"Neng !" Perlahan Aa' Wahyu membuka matanya.
"Kok malah bangun, Aa' !" Aku membulatkan mata, terkejut.
"Maaf, ya Sayang ! Aa' ketiduran," ucapnya.
"Aa' istirahat aja ya ! Neng juga sudah ngantuk ini." Mataku sudah tak bisa diajak kompromi, aku pun berkali-kali menguap.
"Neng, tidur disini aja ya sayang, biar Aa' yang tidur di kursi itu !" ucapnya.
"Ah ... ! Aa' mah ngaco !
Aa' kan lagi sakit, udah biar Neng aja yang tidur di kursi." Aku pun segera beranjak menuju kursi panjangDi ruangan ini ada beberapa tempat tidur pasien, namun sudah terisi penuh, keluarga pasien yang menunggu pun sudah terlelap di atas tikar yang mereka bawa sendiri dari rumah.
Walaupun aku memakai baju gamis, tapi di dalam, aku juga memakai celana panjang, jadi aku tidak terlalu khawatir jika selama tertidur, bajuku tersingkap.
Tak menung
"Gimana kabarnya Bang Imron, Bang Togar ! keluarganya sudah tau belum ?" tanyaku penasaran." Belum siuman juga dia, masih transfusi darah," balasnya."Itulah ! Aku lagi bingung ini, begitu aku telepon si Laras dari Hp Imron, dia kaget, katanya akan segera terbang kemari." Bang Togar menatap kami bergantian."Katanya dia akan menuntut dan meminta pertanggungjawaban," imbuhnya lagi.Kami semua terkejut mendengarkan penuturan Bang Togar."Gimana ini A' ?" Aku menatap Aa' Wahyu."Sebenarnya wajar-wajar saja kalau pihak keluarga Bang Imron menuntut pelakunya. apalagi Bang Imron dalam keadaan kritis," ucap Aa' Wahyu."Iya, betul juga sih kata Aa' !" ucapku."Tapi masalahnya, Yanuar itu kan sodaranya Aa', nanti Laras berpikir yang tidak-tidak !Lagipula, Bang Imron seperti ini juga gara-gara menyelamatkan aku kan !" ucapku lagi.
"Alhamdulillah, stok darah buat Imron akhirnya terpenuhi, malah berlebih," gumamnya."Alhamdulillah,"ucap kami.Teman-teman Haikal pun hendak pamit, untuk pulang ke rumahnya masing-masing, setelah selesai melakukan donor darah."Jangan pulang dulu atuh ! Ini dimakan dulu kue-kuenya, biar nggak lemes." Mamah menyodorkan kue bolen pisang kepada teman-temannya Haikal.Tanpa menunggu lama, Adit dan Asep langsung menyambar kue yang tepat berada di depannya itu."Kue buatan mamahnya Haikal, ternyata sangat enak ya?" ucap Adit setelah mencicipinya sedikit."Iya betul ! rasanya jauh lebih enak daripada di toko kue yang terkenal itu," Asep menimpali, mulutnya masih mengunyah kue bolen rasa coklat keju."Ah kalian, muji-muji mulu, kalau mau nambah, masih banyak kok ! Jangan khawatir, masih banyak di rumah" ucap Haikal."Kalau dititipkan di kantin se
#Beberapa hari kemudian# pov HumairaHari ini, kami sekeluarga sedang bersiap-siap menuju rumah almarhum aki Juned di daerah Batujajar, kawasan Bandung Barat.Selain mau bertakziah, kami juga memenuhi undangan keluarga Aa' Wahyu, katanya ada hal yang sangat penting untuk dibicarakan.Setelah beberapa hari di rawat, akhirnya luka di kaki Aa' Wahyu sudah mulai membaik, kini ia sudah bisa berjalan dengan normal seperti sediakala.Kini, ia sedang melakukan video call bersama kedua anaknya, tampak rona kebahagian menghiasi wajah mereka.Anak-anaknya sudah sangat rindu kepada ayahnya.Semenjak Aa' Wahyu pulang dari Aceh, mereka belum sempat bertemu, karena keluarga Aa' Wahyu di sana sedang sibuk-sibuknya.Aa' Wahyu nampak berseri-seri hari ini, ia hanya mengatakan akan ada surprise, ketika aku menanyakan
# Beberapa hari kemudian# Pov HumaHari ini, Aa' Wahyu akan kembali ke Aceh, kali ini ia sekalian mengajak orangtuanya dan juga anak-anak berlibur di sana.Mereka nampak sangat bahagia dan bersemangat berjalan-jalan ke kota Serambi Mekah, terutama Wika dan Raiqah.Pagi ini, Aku ikut mengantarnya ke bandara Husein Sastranegara Bandung, bersama Haikal.Walaupun aku tak jadi ikut bersama mereka, namun tak ada lagi perasaan sedih seperti waktu pertamakali Aa' Wahyu pergi ke sana, karena tak lama lagi kami akan segera menikah."Hati-hati di sana ya, Sayang ! " Aku membelai rambut Wika dan juga Raiqah."Iya, Mamah Huma," jawab mereka, senyum bahagia selalu menghiasi mereka.Aku pun menyalami mamah dan juga ayahnya A' Wahyu."Kamu beneran nggak mau ikut, Neng ? " Aa' Wahyu menatapku.
