Hai Reader semua, terima kasih sudah membaca, tap love dan koem.
Gagal Akting"Cukup sudah Mas, aku minta cerai, silahkan kamu cari wanita yang cantik,modis seperti inginmu tapi ingat kamu ke sini gak bawa apapun selain baju yang melekat di badanmu dan kamupun harus keluar dalam keadaan yang sama,kamu gak berhak sedikitpun atas semua barang yang ada di sini," kataku lantang. Tak ada air mata ataupun isak tangis seperti sinetron ikan terbang, air mataku terlalu mahal.Aku lihat wajah Mas Ervan sudah pucat bagai mayat tubuhnya sedikit bergetar dan luruh ke lantai.Ada air yang menggenang di sudut matanya.Tiba tiba dia terduduk di lantai,menutup muka dengan kedua telapak tanganya dadanya turun naik tak berarturan, pundaknya mulai berguncang."Gak perlu drama mas," kataku sengit, dia pikir aku akan luluh begitu saja dengan aktingnya. Cih jangan harap.Aku mungkin selama ini memang lemah tapi bukan berarti bisa di injak injak, lelaki s**h model begini memang harus di tegasi kalau perlu lempar dan buang kejalanan saja.Sudahlah hidup numpang, keluarganya aku yang menghidupi, dia juga kerja sebenarnya gak becus becus. Hanya agar dia dihormati dan tak direndahkan orang lain saja, aku masih mempertahankan dia memimpin perusahaan."Kerja Pak Ervan itu kurang maksimal, Bu, dia kurang serius dalam bekerja, banyak klien klien kita yang mengeluh, mungkin kalau bukan menghargai alhmarhum Papa Ibu, klien kita banyak yang kabur," kata Om Daniel waktu itu.Om Daniel adalah orang kepercayaan almarhum Papaku dan dia juga ayahnya Ceril sahabatku.Diam diam aku masih sering mengawasi perusahaanku dan diam diam ketemu dengan Om Daniel untuk mengawasi Ervan suamiku.Aku juga kurang percaya sama Ervan, aku mengenalnya sejak zaman kuliahan.Ervan adalah sejenis orang yang mengandalkan tampang tapi otak zonk.Bahkan jika dapat tugas dari kampus seringnya akulah yang membantunya mengerjakan tugas tugas kampusnya termasuk skripsinya.Beda dengan Ervan aku adalah orang yang mementingkan otak dari pada tampang, aku lebih suka baca buku dari pada ke salon, lebih suka di hadapan laptop dari pada ke cafe, aku juga jarang main ponsel itulah kenapa aku rada gaptek soal ponsel apalagi sadap menyadap.Aku hanya memakai ponsel untuk urusan bisnis semata.****Mas Ervan beringsut dari duduknya dia kemudian memeluk kakiku sambil tergugu."Beri aku kesempatan, kita mulai dari awal, pliss jangan buang aku dari hatimu, aku sadar, aku salah," kata Mas Ervan menatapku dengan tatapan memohon dan penuh air mata.Jujur hatiku mulai luluh saat ini, ada rasa kasihan di sudut hatiku melihat Mas Ervan yang merengek dan memelas seperti ini, walau bagaimanapun dia suamiku, tapi tidak aku tak boleh lemah kali ini."Cukup Mas, aku sudah muak," kataku. Ku dorong dengan kasar tubuhnya hingga dia tersungkur dan terjengkang ke belakang.Aku lihat ada reaksi sedikit terkejut dari wajahnya mendapat perlakuan seperti itu, tapi aku tak peduli, dia harus tahu wanita tak selamanya lemah.Aku diam bukan berati dia bebas menginjak nginjak harga diriku seperti ini, istri untuk di hormati bukan di rendahkan, camkan!Mas Ervan kembali beringsut dan mendekat ke kakiku lagi namun segera kutepiskan tangannya."Aku mohon sayang, aku mohon?"kata Mas Ervan terus memohon. Sungguh aku muak."Aku akan lakukan apapun untuk menebus kesalahanku, lakukan apa saja padaku tapi jangah tinggalkan aku, beri aku kesempatan," Mas Ervan tergugu memekuk kakiku."Bukankah harusnya kamu senang aku lepaskan, bebas nantinya kamu mencari wanita yang lebih sexsi, lebih cantik dari aku," ketusku, dia pikir aku akan mudah luluh dengan rayuannya.Mas Ervan mendongak menatapku, cih dia pikir aku akan luluh begitu saja dengan aktingnya yang sok