iparku menepis tangan kakaknya yang hendak menyentuh kepalanya.

Ia membuat kuda-kuda dengan kedua tangan mengepal di depan dada. Wajahnya terlihat garang. Duh, gayanya macam pendekar wanita temannya Wiro Sableng saja. Eh, tapi Wiro Sableng punya teman cewek bernama Niken nggak, sih?

Suamiku juga tak mau kalah. Ia menghadapi adiknya sambil menyanyi lagu tema film Mandarin yang diplesetkan. "Hei, kamu bayar utang ... ai juga butuh uang ...."

Duh, kakak adik kok kompakan kebanyakan gaya gini, sih? Tertawa diriku jadinya.

Yudistira mencemooh saran adiknya untuk memberikan nama embrio yang berada di dalam perutku, menurutnya itu kekanakan banget.

"Ini tuh seru tau, Mas! Kan lucu, kalau calon bayi dikasih nama, udah biasa itu. Ingat, ya, biarpun mukanya belum kelihatan batang hidungnya, si embrio sudah menjadi satu kehidupan baru. Betul kan, Mbak?" terangnya dengan semangat berkobar, seakan ia sedang mengikuti debat pemilihan ketua RT.

Mendengar omongan
Teha

Hayo, hayo, yang mulai merasakan mual. Kira-kira Ashanna bakalan ngidam apa, ya? Ngidam sari? jangan dong, mbak sari sudah ada yang punya. wkwkwk Terima kasih untuk Anda yang masih melanjutkan membaca novel ini. Author mohon maaf, ternyata buku ini belum berhasil tamat di bulan Juni. Huhuuu Bulan Juli tamat, ya, beneran ini. cius! ^^

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status