# Pov ImronBegini rasanya sakit di tempat perantauan yang jauh dari keluarga, tak' ada mamak yang selalu memanjakanku, jangankan sakit begini, awak demam sikit saja, beliau sudah khawatir, kangen kali aku sama beliau.Untunglah di sini ada si Togar dan juga keluarga mantan istriku, Humaira, yang ikut menjaga dan merawat selama aku sakit.Kalau seandainya tak ada mereka, entah apalah jadinya awak ini, aku sangat berhutang budi sekali pada semua yabg ada di sini.Terkadang, ada rasa bersalah terhadap mantan istriku itu, selama kami berumah tangga, tak pernah sekalipun ia nampak seceria seperti sekarang ini, dulu wajahnya selalu saja kusut dan murung, tampak beda jauh sama yang sekarang.Masih teringat jelas kata talak yang terucap begitu saja padanya kalau itu, saat ia menghidangkan makanan, yang sama sekali tak aku sukai.Memang betul apa cakap orang
# POV LarasHari ini, kami berangkat dari bandara Kualanamu Medan langsung menuju Husein Sastranegara di Bandung.Perjalanan udara selama kurang lebih dua jam setengah membuat si kembar sedikit rewel, mereka menangis sepanjang perjalanan, untunglah ada Kak Saudah yang membantu mendiamkan merekaSetelah sampai di bandara Bandung, kami dijemput oleh Bang Togar."Gimana ? Apa langsung saja ke rumah sakit atau pulang dulu ke rumah kontrakan ? " tanya Bang Togar, ketika sudah berada di dalam mobil."Ke rumah sakit saja," jawab Kak Saudah."La
Bayiku menangis secara bersamaan, membuatku semakin pusing, mungkin mereka kaget karena teriakanku tadi, saat menelpon Bang Imron."Assalamualaikum ... ! Teh ... ! Teh ... !Teh Laras ... !Assalamualaikum ... ! teriak seseorang dari luar."Waalaikumsalam ... !Masuk saja Teh Lilis, pintunya enggak di kunci ! " teriakku dari dalam kamar sembari menggendong Farel, sementara Fahrul masih menangis di atas tempat tidur.Lilis pun segera masuk ke dalam rumah, lalu meletakkan mangkuk berisi sayur bayam, tahu goreng dan nasi." Teh Laras ini saya ada bawakan sedikit makanan, dihabiskan ya?" ucapnya." Terima kasih Teh Lilis, kebetulan saya memang tak sempat memasak, sibuk mengurus si kembar dari tadi," ucapku."Kenapa bayinya, Teh ? Kompak begini, pada nangis semua ! " Lilis segera menggendong Fahrul dan berusaha mendiamkannya."Nggak t
🌷🌷🌷🌷🌷# Pov Laras"Oh ya, Bang ! Tadi Laura telepon, dia mau datang ke sini besok, rencana mau nikah Minggu depan, " ucapku."Boleh, tapi kontrakan kita kan sempit, Dek ! Apalagi kalau bawa suaminya nanti," jawabnya."Dia nggak nginap di sini katanya, dia mau nempatin rumah kita yang di Jakarta, boleh kan Bang ? " tanyaku."Boleh, Kau atur saja Dek !Mana si kembar, Abang mau nengok, sudah sebesar apa mereka sekarang." Bang Imron celingukan menatap ke arah kamar."Lagi pad