Tepat pukul 9 malam Nata tiba di rumah kediamannya setelah dia bergelut dengan banyaknya dokumen penting. Raut lelah tergambar jelas di wajahnya yang terlihat kucel juga pakaiannya yang tak serapi ketika dia berangkat.Begitu pintu utama berhasil Nata buka, suasana berbeda tampak dia rasakan saat kedua kakinya melangkah masuk. Dipandanginya dengan seksama seluruh isi ruangan untuk memindai hal ganjal tersebut.Tak biasanya rumah dibiarkan dalam keadaan gelap seperti sedang mati lampu. Untungnya beberapa lampu kecil yang hidup secara otomatis berfungsi dengan baik, sehingga Nata tetap bisa melihat meski hanya samar-samar."Gea!" Nata memanggil sang istri yang entah kenapa malam ini tak menyambut kepulangannya.Saat memasuki dapur pun tak ada hidangan makanan yang tersedia.Tak ada sahutan. Segera Nata bergegas naik menuju lantai atas dimana letak kamarnya berada. Dilemparkannya tas yang berisi laptop tergletak di atas sofa.Kosong.Jantung Nata berdegup kencang saat netranya tak berha
Terhitung sudah 2 hari Gea menghilang tak ada kabar. Orang kepercayaan Baskara yang sudah diberikan tugas pun tak kunjung berhasil melacak keberadaan sang menantu.Entah kemana perginya wanita itu. Tapi yang jelas tempat yang saat ini menjadi persembunyian Gea pasti berada di luar pusat kota, dimana keluarga Baskara tak mempunyai koneksi apa pun sehingga sulit untuk menjangkaunya.Namun, meski begitu, baik Nata maupun keluarganya tetap berusaha agar Gea bisa segera kembali ke rumah.Seakan tak membiarkan perjuangannya berjalan mulus, Nata selalu ditimpa kesibukan perusahaan yang terus bertambah setiap harinya.Mengakibatkan dia harus pintar membagi waktu dan merelakan jam tidurnya menjadi berantakan.Untuk yang kesekian kali Nata mengerang lirih saat hantaman rasa nyeri mulai menyerang kepala bagian belakangnya. Belum lagi kedua pundaknya yang terasa sakit akibat terlalu lama menunduk dan rasa panas di area mata karena menatap layar komputer selama berjam-jam.Tak tahan, Nata memutusk
Di salah satu villa yang berada di daerah Karawang, Gea duduk di depan jendela kamar sambil menatap pemandangan gunung dengan tatapan sendu.Suasana yang begitu damai nan asri membuat dia betah berlama-lama di tempat tersebut. Bahkan segala permasalahan dalam pikirannya, perlahan berhasil Gea singkirkan untuk sementara waktu.Sempat terlintas dia tak ingin kembali, namun hati kecilnya selalu menolak. Ada sebuah hasrat yang mendorongnya agar segera pulang ke Jakarta. Namun sebisa mungkin Gea menahannya.Katakanlah dia egois karena lebih memilih lari menghindari masalah dan bukannya menyelesaikan. Untuk sekarang Gea benar-benar butuh waktu sendiri agar pikirannya bisa kembali tenang.Di tengah rasa sepi yang mulai menyelimuti, suara samar langkah kaki terdengar di telinganya diikuti dengan terbukanya pintu kamar.Perlahan Gea menoleh, menatap Decha yang berdiri menjulang di ambang pintu seraya tersenyum."Sarapan, yuk," ajak Decha riang.Namun, Gea menolak dengan menggelengkan kepala k
Pagi-pagi sekali, para pria Baskara dibuat terheran dengan keberadaan Lita yang berada di area dapur.Nampak wanita paruh baya itu tengah sibuk menyusun sarapan di atas meja makan.Dengan gerakan perlahan Dion mendekati sang Ayah yang berdiri persis di tengah, seraya berbisik, "Yah, itu Bunda gak kesurupan, kan? Perasaan kemarin masih ambek-ambekan,""Ngaco kamu. Yang ada setannya ngibrit duluan kalau targetnya Bunda kamu," celetuk Baskara yang sama nyelenehnya dengan Dion.Sementara Nata yang berada di samping keduanya, hanya mampu menggelengkan kepala heran. Benar-benar definisi buah jatuh tak jauh dari pohonnya."Kalian bertiga mau sarapan atau cuma berdiri di situ kayak patung?" tanya Lita dengan nada sarkas.Lantas ketiganya segera menoleh, menatap sang ibu negara yang melirik mereka dengan tatapan menelisik tajam.Tanpa berkata apa-apa lagi, tiga pria Baskara itu langsung menghampiri meja makan lalu duduk di kursi masing-masing."Makasih Bunda sayang," ucap Dion sangat manis se