mengharap itu. Salah kamu mas, makanya kalau di kasih hati jangan minta ampela lagi. Serakah."Aku gak gak serius dengan ucapanku sayang, aku main main saja," kata Mas Ervan."Oya?"ketusku.Mas Ervan mengangguk cepat meyakinkan aku."Terus hubungan kamu dengan Rani dan dengan wanita wanita j***g lainya itu apa, sudah berapa banyak uangku yang kamu pakai untuk memuaskan para pe***r jalanan itu?"tanyaku.Kusilangkan tangan di dada menatap sinis pada Mas Ervan yang semakin menegang, wajahnya makin pias mirip mayat dan bibir yang gemetar.Pasti dia kaget aku tahu semua skandal memalukanya itu."Ba- ba- bagaimana ka- kamu tahu?"lirih Mas Ervan.Aku tersenyum sinis,"kamu pikir kamu pintar, hah?" kataku sinis.Mas Ervan diam sejenak."Itu masa lalu, aku janji akan berubah,"katanya memohon."Kalau aku tak mau?"tanyaku ketus. Dia pikir mudah meluluhkan hati wanita yang telah di sakiti.Lagi Mas Ervan diam, sebentar kemudian dia bangkit dan keluar kamar.Aku hanya melirik dengan ekor matanya saat dia melangkah cepat menuju ke luar kamar, entah apa yang akan di lakukanya."Tuan, tuan mau apa?"terdengar suara bibi di luar. Entah apa yang terjadi di luar sana, aku tak peduli.Tak lama aku dengar suara langkah kaki kaki Mas Ervan yang terdengar keras hentakan kakinya."Nyonya, Tuan," kata bibi pembantu yang terdengar panik.Aku lihat Mas Ervan memegang pisau dapur membuatku beringsut mundur saat dia mengacungkan pisau itu padaku."Ma- mas ka- kamu mau apa?"kataku panik takut kalau Mas Ervan berbuat nekat."Tuan jangan," kata bibi saat Mas Ervan beringsut mendekat padaku, namun tanganya segera di tepis saat akan merebut pisau Mas Ervan."Aku lebih baik mati dari pada kamu tinggalin,"kata Mas Ervan.Aku menutup mukaku dengan kedua tanganku saat Mas Ervan bersiap menusukkan pisau itu ke perutnya, sekilas terbayang betapa ngerinya nanti jika pisau itu benar menancap di perut Mas Ervan, lalu darah akan menyembur keluar atau bahkan ususnya akan terurai keluar, sungguh aku ngeri.Bug,Sebuah suara seperti sebuah pukulan yang keras di ikuti suara pisau yang terjatuh dan beradu dengan lantai."Lepaskan, biarkan aku mati!" Aku membuka kedua telapak tanganku perlahan,aku bernapas lega saat bayangan mengerikan itu tak terjadi, sungguh aku ngeri jika Mas Ervan benar benar bunuh diri di depanku."Saya gak akan lepaskan Bapak, eling Pak eling," kata Mang dimam mengunci kedua tangan Mas Ervan ke belakang tubuhnya."Maap Nyoya, bukannya bibi mau ikut campur Nya, tapi ada baiknya masalah ini di bicarakan baik baik," kata Bi Ani, perempuan setengah baya yang sudah lama bekerja denganku.Aku menarik napas berat lalu membuangnya kasar, ku lihat Mas Ervan masih di pegang tanganya oleh Mang Diman,tatapannya memelas padaku."Baiklah Mas, aku beri kamu kesempatan kali ini," kataku.Mata Mas Ervan langsung berbinar bahagia. Mang Diman kemudian melepaskan tangan Mas Ervan."Terima kasih sayang," kata Mas Ervan mengulum senyum namun segera kutepis saat akan memelukku."Kalian kembali saja bekerja di belakang!"kataku bernada perintah pada dua orang pekerjaku itu."Kamu mandi sana Mas, habis itu makan,"kataku pada Mas Ervan."Iya sayang,"kata Mas Ervan bersemangat kemudian segera berlalu ke kamar mandi.Segera ku siapkan baju Mas Ervan kaos oblong warna cream dan celana pendek berbahan kain warna coklat."Aku tunggu di meja makan," kataku setelah Mas Ervan selesai mandi dan memakai baju ganti.Ada senyum yang menyungging di bibirnya. Dia pasti berpikir aku telah kembali luluh dengan rayuan dramanya, cih ini justru baru awal mulai.