Pagi-pagi sekali, para pria Baskara dibuat terheran dengan keberadaan Lita yang berada di area dapur.Nampak wanita paruh baya itu tengah sibuk menyusun sarapan di atas meja makan.Dengan gerakan perlahan Dion mendekati sang Ayah yang berdiri persis di tengah, seraya berbisik, "Yah, itu Bunda gak kesurupan, kan? Perasaan kemarin masih ambek-ambekan,""Ngaco kamu. Yang ada setannya ngibrit duluan kalau targetnya Bunda kamu," celetuk Baskara yang sama nyelenehnya dengan Dion.Sementara Nata yang berada di samping keduanya, hanya mampu menggelengkan kepala heran. Benar-benar definisi buah jatuh tak jauh dari pohonnya."Kalian bertiga mau sarapan atau cuma berdiri di situ kayak patung?" tanya Lita dengan nada sarkas.Lantas ketiganya segera menoleh, menatap sang ibu negara yang melirik mereka dengan tatapan menelisik tajam.Tanpa berkata apa-apa lagi, tiga pria Baskara itu langsung menghampiri meja makan lalu duduk di kursi masing-masing."Makasih Bunda sayang," ucap Dion sangat manis se
Para pria Baskara memutuskan untuk makan siang di rumah sekaligus memberi laporan kepada ibu negara yang sudah mengomel sejak beberapa jam yang lalu.Begitu memasuki dapur, ketiganya dibuat bersyukur karena mereka tidak harus memesan makanan secara online. Di meja sudah tersedia lauk pauk yang sangat menggugah selera. Sudah lama sekali rasanya mereka tak makan masakan rumahan seperti ini.Setelah semua duduk di kursi masing-masing dan mulai melahap nasi yang disediakan, Lita memulai aksi introgasinya."Gimana? Udah beres?" Melalui tatapan matanya yang mematikan, Lita melirik satu persatu anak beserta sang suami. Seakan mereka adalah terdakwa utama atas tindak kriminal.Dion yang pada dasarnya polos-polos membagongkan, dengan jujur mengatakan yang sebenarnya, "Beres, Bun. Cuma ya gitu, Ayah malah ngebiarin dua uler bebas tanpa hukuman," "Maksudnya?!" Lita berseru kencang sambil mendelik kan mata.Spontan, Baskara yang duduk berdekatan dengan sang anak bungsu langsung menampol lengan
Selepas menyiapkan menu sarapan, Lita tanpa pamit terlebih dahulu segera pergi menuju suatu tempat dengan diantar oleh sopir pribadi milik keluarganya.Selama di perjalanan fokus Lita hanya tertuju pada satu orang yaitu sang menantu. Sebenarnya, sejak beberapa hari kemarin, Lita sudah berhasil menemui keberadaan Gea. Namun karena wanita itu belum siap kembali ke rumah, jadilah Lita memutuskan untuk menutup mulut dan tidak membeberkan perihal tempat persembunyian sang menantu kepada semua orang.Butuh waktu berjam-jam untuk bisa sampai di tempat tujuan.Dalam hati, Lita berdecak kagum dengan kepintaran Gea yang memilih Karawang sebagai tempat pelariannya.Pantas saja mereka merasa kesulitan mencari, karena daerah-daerah yang jauh dari pusat kota tak cukup menarik bagi Baskara Group untuk meluaskan koneksinya.Setelah cukup lama, Lita akhirnya sampai di sebuah tempat makan, dimana Gea ternyata sudah menunggu kedatangan sang ibu mertua.Begitu keduanya bertemu, Gea langsung memeluk era
Gea terbangun setelah seharian menangis sampai dia tanpa sadar tertidur di atas ranjang.Untunglah, setelah Nata keluar dari dalam kamar dia segera mengunci pintu sehingga tak ada yang tahu bahwa sebenarnya dia mengurung diri sambil terus mengeluarkan air mata.Rasanya begitu panas dan perih ketika Gea mencoba membuka kelopak matanya lebih lebar lagi. Saat melarikan pandangan ke sekitar, Gea baru menyadari bahwa hari kini sudah malam.Menghidupkan layar ponsel, Gea melihat waktu telah menunjukan pukul setengah sepuluh malam.Astaga, sebegitu frustasinya kah dia bertemu dengan sang suami sampai tertidur selama itu?Namun, dibalik itu tak ayal Gea juga turut bersyukur karena selama beberapa hari terakhir akhirnya dia bisa memejamkan mata, setelah sebelumnya selalu mengalami insomnia.Beberapa menit berlalu dengan Gea yang masih duduk termenung sambil sesekali melirik ke arah luar melalui jendela. Bahkan rasa haus dan lapar tak cukup membuatnya mau beranjak dari posisinya saat ini. Sea
