Suamiku Polisi
Part 34
"Maaf, ya, Dek, Abang gak bisa bantu mamak?" kata Bang Raja, sesaat setelah ibuku pergi.
"Iya, Bang, gak usah dibantu," jawabku kemudian.
Memang aku tak ingin Bang Raja membantu Ibuku, apalagi kalau untuk urusan nagih, bukan pula hutang yang mau ditagih, hanya urusan bisnis mereka yang belum jalan.
Sore itu kami silaturahmi ke rumah Ayah, Ayah menyambut kami dengan gembira. Beliau tampak makin sehat, di usia 58 tahun, dengan kuasa Allah, ayah sehat lagi, padahal sempat sakit selama lima tahun.
"Tugas di mana Raja sekarang?" tanya Ayah.
"Itulah, Pak, tugasnya jauh, jadi kami datang mau sekalian titip Dina dulu." kata Bang Raja.
"Memang Dina gak ikut?"
"Untuk sementara kurasa belum bisa, Ayah, karena lokasinya jauh dan tempat tinggal di mess, rencananya aku mau cari rumah layak dulu, baru jemput Dina," kata Bang Raja.
"Oh, gitu, baik, aku akan jaga Din
Suamiku PolisiPart 35Perasaanku jadi tak tenang, terbayang terus bagaimana Kak Mila akan berusaha merayu untuk menjatuhkan Bang Raja. Tak kusangka perkataan Kak Mila dia buktikan. Apakah seperti yang dia katakan, ingin ditangkap oleh mantan?Belum ada juga respon dari suami, WA-ku belum juga dibalas, kesal juga, entah dia lagi ngapain sama Kak Mila. Kucoba buka FB Kak Mila, mungkin ada informasi. Selain siaran langsung itu, tak ada lagi statusnya. Siaran langsung itu sendiri sepertinya di mobil Bang Raja. Ada apa ini? aku jadi gelisah.Kucoba kirim pesan messenger pada Kak Mila.(Hi, Kak)(Hi, tumben)Ingin rasanya aku berkata kasar, akan tetapi coba kutahan, aku belum tahu bagaimana dia, apakah memang dia berulah lalu ditangkap Bang Raja? Atau hanya sekedar numpang?(Lagi di mana, Kak) pesanku lagi.(Ini, lagi bersama mantan)Hatiku langsung panas, Kak Mila
Suamiku PolisiPart 36PoV MilaKetika di penjara, aku harus lakukan apa saja untuk bertahan hidup. Tubuhku yang cantik jadi senjata utamaku. Setelah memberikan tubuh pada beberapa orang, akhirnya aku bisa bebas lebih cepat.Badan seperti terkejut ketika keluar dari penjara, Ibu dan Ayah sudah bercerai, kutelepon Ayah biologisku malah aku dimarahi. Pulang ke rumah juga dimarahi. Tak tahu lagi harus ke mana aku pergi. Akhirnya aku terdampar di jalanan. Sampai kemudian ada seorang pria yang membantu memberikan tempat tinggal dan pekerjaan. Ternyata pekerjaan yang dia berikan adalah PSK, pria itu ternyata agen lendir. Jadilah aku ditawarkan ke sana ke mari lewat maya.Untuk kedok, aku dipekerjakan sebagai SPG salah satu produk rokok. Penampilan harus sexi menggoda.Kadang jika rindu rumah, aku pulang ke rumah Ayah, biarpun dia selalu marah, akan tetapi aku maklum. Hanya ini rumah tempat pulangku, di sinilah aku lahir dan dibes
Suamiku PolisiPart 37Akhirnya kami berakhir pekan di tempat tugas Bang Raja, sekalian cari tempat tinggal. Keesokan harinya Bang Raja membawa kami keliling kota kecil tersebut. Hanya Ibukota kecamatan sebenarnya. Berada di ujung paling barat Sumatra Utara.Mulai bertanya ke sana ke mari, ada rumah, sudah cocok kurasa, tapi kata Bang Raja tidak cocok. Hanya karena jalan masuk gangnya tak muat mobil. Ada pula yang cocok kata Bang Raja, tapi kurang cocok kurasa, karena bertetangga dengan bengkel motor, tak bisa kubayangkan tinggal dekat bengkel motor yang mana suara motor tanpa knalpot digeber-geber.Setelah lelah mencari, ada rumah baru selesai, berada di tengah pemukiman penduduk. Infonya mau disewakan, segera saja kami datangi rumah yang punya. Kali ini aku dan Bang Raja sama-sama cocok dengan rumah ini, harga pun masih wajar. Segera Bang Raja memberikan panjar. Kami akan pindah ke situ minggu depan.Aku tak mau lagi pulang ke M
Suamiku PolisiPart 38Kak Mila sudah berakhir di rumah sakit jiwa, dia benar-benar sudah hilang kewarasannya. Sering bicara sendiri. Pernah kami jenguk Kak Mila, aku, Ayah dan Bang Raja menjenguknya ke rumah sakit jiwa tempat dia dirawat."Ayah akan lewat, aku tunggu di sini saja," kata Kak Mila seraya duduk di bangku taman rumah sakit tersebut.Kata perawat, Kak Mila sering menganggap dirinya anak-anak, katanya ayahnya supir bus, busnya akan lewat dan dia mau minta duit.Mata ayah tampak berkaca-kaca, mungkin beliau jadi teringat waktu kami kecil dulu. Aku juga masih ingat, aku dan Kak Mila sering menunggu bus yang dikemudian ayah lewat di jalan lintas. Bus akan berhenti sebentar, ayah lalu turun dan memeluk kami, serta memberikan uang. Itu saat-saat bahagia kami.Masih menurut perawat, sekali waktu Kak Mila suka berhalusinasi, dia menganggap dirinya seorang istri dari perwira polisi. Sering ngomong sendiri.
