Kinara hanya mengurung dirinya di kamar setelah kejadian kemarin ia menampar pipi Arjuna di meja makan. Kinara kesal dan marah pada Arjuna yang selalu menuduhnya dan seenaknya sendiri. Hingga waktu menunjukkan pukul 8 pagi, Kinara masih bertahan di kamar dan tidak berniat untuk membuat sarapan.
Kinara ingin egois dengan tidak keluar dari kamar dan membiarkan perutnya kelaparan, namun karena rasanya melilit dari tadi akhirnya Kinara menyerah dan menuju dapur untuk memasak. Dia melihat sekitar terutama kamar Arjuna yang tertutup rapat. Dia tidak tahu apakah Arjuna sudah berangkat kantor atau belum. Kinara melihat garasi dan mobil Arjuna masih terparkir rapi di sana. Tumben sekali pagi-pagi Arjuna belum keluar kamar. Perasaan khawatir mulai hinggap di hati Kinara, dia berdiri di depan kamar Arjuna dan ingin mengetuk pintu namun dia urungkan kembali. Kinara mondar-mandir di depan pintu hingga akh
Kinara keluar dari kamar Arjuna dan menutup pintunya. Samar-sama Kinara mendengar Indira berteriak pada Arjuna. Mungkin saja mereka bertengkar karena Indira mendapati Kinara tidur berdua satu kamar dengan Arjuna. Sebenarnya tidak ada yang salah di sini. Arjuna dan Kinara adalah sepasang suami istri, jadi wajar kalau tidur di tempat tidur yang sama. Kinara berusaha acuh dan tidak mau ikut campur dengan hubungan Arjuna dengan pacarnya itu. Kinara memasak nasi, lauk dan bubur untuk Arjuna. Kinara tidak tahu apakah Arjuna masih mau makan bubur buatannya karena sudah ada Indira di sana. Namun, Kinara tetap membuatkannya untuk Arjuna. Kinara melihat Indira keluar dari kamar dengan muka kesalnya. Dia menghampiri Kinara yang memasak di dapur."Gimana keadaan Juna?" tanya Kinara."Panasnya reda," jawab Indira.
Keadaan Arjuna mulai membaik, dua hari Kinara merawat dengan telaten mulai dari menyuapi makan, memberikan obat dan menyiapkan apapun yang diperlukan Arjuna. Indira tidak lagi datang ke rumah karena Safira melarang keras dia menginjakkan kaki di kediaman Atmaga. Safira juga masih marah kepada Arjuna dan menolak untuk mengunjungi putranya itu. Arjuna bertahan tidak menemui Safira untuk menenangkan keadaan. Sementara Kinara menikmati hari tenangnya dengan rebahan di kamar.Hari berganti hari, Arjuna lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus untuk konsultasi dan menyelesaikan tesisnya. Arjuna sudah mendapatkan jadwal sidang dan akhir semester 8 ini dirinya bisa mengikuti wisuda.Hari ini tepat seminggu Kinara libur dan besok waktunya masuk kampus untuk ujian akhir semester. Kinara sudah rindu bertemu dengan Amel, suasana
Kinara keluar dari kamar dan melihat Arjuna sudah berpakaian hitam putih berada di kursi makan. Hari ini Arjuna harus mengikuti sidang tesis agar lulus kuliah kemudian wisuda. Kinara tersenyum melihat Arjuna akhirnya bisa melewati tahap akhir kuliahnya. Kinara yang sekarang semester 4, dua tahun lagi akan berada di posisi Arjuna sekarang. Betapa senang dan bahagia bisa melewati 4 tahun kuliah dan lulus dengan membanggakan. "Mau berdiri di situ saja?" tanya Arjuna membuyarkan lamunan Kinara. Kinara berjalan menuju meja makan. Arjuna sudah bangun pagi-pagi untuk membuat nasi goreng. Kinara duduk dan mengambil nasi goreng itu untuk sarapan. "Gimana persiapannya?" tanya Kinara. "Sudah semua," jawab Arjuna. "Aku datang setelah ujian," sahut Kinara dan dibalas anggukan oleh Arjuna. "Indira juga datang?" tanya Kinara. "Mungkin." Kinara malas bertemu Indira, namun Arjuna masih berhubungan dengan wanita itu walaupun Safira dengan terang-terangan tidak menyetujui hubungan keduanya.
