Yusuf hanya menggeleng mendengar kata-kata istrinya yang sama sekali tidak lagi mempercayainya.
Selia dan Ferdi memilih untuk turun ke lantai bawah dan menunggu Yusuf yang sedang mengemasi barang-barangnya.
Yusuf kemudian memasukkan beberapa potong bajunya ke dalam koper, dia menatap foto pernikahan yang ada di meja diambilnya foto itu kemudian di dekap nya.
"Mas sangat mencintaimu dan selalu akan mencintaimu tak peduli berapapun rasa sakit yang kau berikan kepada mas." Bisik hati Yusuf dengan kesedihan yang sangat mendalam.
Yusuf memasukkan foto pernikahan itu ke dalam kopernya dia sama sekali tidak mengambil barang-barang apapun milik Selia karena dia tau itu bukan barang barangnya. Jam tangan yang dipakainya pun dilepas dan di taruh nya dimeja karena itu hadiah ulang tahun yang diberikan oleh Selia. Mengingat itu saja sudah membuat air mata Yusuf tidak berhenti mengalir.
Yusuf melihat lagi kamar yang sudah ditempatinya selama lima tahun bersama Selia. Banyak hal yang sudah terjadi dikamar ini, suka dan duka sudah dilaluinya mulai dari Selia yang awalnya tidak bisa menerimanya sebagai suami sampai akhirnya luluh dan berbalik sangat mencintainya.
Setelah cukup lama diam tidak bergerak didalam kamar itu, Yusuf akhirnya keluar dan mulai menuruni tangga demi tangga dengan perasaan terluka dan tersakiti. Setiap langkahnya seperti berjalan diatas bara, setiap langkahnya seperti duri yang tertancap tepat di jantungnya. Pernikahan yang selama ini di pujanya sebagai pernikahan paling bahagia harus berakhir tragis seperti ini.
Langkah Yusuf terhenti saat melihat foto almarhum papa Selia yang tergantung di dinding. Ingatannya bergulir saat berjanji akan menjaga Selia sampai akhir hayatnya tapi kini semua tidak bisa dibuktikannya lagi karena Selia sudah memutuskan untuk bercerai tanpa memberinya kesempatan untuk membuktikan kebenarannya.
Yusuf menatap Selia sekali lagi sebelum melangkah menuju ke pintu tapi sayang Selia seperti enggan bertemu pandang dengan nya. Yusuf mengambil kunci mobil dari saku celananya.
"Mas akan kembalikan mobil ini karena mobil ini mas beli menggunakan uangmu." Yusuf menyodorkan kunci mobil itu kepada Selia.
Selia mengambil kunci mobil dari tangan Yusuf tanpa melihat wajah laki-laki yang sebentar lagi menjadi mantan suaminya.
"Sekarang mas akan pergi tapi sekali lagi mas minta maaf yang sebesar-besarnya bila selama menjadi suamimu telah mengecewakanmu. Kau harus tahu mas sangat mencintaimu." Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Yusuf sebelum melangkah menuju ke pintu.
"Tunggu dulu." Selia menghentikan langkah Yusuf.
Yusuf mengira Selia akan melarangnya untuk pergi tapi ternyata dia harus kecewa karena Selia malah menyuruh Ferdi untuk membuka koper yang dibawanya.
Yusuf sangat terluka melihat perlakuan Selia.
"Sebenci itu dirimu pada mas sampai kau mengira mas akan mencuri barang barangmu."
"Aku hanya ingin memastikan saja, kalau mas tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan."
Ferdi membuka koper Yusuf dan mengacak-acak isi nya dan tidak menemukan barang berharga apapun yang ada hanya foto pernikahan mereka. Ferdi memperlihatkan foto pernikahan itu pada Selia.
"Untuk apa mas mengambil foto pernikahan itu, bukankah tidak ada lagi artinya setelah kita bercerai."
"Kau bisa menganggap pernikahan ini tidak ada artinya tapi bagi mas ini sangat berarti, ini pernikahan pertama mas dengan wanita yang mas cintai."
