Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"H-harry? Ternyata kamu begini di belakangku!"Dada Eleanor Wilson naik turun menahan amarah. Tangannya mengepal erat. Tak percaya dengan penglihatannya sendiri, tapi semuanya nyata. Kekasih yang selama ini bersikap begitu manis padanya, ternyata tak lebih dari pria berengsek.Eleanor melangkah mendekat dengan geram. Di depan sana, Harry Walker---kekasihnya sedang merengkuh bahu seorang gadis cantik. Tak cukup demikian, pria itu melanjutkannya dengan mendaratkan kecupan kecil di kening gadis tersebut."Sayang, aku udah nungguin kamu dari tadi. Akhirnya kamu sampai juga." Suara bariton Harry Walker menggelitik gendang telinga Eleanor Wilson. Memangnya boleh sebucin itu?Tertegun melihat perselingkuhan kekasihnya, Eleanor sampai lupa kalau dia sedang terburu-buru dengan penerbangan menuju San Francisco. Pemandangan di depannya telah membuatnya perasaannya campur aduk sampai sedemikian rupa.Saat ini, Eleanor Wilson berada di Heathrow Airport. Bersama dengan tim dari kantor tempatnya bek
Eleanor Wilson beberapa kali menekan bel apartemen Harry Walker dengan geram. Beberapa hari ini, ada pria yang selalu datang ke rumahnya menagih hutang. Pria itu memberi ancaman kalau Eleanor tidak membayar tagihan bulanan, mereka akan mengambil alih rumahnya.Enam bulan yang lalu, Harry meminjam banyak uang pada pria yang menurut pengakuannya adalah teman lamanya. Sialnya, Harry menjadikan sertifikat rumah milik Eleanor untuk dijadikan jaminan hutang."Harry Walker, buka pintunya!" seru Eleanor tak sabar. Sudah lebih dari lima belas menit menunggu seperti orang bodoh, tapi pria itu masih tidak mau membuka pintu.Jika tidak terpaksa, Eleanor tidak akan menginjakkan kakinya di apartemen pria berengsek ini lagi. Keadaannya sekarang akan sangat sulit. Gajinya hanya 3.800 dollar, dia masih harus mengirimi uang untuk dua adiknya yang masih kuliah di kota lain. Jika dipaksa untuk membayar hutang tiap bulan dengan nominal sebesar 1.800 dollar tiap bulan, dia tentu saja tidak sanggup.Mau tid
"Nona Floretta! Nona Floretta! Anda mau kemana?" Seorang wanita berpakaian baby sitter mengejar seorang anak berusia tujuh tahun yang berlari sangat cepat, begitu pintu mobil terbuka.Siang ini, Floretta minta diantar sang Nenek untuk pergi jalan-jalan. Namun, bocah berusia tujuh tahun itu mencari kesempatan untuk melarikan diri dari mobil saat masih di tengah jalan.Floretta butuh pelampiasan atas kesedihan yang melanda. Kehilangan dua orang tua adalah pukulan terberat dalam hidupnya. Tak ada yang bisa menghibur kesedihan, meskipun semua keluarga Fletcher sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberi apapun yang dibutuhkan Floretta Fletcher."Nona Floretta, Anda mau kemana?" Terus memanggil nama gadis kecil tersebut, baby sitter itu sudah ketakutan setengah mati. Takut akan dimarahi oleh Nyonya Besar yang ikut mengejar di belakang.Namun, Floretta mempunyai sepasang kaki yang bisa bergerak sangat cepat. Dia bisa meninggalkan dua manusia dewasa yang berlari jauh di belakang, tertinggal b