Para pria Baskara memutuskan untuk makan siang di rumah sekaligus memberi laporan kepada ibu negara yang sudah mengomel sejak beberapa jam yang lalu.Begitu memasuki dapur, ketiganya dibuat bersyukur karena mereka tidak harus memesan makanan secara online. Di meja sudah tersedia lauk pauk yang sangat menggugah selera. Sudah lama sekali rasanya mereka tak makan masakan rumahan seperti ini.Setelah semua duduk di kursi masing-masing dan mulai melahap nasi yang disediakan, Lita memulai aksi introgasinya."Gimana? Udah beres?" Melalui tatapan matanya yang mematikan, Lita melirik satu persatu anak beserta sang suami. Seakan mereka adalah terdakwa utama atas tindak kriminal.Dion yang pada dasarnya polos-polos membagongkan, dengan jujur mengatakan yang sebenarnya, "Beres, Bun. Cuma ya gitu, Ayah malah ngebiarin dua uler bebas tanpa hukuman," "Maksudnya?!" Lita berseru kencang sambil mendelik kan mata.Spontan, Baskara yang duduk berdekatan dengan sang anak bungsu langsung menampol lengan
Selepas menyiapkan menu sarapan, Lita tanpa pamit terlebih dahulu segera pergi menuju suatu tempat dengan diantar oleh sopir pribadi milik keluarganya.Selama di perjalanan fokus Lita hanya tertuju pada satu orang yaitu sang menantu. Sebenarnya, sejak beberapa hari kemarin, Lita sudah berhasil menemui keberadaan Gea. Namun karena wanita itu belum siap kembali ke rumah, jadilah Lita memutuskan untuk menutup mulut dan tidak membeberkan perihal tempat persembunyian sang menantu kepada semua orang.Butuh waktu berjam-jam untuk bisa sampai di tempat tujuan.Dalam hati, Lita berdecak kagum dengan kepintaran Gea yang memilih Karawang sebagai tempat pelariannya.Pantas saja mereka merasa kesulitan mencari, karena daerah-daerah yang jauh dari pusat kota tak cukup menarik bagi Baskara Group untuk meluaskan koneksinya.Setelah cukup lama, Lita akhirnya sampai di sebuah tempat makan, dimana Gea ternyata sudah menunggu kedatangan sang ibu mertua.Begitu keduanya bertemu, Gea langsung memeluk era
Gea terbangun setelah seharian menangis sampai dia tanpa sadar tertidur di atas ranjang.Untunglah, setelah Nata keluar dari dalam kamar dia segera mengunci pintu sehingga tak ada yang tahu bahwa sebenarnya dia mengurung diri sambil terus mengeluarkan air mata.Rasanya begitu panas dan perih ketika Gea mencoba membuka kelopak matanya lebih lebar lagi. Saat melarikan pandangan ke sekitar, Gea baru menyadari bahwa hari kini sudah malam.Menghidupkan layar ponsel, Gea melihat waktu telah menunjukan pukul setengah sepuluh malam.Astaga, sebegitu frustasinya kah dia bertemu dengan sang suami sampai tertidur selama itu?Namun, dibalik itu tak ayal Gea juga turut bersyukur karena selama beberapa hari terakhir akhirnya dia bisa memejamkan mata, setelah sebelumnya selalu mengalami insomnia.Beberapa menit berlalu dengan Gea yang masih duduk termenung sambil sesekali melirik ke arah luar melalui jendela. Bahkan rasa haus dan lapar tak cukup membuatnya mau beranjak dari posisinya saat ini. Sea
Di tengah kesunyian malam yang terasa kelam, Gea tiba-tiba terjaga dari kegiatannya memejamkan mata.Dengan sedikit usaha, dia merubah posisinya yang tadi berbaring kini menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Selama beberapa detik, Gea hanya menatap ke depan tanpa ekspresi. Melihat dengan lekat foto pernikahannya dengan Nata yang memang sengaja diletakan di dinding kamar.Terhitung, sudah lebih dari lima hari dia tinggal di kediaman sang mertua. Meski begitu, namun tetap saja tidak ada kegiatan apa pun yang berarti.Gea masih suka mengurung diri di dalam kamar dan akan keluar dari tempat persembunyian hanya ketika dia merasa lapar atau haus yang tidak tertahankan.Beberapa saat berlalu, cahaya matahari pagi tampak samar-samar menyelinap masuk membuat Gea kembali tersadar pada realita.Ah... Saking asyiknya melamun dia sampai melupakan fakta bahwa waktu akan terus berjalan.Menarik napas sebentar, Gea perlahan bangkit berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi.Hanya membutuhkan wa