"Persetan dengan cintamu." Jawab Selia tanpa simpati sedikitpun.
"Jadi bagaimana dengan foto pernikahan ini. Apa dihancurkan saja?" Ferdy sudah bermaksud membanting foto pernikahan itu ke lantai tapi tidak jadi karena Selia melarangnya.
"Biarkan saja dia mengambilnya, anggap saja sebagai oleh-oleh dari ku biar bisa terus mengingat pernah menikah dengan wanita kaya tapi di sia siakan."
Yusuf ingin sekali menjawab semua kata-kata Selia tapi dia sadar kalau apapun yang dikatakannya saat ini tidak akan dipercaya olehnya.
Yusuf merapikan kembali barang-barangnya yang telah di acak-acak oleh Ferdi.
"Selamat tinggal Selia, jaga dirimu baik baik, tidak semua yang terlihat baik diluar itu juga baik didalam."
"Kau menyindirku?" Ferdi bermaksud untuk memukul Yusuf tapi Selia menahan tangannya.
"Jangan dengarkan, dia hanya sedang cemas karena setelah keluar dari rumah ini dia pasti akan menjadi gembel."
Yusuf melangkah ke pintu karena sudah tidak ada harapan lagi untuknya, Selia sudah tidak bisa diajak bicara baik baik.
"Dan satu lagi, mas tidak perlu datang ke sidang perceraian kita supaya prosesnya menjadi gampang, aku sudah tidak sabar ingin segera terlepas dari lelaki penipu sepertimu."
Yusuf tidak menanggapi kata-kata Selia, dia sangat sedih karena apapun yang dikatakannya saat ini pasti adalah kebohongan dimata Selia.
Kini Yusuf sudah berada di halaman depan rumah yang sudah 5 tahun ini menjadi tempat tinggalnya, dia memutar badannya dan melihat rumah itu untuk terakhir kalinya. Air matanya mengalir tanpa bisa ditahannya.
"Aku tidak boleh cengeng dan menjadi lemah karena orang-orang yang telah merencanakan ini akan merasa senang karena merasa telah berhasil menyingkirkan ku." Kata Yusuf menyemangati dirinya sendiri.
Yusuf terus berjalan, dan sekarang dia dalam kebingungan karena tidak tahu tujuannya akan kemana.
"Ya Allah tolong hamba Mu ini, kalau memang yang ku alami hari ini adalah teguran untukku aku tidak akan protes, aku akan menerima semua ini dengan lapang dada tapi tolong tunjukan keadilanmu, tunjukkan jalan untuk membersihkan nama baik hamba." Yusuf terus memanjatkan doa dalam hatinya.
Entah sudah berapa lama Yusuf melangkah dalam kebimbangan sampai akhirnya langkahnya terhenti didepan sebuah mesjid kecil.
Yusuf segera menuju ke masjid kecil itu dia segera mengambil air wudhu dan melangkah masuk ke dalam untuk melaksanakan ibadah.