***Aku segera mengambil secentong nasi, sayur, rendang dan krupuk. Adegan drama tadi sungguh membuaku lapar."Sayang,makasih ya sudah memaafkan aku," " Makan saja, nanti keselek kalau banyak ngomong," Mas Ervan terdiam dan kembali menyuap makananya dengan lahap persis orang yang tiga hari gak makan.Kasian kebanyakan akting jadi lapar begitu.****"Sayang," kata Mas Ervan mengelus pundakku, aku tahu jika dia seperti ini, tandanya dia mau haknya."Kalau mau tidur di sini, diam tanganya. Atau mau aku suruh tidur di luar," ketusku yang sukses membuat muka Mas Ervan marah padam.'haha rasain,kamu pikir aktingmu itu berhasil meluluhkan hatiku.'kataku membatin dan tertawa jahat dalam hati.Sebenarnya tadi saat Mas Ervan mandi,bibi menemuiku di kamar, wajahnya tampak merasa bersalah."Ibu, bibi minta maap," kata Bibi lirih."Kenapa?" "Sebenarnya tadi..," kata Bibi setengah ragu"Sebenarnya apa Bi?"tanyaku.Dengan pelan dan sedikit ragu, Bibi menceritakan kalau dirinya dan Mang Diman sebenarnya di bayar Mas Ervan masing masing 1 juta untuk pura pura akting seolah olah Mas Ervan mau bunuh diri.Semua di atur sedemikian rupa termasuk akting Mang Diman yang berusaha mencegahnya bunuh diri tadi.Bibik juga mengaku kalau dia terdesak karena anaknya sakit dan butuh uang sementara dia tak berani meminjam karena merasa malu karena hutangnya padaku sudah lumayan banyak."Gak apa apa Bik, aku maapin Bibi kok," kataku, aku salut dengan kejujuran Bibik pembantuku itu. "Nyonya gak marah kan sama Bibik?""Gak Bik, tapi lain kali jangan di ulang lagi," "Terima kasih Non," Bik Inah langsung memeluk kakiku.Aku segera membungkuk, memegang pundak Bik Inah dan menyuruhnya bangun."Bibik tenang aja, saya gak marah tapi besok bibik harus minta uang itu pada Pak Ervan," Aku segera membisikkan sesuatu pada telinga bik Inah.Sambil tersenyum aku bergumam,"Selamat menikmati permainanku selanjutnya Mas!"Mau ku permalukan bateri habis, mau aku ceraikan akting bunuh diri, ya wes tak mainkan aja pelan pelan๐Nikmati saja permainanku Mas!Aku bangun di pagi hari dengan tubuh yang segar bugar, aku lihat Mas Ervan sudahpun bangun dan memakai baju kerjanya."Pagi sayang,"sapa Mas Ervan.Senyum tersungging di bibirnya, senyum itu dulu yang selalu membuatku tergila gila tapi sekarang terasa hambar.Ku dorong tubuh Mas Ervan saat akan menciumku."Aku mau mandi, kamu tunggu aja di meja makan," kataku.Aku lihat muka Mas Ervan berubah tapi apa peduliku.Dia pikir mudah meluluhkan hati seorang perempuan yang telah dia lukai.****Ku guyur tubuhku dengan air hangat dari sower, rasa hangat yang menusuk pori pori tubuhku menjadikannya sedikit lebih bugar sekarang.Rasa lelah di tubuh seketika menghilang, apalagi di dukung dengan aroma terapi lavender kamar mandi yang wangi menjadikan tubuhku makin semakin bugar saja rasanya.Sebenarnya aku kurang suka wangi lavender tapi Ceril si cerewet itu yang
Maling Teriak Maling"e-eh sa- sayang ko-kok kamu di sini?"kata Mas Ervan.Wajahnya yang tadi garang menggebrak meja seketika berubah pias.'Haha mati kutu kan?'"Kenapa,kaget?"ketusku dengan nada yang dingin."Eh eng- enggak, kok ka- kamu di sini?" "Memangnya kenapa kalau aku di sini?"aku balik bertanya. Sumpah ekspresi wajah Mas Ervan yang sedikit bingung, wajah pucat,membuatku ingin tertawa.'Rasain.'"Tadi Pak Ervan ingin mengambil uang perusahaan Bu, tapi saya tolak sesuai arahan ibu," kata Manager menerangkan. Pria berkacamata tebal itu tampak sedikit tegang, entah karena gak enak sama Mas Ervan atau gak enak sama aku dan Om Daniel.Aku lirik Mas Ervan dengan ekor mataku.'Haha makin pucat aja tu muka, dan mirip mayat.'"Benar Pak Ervan?" tanyaku dengan nada yang sedikit tegas kas atasan ke bawahannya. "Mm bi- biasanya juga begitu kok Sayang," kata Mas Ervan lirih.Aku menatap wajah Mas Ervan yang pucat dan makin pucat saat aku mendekat," Maksudnya apa ya, bisa Mas Jelaskan?"
