"Sudah diam! Cepat masuk!" Salah satu petugas kepolisian membentak Bayu yang sedari tadi terus memberontak, bahkan berteriak kencang ke arah Kaira, menuduh dengan fitnah kejinya.Ditatap tajam dengan aura penuh dendam membuat Kaira merasa takut sendiri. Apalagi ia tahu betul watak dari Mas Bayu, dia tidak akan diam saja jika apa yang diinginkan belum tercapai, termasuk balas dendam.Saat Mas Bayu sudah dibawa pergi dengan mobil polisi, Kaira menghela napas lega. Ia buru-buru masuk karena takut telat menemui Pak Wisnu yang terkenal sangat disiplin soal waktu."Permisi, sebelumnya saya sudah ada janji dengan Pak Wisnu, apa beliau ada di tempat?" Kaira memastikan terlebih dahulu, meski tahu jawabannya, namun namanya dunia kerja harus ada basa-basi sedikit sebagai rasa hormat dan formalitas."Ada, dengan Ibu siapa dan dari perusahaan apa?" tanya Resepsionis itu dengan sangat ramah."Kaira sifabella, dari Golden Grup," jawab Kaira dengan senyuman manis meski tak bisa dipungkiri jika hatin
"Itu hasil dari penyelidikan saya mengikuti Tuan Dipta hari ini," lapor Dimas, orang kepercayaan Wisnu Kertakusuma.Wisnu yang sibuk dengan segudang pekerjaan, terbengong untuk sesaat. Bahkan mata tuanya tak berkedip sedikit pun saat melihat potret putranya mencium seorang wanita.Jika dilihat secara sekilas, Wisnu sangat paham siapa wanitu yang bersama Dipta itu. Dia, wanita itu, adalah Kaira rekan bisnisnya.Tapi, bukankah Kaira mengatakan sudah memiliki suami? Sedangkan putranya belum menikah sama sekali. Apa jangan-jangan mereka berdua melakukan perselingkuhan selama ini? Astaga! Mau jadi apa jika orang-orang tahu kalau generasi penerus Archery Grup adalah seorang pebinor! Ini tidak bisa dibiarkan! Wisnu harus bertemu dengan Dipta, dan menghentikan aksi gila mereka berdua."Tolong awasi mereka terus!" titah Wisnu sangat serius.Pikiran yang terpecah antara kerjaan dan putranya membuat kepala Wisnu pusing. Dia akhirnya menelepon sekretarisnya untuk membatalkan semua meeting setelah
“Halo, Kaira, kayaknya lagi bahagia nih!” goda Vito menyindir satire saat melihat Kaira tampak murung ketika jalan menuju meja kerjanya. “Gimana meeting tadi?” lanjut Vito bertanya kepo.Kaira meletakkan tas selempang miliknya dan melirik ke arah Vito sekilas. “Lancar.”“Kok murung gitu? Apa Pak Wisnu ngomong yang tidak-tidak? Jangan didengerin, dia emang gitu orangnya,” ungkap Vito soal sifat Wisnu Kertakusuma yang selalu pedas dengan lawan berbicaranya.“Bukan karena itu. Aku lagi capek aja,” jawab Kaira jujur. Memang ia merasa capek fisik juga hati, terlebih dirinya sedang mengalami periode bulanan yang membuat perutnya sedikit tak enak.Ditambah Kaira takut jika kasus korupsi dari Mas Bayu nanti menyeret namanya. Kaira merasa tidak enak dengan Pak Wisnu jika tahu kalau dirinya mantan dari seorang koruptor.Sepertinya, Kaira harus menemui Mas Bayu di kantor polisi untuk menanyakan hasil uang yang pernah dikirim ke nomor rekeningnya. Benar hasil bonus atau uang hasil korupsi dana ka
"Kaira? Aku nggak kenal, Pa, memang dia siapa?""Cih! Jangan pura-pura kamu, Dipta!" balas Wisnu, sengit ketika putranya justru tampak akting seperti ini.Mendengar sarkasme dari papanya membuat Dipta terdiam. Jujur saja tadi ia sempat kaget luar biasa saat Wisnu memberikan pertanyaan itu. Namun, sebisa mungkin Dipta mencoba memberikan jawaban bohong. Tapi sepertinya jawaban bohong yang diberikan tidak dipercaya oleh pria paruh baya yang kini tengah menatap penuh selidik."Tidak ada hubungan tapi ciuman!" sindir Wisnu skakmat. "Papa sebetulnya tidak ingin ikut campur, tapi semua ini demi kebaikan kamu sebagai generasi penerus Papa nanti."Dipta masih diam saja, mencerna setiap ucapan yang dilontarkan oleh Wisnu. Kenapa pula Papanya bisa tahu? Darimana dia tahu jika ia memiliki hubungan spesial dengan Kaira. Soal ciuman? Darimana dia mengetahui? Apa Papanya menyuruh mata-mata selama ini? Jika memang iya, sangat bahaya untuk kehidupan Kaira."Jauhi Wanita itu, Dipta!" perintah Wisnu den