Yusuf kemudian melaksanakan salat ashar dengan khusuk. Segala rasa sedih, galau dan sakit hatinya di tumpahkan di dalam doanya, air matanya sampai tidak tertahan setiap kali dia memanjatkan doa dan meminta pertolongan atas nasib yang sudah menimpanya. "Ya Allah ampuni hamba mu ini, hamba hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Hamba memohon pertolonganmu ya Allah, saat ini hamba sedang dalam fitnah orang lain, bantulah hamba untuk mencari kebenaran dan membersihkan nama baik hamba. Ya Allah ya Robbi bila memang garis jodoh dengan istri hamba sudah putus, hamba rela dan ikhlas menerima semua takdirmu." Yusuf berdoa begitu khusu sampai tidak sadar kalau seseorang sudah duduk di dekatnya dan memperhatikan sejak dia mulai berdoa. Orang itu tampak ikut prihatin melihat keadaan Yusuf. "Sepertinya kau sedang dalam masalah besar." kata orang itu membuat Yusuf segera menoleh dan melihatnya. "Maaf pak ustad saya tidak sadar kalau pak ustad ada disini." "Sepertinya kau orang
Yusuf dan Haikal sedang menikmati sarapan pagi yang mereka buat bersama. Mereka saling menertawakan status mereka. "Sepertinya kita harus buat grup suami suami yang tersakiti deh, jadi nanti anggotanya adalah suami suami yang disakiti istrinya." "Ustad suka benar deh kalau bercanda." Mereka tertawa lagi seperti sudah melupakan semua masalah mereka. "Kenapa ustad tidak menikah lagi?" "Yang satu aja belum selesai, masa nambah masalah lagi, lagi pula siapa yang mau pada laki laki miskin sepertiku." "Ustad masih lebih beruntung. Lah saya, sudah di gugat cerai, di usir pula jadi sempurna sudah penderitaan ku." Mereka saling menertawakan keadaan masing masing lagi. "Jadi temanmu sudah membalas pesan mu?" "Iya ustad, nanti dia jemput kesini dan untuk sementara tinggal di rumahnya dulu sambil nyari kerja." "Padahal kau bisa tinggal disini, sampai mendapatkan kerja." "Tidak enak sama ustad takutnya merepotkan." "Saya malah senang ada teman ngobrol, sudah lama tidak punya teman untuk
Yusuf tersenyum dan itu membuat Surya menjadi sedikit heran."Apa kau sedang menertawakan penderitaanku?""Bukan seperti itu hanya saja aku sedang teringat kata-kata ustad Haikal kalau kita itu adalah suami suami yang tersakiti.""Iya juga sih, sepertinya kita memang harus buat grup suami suami yang tersakiti."Yusuf dan Surya tertawa bersama dan melupakan perlakuan Erni yang membuat sakit hati. Erni yang penasaran mengintip dan melihat Surya dan Yusuf tertawa lepas seperti tidak ada beban. Erni hanya mendengus kesal."Dasar laki laki tidak berguna." Kata Erni masuk ke kamar setelah membanting pintu."Mak lampir ngamuk lagi." Kata Surya yang dibalas senyum oleh Yusuf.Pagi harinya, Yusuf ikut dengan Surya untuk melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja.Tapi ternyata sesuatu terjadi. Surya minta maaf pada Yusuf karena pekerjaan yang dijanjikannya ternyata sudah diisi oleh orang lain."Tidak apa-apa bro ini bukan salahmu mungkin saja belum rezeki ku untuk bekerja di tempat ini.
Yusuf sengaja menunggu Selia dan Ferdi di parkiran. Ada suatu hal penting yang ingin dikatakannya pada Selia menyangkut hubungan mereka. Yusuf segera menghampiri Selia dan Ferdi yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Selia sedikit terkejut melihat kedatangan Yusuf apalagi melihat wajah lelaki yang masih berstatus suaminya itu tampak sangat sedih dan menanggung banyak beban. Selia hendak menyapa Yusuf tapi Ferdi lebih dulu menyerang Yusuf dengan kata-kata yang menyakitkan hati. "Mau apa lagi kau lelaki pecundang? Belum puas kau menipu Selia? Atau kau mau dilaporkan polisi saat ini juga." Cecar Ferdi tidak memberi kesempatan pada Yusuf untuk berbicara dengan Selia. "Selia masih berstatus istriku sampai dengan detik ini jadi aku masih berhak untuk berbicara dengannya itu pun kalau kau masih punya malu." Yusuf sengaja menekankan kata kata masih istriku untuk membuat Ferdi sadar diri. "Kau..." Ferdi bermaksud untuk memukul Yusuf tapi dengan sigap