Di tengah kesunyian malam yang terasa kelam, Gea tiba-tiba terjaga dari kegiatannya memejamkan mata.Dengan sedikit usaha, dia merubah posisinya yang tadi berbaring kini menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Selama beberapa detik, Gea hanya menatap ke depan tanpa ekspresi. Melihat dengan lekat foto pernikahannya dengan Nata yang memang sengaja diletakan di dinding kamar.Terhitung, sudah lebih dari lima hari dia tinggal di kediaman sang mertua. Meski begitu, namun tetap saja tidak ada kegiatan apa pun yang berarti.Gea masih suka mengurung diri di dalam kamar dan akan keluar dari tempat persembunyian hanya ketika dia merasa lapar atau haus yang tidak tertahankan.Beberapa saat berlalu, cahaya matahari pagi tampak samar-samar menyelinap masuk membuat Gea kembali tersadar pada realita.Ah... Saking asyiknya melamun dia sampai melupakan fakta bahwa waktu akan terus berjalan.Menarik napas sebentar, Gea perlahan bangkit berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi.Hanya membutuhkan wa
Setelah menghadapi drama kemacetan di Jakarta, akhirnya mobil yang dikendarai Baskara sampai di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal.Seusai mendapatkan informasi mengenai letak ruangan pasien atas nama Adinata Baskara, Gea yang menggenggam erat tangan Lita bergegas mengikuti langkah kaki sang Ayah mertua.Tepat di ujung lorong kanan, ketiganya melihat sosok Dion tengah duduk termangu seorang diri di kursi tunggu, sedangkan di sampingnya pintu ruang UGD tertutup rapat."Yon, gimana keadaan Mamas kamu?" Lita segera mencengkram erat kedua lengan sang anak begitu dia tiba di sana.Namun ada yang tidak beres. Dion hanya melirik sang Bunda tapi tak kunjung membuka suara. Sesekali pria itu akan menghela napas berat seakan dia sedang kesulitan bernapas saat ini.Melihat tak ada respon apalagi ditambah mata Dion yang memerah seperti menahan tangis, semakin membuat hati Lita meraung pilu, "Yon, jangan diem aja. Bunda tanya gimana keadaan Nata?! Gimana keadaan Mamas kamu?!"Tetap. Dio
Pagi-pagi sekali Dion diminta Dokter Ryon untuk datang ke ruangannya dikarenakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan berdua saja.Dengan ditemani dua gelas kopi hitam, keduanya mulai saling membuka suara."Kamu gak kangen sama Papa?" tanya Ryon memulai percakapan.Meletakkan kembali cangkir kopi ke atas meja setelah menyesapnya sedikit, Dion menggelengkan kepala ringan lalu berceletuk, "Waktu aku terlalu berharga kalau dihabiskan cuma buat ngangenin Papa Ryon," Mendengar itu, sontak pria paruh baya yang berprofesi sebagai dokter tersebut berdecak kesal, "Sombong banget, mentang-mentang udah jadi GM,""Gimana hasil pemeriksaan Mas Nata, Pa?" Dion segera mengubah topik pembicaraan. Karena memang niatnya menemui Ryon untuk mengetahui secara detail kondisi dari Mamasnya saat ini.Mengambil napas panjang, Ryon bergerak menyandarkan kepalanya pada punggung sofa, "Jika dalam beberapa hari ke depan kondisi Nata semakin memburuk, maka harus dilakukan tindakan Trakeostomi secepatnya," jelasnya
Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan kondisi Nata dinyatakan stabil. Akhirnya Ryon memutuskan bahwa pagi ini, Nata sudah bisa melakukan operasi.Dengan dibantu beberapa Dokter dan Perawat, semua yang bertanggung jawab atas berlangsungnya operasi tersebut mulai melakukan tugasnya dengan baik.Waktu selesai operasi yang tak bisa ditentukan, membuat seluruh anggota keluarga hanya bisa menunggu dengan sabar.Namun lain halnya dengan Dion, karena tak tahan melihat pintu ruang operasi yang terus tertutup rapat, dia memutuskan untuk pergi dari sana.Menelusuri lorong rumah sakit dan mengamati orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya tak cukup mengobati kegelisahan hati serta pikirannya yang terlalu kacau.Berjalan terus tanpa tujuan hingga berakhir membawanya pada taman rumah sakit yang cukup luas.Saat ini isi kepalanya terisi oleh banyak hal. Dan Dion benar-benar benci ketika dia dipaksa berpikir keras.Mencoba meresapi sinar mentari pagi yang terasa hangat menyentuh pe