“Mmm, entahlah, Mas, aku juga nggak tahu. Yang pasti aku merasa nyaman saat berada di dekat kamu,” akui Kaira jujur, yang membuat Dipta tak berkedip sedikit pun menatap Kaira.Kaira yang mengungkapkan perasaan hatinya merasa plong sekaligus takut sendiri saat langkah kaki Dipta justru semakin kian mendekat ke arahnya.Tak dipungkiri jika hati Kaira saat ini sangatlah deg-degan. Apalagi embusan napas pria itu mulai Kaira rasakan di indera penciumannya, wangi aroma permen jahe.“Aku juga merasakan hal yang sama kalau kamu mau tahu. Aku juga nyaman saat berada di dekat kamu. Entah ini yang dinamakan cinta atau bukan, yang pasti kamu sekarang menjadi orang yang selalu aku pikirkan setiap saatnya. Orang yang selalu ingin aku lindungi dan prioritaskan dari hal apapun,” balas Dipta dengan suara seraknya.Dipta semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Kaira. Jakunnya naik turun saat kedua netra hitamnya tak sengaja melihat dua gundukan milik Kaira yang tampak besar. Padahal ia sudah perna
Ting nong!Drrrrt! Drrrrt! Drrrrt!“Siapa, Mas?” tanya Kaira saat pintu hotelnya dipencet belnya tak sabaran, Dipta hanya mengendikkan bahu tidak tahu. Parahnya ponsel milik Dipta pun bergetar tak sabaran di atas meja nakas.Meski sejujurnya kegiatan mereka sudah sama-sama panas dan hampir saja Dipta memasukkan senjata miliknya ke dalam inti tubuh milik Kaira, namun suara bel pintu sangat mengganggu kegiatannya. Alhasil Dipta menunda terlebih dahulu untuk menyemprot siapa orang yang sudah mengganggunya malam-malam seperti ini.“Aku ke depan dulu,” kata Dipta sambil mencari celana dalam miliknya dan celana panjang yang sudah berserakan di atas lantai. Tak lupa, Dipta menutupi tubuh polos milik Kaira dengan selimut agar tidak kedinginan. “Kamu jangan ikut keluar,” lanjutnya setelah menutupi tubuh milik Kaira hingga batas dada.“Itu hape kamu getar terus,” unjuk Kaira dengan dagunya ke arah meja nakas. &
“Apa!? Meeting mendadak di Archery pagi ini, Pak!?” Kaira terkejut saat mendapati telepon dari Bagas yang menyuruhnya untuk meeting mendadak dengan Wisnu pagi-pagi seperti ini.“Ya, Kaira, ingat jangan sampai telat!” Bagas mengingatkan Kaira agar tak telat menemui orang nomor satu di Archery Grup.“Baik, Pak, tapi ngomong-ngomong ini membahas soal apa? Setahu saya meeting proyek kita dengan Archery sudah selesai. Apa pengerjaan file dari saya ada yang kurang atau salah, Pak?”Jujur saja Kaira merasa takut ketika diminta meeting mendadak seperti ini. Ini seperti akan bertempur tanpa senjata. Tidak tahu apa yang akan dibahas juga.“Kamu datang saja. Mungkin masih ada yang mau dibicarakan sama Pak Wisnu soal proyek kita.”Tak ada pilihan selain menurut, Kaira pun pasrah menerima titah ini dari Bagas, bosnya, yang menelepon di jam enam pagi seperti ini.Kini Kair
“Seriusan kerja di sana?” tanya Wisnu memastikan ucapan Kaira tidak salah. Entah putranya yang terlalu obsesi dengan Kaira, atau memang betul mereka sudah menikah dan suami istri? Perlu dibuktikan lebih akurat lagi. Jangan sampai putranya menjadi pebinor!“Iya, Pak.”“Bagian apa? Kantor mana? Siapa tahu ternyata saya mengenalnya,” balas Wisnu santai, namun tetap terus menatap Kaira dengan penuh selidik.“Bagian … Emmm! Anu—“Tok! Tok! Tok!Kaira menghela napas lega saat mendengar ketukan pintu dari luar sana. Kenapa ia sangat gugup ketika ditanya soal urusan pribadi seperti ini. Padahal saat menceritakan soal Ibu Widya, ia sangat santai tanpa beban sedikit pun.Ketika orang itu masuk, Wisnu tersenyum lebar. “Eh, Dipta! Sini masuk, saya sarapan dulu sama klien,” ujar Wisnu mengajak Dipta untuk sarapan bersama. Berbeda dengan Kaira yang sudah sangat pucat pasi melihat suaminya datang ke ruangan ini. “Bu Kaira, ini Dipta sopir saya,” lanjut Wisnu, pura-pura bodoh saja, lebih tepatnya men