Yusuf mendekati Selia kemudian memeluknya dengan erat, air matanya tidak bisa tertahan dan mengalir begitu saja membasahi pundak Selia. Selia pun merasakan hal yang sama hatinya sedih membayangkan kalau setelah pertemuan ini Yusuf sudah menjadi mantan suaminya, dia pun ingin menangis tapi ditahannya karena tidak ingin terlihat lemah dihadapan Yusuf. Yusuf melepaskan pelukannya kemudian menatap Selia. "Sebelum kita berpisah mas ingin menekankan sekali lagi kalau apa yang kau tuduhkan kepada mas itu tidak benar semua itu hanyalah fitnah dan kesalahpahaman tapi mas tidak akan membuktikan apapun biarlah ini akan terbukti dengan sendirinya dan satu hal kalau nanti semuanya terbukti mas tidak bersalah, kau tidak perlu mencari mas untuk minta maaf karena mas sudah maafkan mu, mas tidak benci sama sekali kepadamu karena sampai dengan hari ini mas masih mencintaimu dan entah kapan rasa cinta itu tersimpan di hati mas." Yusuf segera berlalu dari hadapan Selia dan Ferdi
Selia membuka halaman demi halaman buku harian yang ditulis oleh Yusuf. Dia baru tau kesedihan yang dialami Yusuf diawal pernikahan mereka. Saat itu dia sama sekali tidak menganggap Yusuf sebagai suaminya tetapi hanya sebatas laki laki yang dinikahkan dengannya untuk mengobati luka hatinya. Selia juga baru tau kalau Yusuf sempat ingin menyerah karena sikapnya tidak kunjung berubah dan tetap sinis padanya. Perlakuan Selia waktu itu memang keterlaluan dia tidak mau seranjang dengan Yusuf tapi menyuruhnya tidur di sofa sampai hampir setahun. "Selia mulai membuka hatinya untukku." Itulah yang ditulis Yusuf di lembar berikutnya. Selia ingat waktu itu dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Yusuf setelah melihat ketulusan saat merawatnya. Yusuf selalu menemani dan tidak meninggalkannya di rumah sakit walau sedikitpun. "Akhirnya aku merasakan menjadi suami seutuhnya, Selia akhirnya membolehkan menyentuhnya dan kami sudah bercinta untuk pertama kalinya."
Yusuf segera menyeka air matanya saat Surya masuk ke kamarnya. "Ada apa bro? apa yang membuatmu menjadi sangat sedih seperti ini?" "Aku sudah sangat hancur bro, di dunia ini semua orang akan menganggap ku adalah orang jahat dan tidak ada lagi tempat untukku mencari kerja." "Bukankah sekarang kau sudah bekerja sebagai office boy." "Tapi aku tidak yakin berapa lama aku bisa bertahan karena berita perceraian ku dan Selia sudah masuk tv dan berbagai media lainnnya dan aku pasti akan dipecat karena ini bisa merusak nama baik perusahaan." Surya melihat berita yang sedang ditayangkan di tv, hatinya ikut sedih melihat sahabat baiknya dirundung masalah yang tidak kunjung usai. "Maafkan aku, bro. Aku tidak bisa bantu tapi aku yakin kau bukanlah seperti yang diberitakan di tv. Aku tau kau adalah lelaki yang baik." "Tapi sekarang semua tidak ada gunanya, Selia benar benar telah menghancurkan hidupku." Surya merangkul sahabatnya, di
Yusuf masih mencoba untuk membujuk Bryan agar bisa segera pergi tapi Bryan sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Bryan terus memaksa agar menemaninya bermain. Yusuf menatap Bella mencoba meminta pertolongan tapi Bella yang merupakan mantan bosnya itu cuek dan tidak peduli padanya.Yusuf mencoba menahan rasa jengkel yang timbul dari dalam hatinya dengan memperhatikan Bryan yang sudah mulai menyusun robot-robotan. Wajah anak itu sangat tampan dan itu membuatnya tersenyum. Sudah lama dia ingin memiliki seorang putra tapi sayang Selia selama ini belum memberikan lampu hijau untuk mewujudkan hal itu, dia selalu berdalih bila belum siap untuk menjadi seorang ibu padahal dia sudah sangat menginginkan untuk memiliki seorang putra.Bryan memalingkan wajah dan beli mendapati Yusuf sedang tersenyum sambil melihatnya."Kenapa Om tersenyum?" Pertanyaan Bryan membuyarkan lamunan Yusuf."Om hanya sedang membayangkan betapa bahagianya seandainya punya putra sepert