Selesai meating Mas Ervan menemuiku di dalam ruangan."Sayang.." "Iya ada apa?"kataku tetap dengan nada yang dingin."Apa tidak bisa kalau aku jadi wakilmu saja,aku ini kan suamimu sayang,""Memang kenapa kalau kamu suamiku?" tanyaku ketus."A- a- aku malu sayang, masa suaminya pemilik perusahaan tapi jabatanku setara manager," kata Mas Ervan lirih."Terus?"ku tatap tajam wajah Mas Ervan yang menunduk,"atau Mas mau aku jadikan OB aja?"kataku dengan senyum yang jahat yang tentu saja membuat mata Mas Ervan matanya membulat, rahangnya mengeras dan tangannya juga aku lihat mengepal.Aku tahu dia di puncak emosi sekarang ini tapi apa peduliku, jika dia tahan silahkah bertahan jika tidak silahkan minggat sana."Baiklah,mm kita makan yok!"kata Mas Ervan dengan mengulas senyum. Luar binasa dalam sekejab dia sudah bisa berakting manis untuk merayuku."Sorri aku janji dengan klien," ketusku sambil berjalan anggun melewatinya yang berdiri mematung di situ.'Rasakan, selama ini kamu selalu jawab
"Gila,kok lo bisa kurus gini, lo patah hati ya?"kataku yang sedikit sok melihat pria gendut di sekolahku dulu gini berbadan atletis."Haha,makin ganteng kan?" kata Yoga berseloroh yang aku hanya menjawab dengan mencibirkan bibirku ke arahnya namun justrtu membuat Yoga tertawa sambil menggaruk pangkal hidungnya."Mm aku minta nomor whatsapnya dong,nanti aku hubungi, aku buru buru soalnya," kata Yoga."Kasih gak ya" godaku.Yoga menaik turunkan alisnya yang tebal menggodaku.****"Hai nenek lampir,jamuran guwe nungguin lo di sini tahu," omel Ceril ketika aku datang."Heleh belum juga sejam,""Busyet dech, sumpah kalau bukan elo ni, mau guwe jorokin ke lantai," kata Ceril kesal tapi bagiku tetap aja lucu melihat tampang sebelnya itu."Udah, entar guwe beliin baju dech," kataku merayu Ceril yang bibirnya monyong entah berapa centi meter."Serius?" "Iya," kataku kemudian menggandeng tangan Ceril.Ini pertama kalinya aku bebas bershoping ria setelah dua tahun menikah dengan Ervan, entah imu
abis baca jangan lupa tinggalkan jejak ya, dukug Author dengan car tap love dan komen ya, Reader ๐.Wajah mereka seketika pucat melihat rekaman video di Tab milikku itu, rekaman di mana mereka dengan rakusnya mengambil perhiasanku dan juga mengambil surat penting milikku."Masih mau ngelak?" Kataku sambil menatap wajah pucat mereka."Ren maapkan Ibu Ren,Ibu ngaku salah,""Maap? Dimana mana maling itu harus di penjara kalau gak enak malingnya, nanti dia akan teriak kalau orang lain yang maling padahal dirinya yang maling,"kataku menyindir.Aku lihat Mertua dan Iparku saling berpandangan tubuh mereka bergetar seketika."Bik,polisi sudah datang?" tanyaku pada Bil Inah. "Sudah Nyonya," jawab Bik Inah."Tidak aku tak mau di penjara," kata Nina berusaha kabur namun Mang Diman dengan sigap menangkapnya."Lepasin, dasar pembantu, gak sopan." Teriak Nina, sungguh sangat tidak sopan wajah saja cantik tapi aklak zonk."Diam! Saya pembantu tapi bukan maling macam kamu dan ibumu," kata Mang Dima