Kinara membuka matanya perlahan. Dia memegang pelipisnya karena kepala terasa pusing dan berat. Kinara melihat sekitar dan baru sadar kalau sekarang berada di rumah sakit. Dia kembali mengingat kejadian sebelumnya, saat berjalan menuju parkiran, dia merasa pusing dan tidak lagi mengingat apapun setelah itu."Sudah sadar, Kinara?" Argan masuk ke ruangan IGD setelah menebus obat dari apotik."Argan, aku–""Kamu pingsan," sahut Argan.Pantas saja Kinara tidak ingat setelah keluar dari kafe, karena pusing dan lemas dia tidak sadarkan diri."Maaf karena merepotkanmu, Gan."
"Junaaaa."Kinara dan Arjuna menoleh dan melihat Safira sedang berdiri dengan tatapan heran. Kinara mendorong tubuh Arjuna dan segera turun dari meja makan. Untung saja Arjuna belum melakukan apapun padanya.Kinara melihat Arjuna menatap kesal pada ibunya. Lagi-lagi Safira datang di saat yang tidak tepat. Safira menghampiri Kinara dan Arjuna sambil menenteng beberapa kantong plastik."Ibu selalu datang di waktu yang salah!" gerutu Arjuna."Biarin. Terserah Ibu!" balas Safira sewot karena masih kesal dengan Arjuna."Lagian kamu mau ngapain tadi? Ibu heran sama kamu, udah punya istri baik dan cantik begini masih saja terpesona sama pelakor yang nggak ad
Kinara dan Amel keluar dari kelas menuju pos satpam di depan kampus. Kinara menitipkan tas ransel berisi pakaian dan perlengkapannya yang disiapkan tadi siang sebelum berangkat ke kampus. Dia menitipkan pada pos satpam kampus agar tidak membawanya masuk ke dalam kelas ujian."Pak, makasih udah dijagain tasnya," ucap Kinara pada pak Joko."Sama-sama Neng. Emang mau ke mana kok bawa tas ransel gede banget?" tanya pak Joko."Liburan dong, Pak. Kan ujian sudah selesai, waktunya otak kita istirahat," sahut Amel."Yaudah, selamat bersenang-senang ya, Neng. Jangan lupa oleh-oleh buat pak Joko," pinta pak Joko.Kinara dan Amel mengacungkan jempol pada pak Jok
Pagi ini Kinara dan Amel jalan-jalan di sekitar Villa untuk menikmati udara segar puncak Bogor. Keduanya begitu antusias dengan liburan kali ini. Kinara sejenak benar-benar melupakan masalah yang datang silih berganti dalam hidupnya terutama setelah mengenal Arjuna. Dia bisa menyegarkan otak dan hatinya sehingga lebih tenang dan damai. Apalagi Amel, sahabatnya itu selalu perhatian dan menanyakan apapun kebutuhannya. Beruntungnya Kinara memiliki sahabat sebaik Amel.Setelah puas jalan-jalan, Kinara dan Amel kembali ke Villa untuk sarapan. Villa milik keluarga Amel ini selalu dibersihkan oleh Bi Inem dan pak Burhan, yaitu pasangan suami istri yang dipercaya keluarga Amel untuk merawat Villa. Pagi ini sarapan pun sudah tersedia di meja makan. Bi Nem bagun pagi-pagi untuk menyiapkan semuanya."Huek ..." Kinara menutup mulutny
"Pak Arya!""Loh, kamu di sini?" tanya Arya.Arya melepaskan tangannya dari tubuh Kinara. Dia melihat Kinara dengan khawatir karena wajahnya tampak pucat dan tidak bersemangat."Iya, Pak. Saya sama Amel," Jawab kinara."Kamu sakit? Wajahmu pucat, loh.""Saya tidak apa-apa kok, Pak. Hanya kurang enak badan," jawab kinara."Pak Arya sendiri ngapain disini? Bukannya dosen masih masuk?""Aku dapat tugas dari kampus untuk melakukan penelitian di sini selama 3 hari," jawab Arya."Oh, gi