Ku ambil ponselku di atas nakas dan mengusap layarnya."Jangan,ok aku setuju,""Na gitu dong," kataku tersenyum penuh kemenangan.****"Sapa suruh kamu berhenti." Kataku saat Mas Ervan berhenti memijat kakiku.Rasain biasanya dia yang meminta pijat gak tau waktu dan selalu marah kalau aku berhenti mijat padahal tanganku sudah kebas."Tanganku sakit yang." Kata Mas Ervan."Jangan brisik, kamu pijat aku setahunpun gak bisa melunasi hutang kalian," kataku sinis mirip ibu tiri di sinetron sinetron zaman dulu.Senang sekali hatiku melihat Mas Ervan akirnya tak berkutik dengan ancamanku dan kembali memijat kakiku.Puas rasanya hati ini melihat muka tersiksanya."Sudah sana mandi!" Kataku setelah tak tahan dengan bau keringatnya.Dengan langkah gontai Mas Ervan melangkah ke kamar mandi."Baju ganti jangan buang di merata tempat atau ku buang bajumu," kataku jutek.Biasanya aku dengan telaten mengutipi baju kotor yang dia lepas dan lempar begitu saja di mana mana tempat.Mas Ervan memandangku
Luka Hati RenataPov: CerilAku mengenal Renata sejak kecil, karena ayah kami memang berteman.Renata termasuk orang yang cuek dan sedikit tomboi bahkan dia juga cuwek dengan penampilan, dia tak suka fesyen ataupun make up seperti cewek cewek pada umumnya. Paling banter dia hanya memakai bedak baby dan pencuci muka tapi herannya wajahnya bersih tanpa jerawat.Namun begitu Renata memiliki kecantikan alami dari sononya jadi tak memerlukan polesan apapun dia tetap memiliki daya tarik sendiri.Badanya yang tinggi semampai, kulit putih, alis yang tebal dan juga memiliki lekukan kecil di pipi saat tersenyum.Pada masa SMU banyak cowok yang mendekatinya termasuk Dilan ,ketua OSIS dan jago basket idola para ciwi ciwi termasuk aku, namun nyatanya hati Dilan telah terpaut pada Renata. Pun begitu nyatanya hati Rena tetap dingin pada Dilan.Bahkan Yoga si cowok gendut namu kece ketua kelasku sampai jatuh bangun mengejarnya namun apalah arti seorang Yoga kalau cowok cool seperti Dilan saja tak ma
Di bab ini entah kenapa Author merasa jadi yang paling tega gitu๐ . Tap love dan kemennya ya reader ๐. Subcrieb biar gak ketinggalan ceritanya.Bab10 Shoping Dengan Mertua"Ya terserah kalau kalian gak mau, gampang aja, saya akan jebloskan kembali kalian ke penjara dan sekalian sama anak lelaki ibu ini," kataku sambil mengulum senyum yang membuat wajah mereka pucat seketika."Dasar wanita jahat, gak ada aklak, begini sikap kamu sama orang tua hah?" Kata Mertuaku dengan meletakkan tangan di pinggang. Cih dia pikir dia siapa."Lebih gak ada aklak mana di banding ibu yang selalu mencuri perhiasan saya, diam diam mengambil BPKB mobil saya lalu Ibu gadaikan, ada aklak kah macam itu?" kataku datar namun penuh penekanan."Pokoknya aku gak mau Mas jadi pembantu istrimu yang sombong ini," kata Nina menghentak hentakkan kakinya di lantai.Mas Ervan menatap memelas padaku dan berkata," Sayang, ku mohon maapkan kami,""Aku maapkan kalian kok," kataku yang di sambut senyum lebar dan mata yang be