Suamiku PolisiPart 39PoV MilaKata orang, jika kita diperkosa dan tak mampu lagi untuk melawan, maka nikmatilah. Nikmati saja penderitaan itu, itu akan membuat kita tetap bisa waras. Itulah yang kulakukan, setelah diperkosa orang secara bergiliran. Aku akhirnya pasrah. Kunikmati saja apa yang mereka lakukan. Perlawananku sudah sia-sia.Dalam hati aku bertekad, jika ikatan ini lepas, yang pertama kulakukan adalah bunuh diri, aku tak mampu lagi menanggung karma atas perbuatanku sendiri. Bunuh diri mungkin jalan terakhir.Para begundal ini seperti ketagihan, semua terus berulang, kuhitung sudah sepuluh kali tubuhku ditindih, orangnya tetap itu-itu saja, bau alkohol tercium dari mulut mereka.Tubuhku sudah lemah, seorang pria muda masuk kamar, aku sudah bersiap, dia mungkin juga minta bagian. Akan tetapi dia justru memberikan minuman untukku. Ah, dia hanya mau aku segar sebelum minta bagian, biarlah, aku akan nikmat saj
Suamiku PolisiPart 40"Apa benar Ayah mau nikah lagi?" Tanyaku pada Ayah, seraya duduk di sampingnya."Gaklah, Dina, Ayah cuma kesal dengan ibumu," jawab Ayah."Jika pun benar, aku selalu dukung Ayah," kataku lagj.Dipikir memang Ayah juga mungkin butuh teman hidup, usia Ayah masih 50an, dia juga sudah makin sehat. Pengobatan terapi itu benar-benar manjur, akan tetapi menurut Ayah, kunci kesehatan itu ada di pikiran. Ayah merasa makin plong setelah cerai dengan Ibu. Aneh memang, orang biasa sakit jika berpisah dengan istri, Ayah justru makin sehat.Ternyata Ibu tak berhenti sampai di situ, beliau masih terus berusaha untuk kembali rujuk, kali ini Ibu menggunakan pamanku, saudara sepupu Ayah. Ayah sangat menghormati pamanku ini, dia seorang ustadz dan imam mesjid."Bang Hamdan, kakak itu kemarin datang ke rumah, Abang kok gitu sekarang, ingat Bang, perceraian itu hal yang halal tapi dibenci Allah," kata p
Suamiku PolisiPart 41"Mak, kenapa, Mak?" tanyaku pada ibu. Saat itu sengaja aku datang ke rumah nenek. Ingin kutahu apalagi motif ibuku kini, aku masih ragu ibu benar hamil, masih belum bisa diterima otakku, seorang ibu yang sudah punya cucu bisa pacaran dan hamil. "Mamak juga gak tau, Dina," kata ibu, matanya tampak sembab, mungkin habis menangis. "Masa sih gak tau, Mak? jadi hamil aja gitu tanpa berbuat?""Bukan begitu, Dina, mamak gak tau masih bisa hamil, mamak pikir gak akan bisa hamil lagi, wong sudah punya cucu,""Astagfirullah, Mak, siapa lelaki itu?" tanyaku lagi, seperti bertukar posisi rasanya, aku seperti seorang ibu yang memarahi putrinya. "Dia teman Ibu, dia masih dua puluh tahun,""Ya, Allah, dua puluh tahun?""Karena bukan kau itu, Dina, mamak kesepian, lima tahun puasa," Lagi-lagi aku hanya bisa istighfar, aku menyerah kini, semoga saja permohonan pindah tugas suami cepat disetujui, aku ingin pergi jauh. "Dina, bantu dulu mamak sekali ini lagi," kata Ibu lagi.
Suamiku PolisiPov Diana (Ibu Mila) Semenjak kecil aku sangat kagum melihat lelaki berseragam. Mau itu polisi atau tentara aku sangat tertarik melihatnya. Sampai ketika remaja, aku selalu cari perhatian bila ada kenalan pria berseragam. Bagiku pria berseragam itu tampak seksi. Dalam hati aku bertekat harus punya suami polisi atau tentara. Adalah Rahmat, tentara muda yang baru bertugas di kotaku, dia tampan, hidung mancung. Aku tergila-gila padanya. Perkenalan kami ketika dia melatih baris berbarus di sekolahku. Kami langsung akrab dan menjalin hubungan, atau istilahnya pacaran. Selepas aku SMA, aku sedih, Bang Rahmat mau pindah tugas ke Papua. Aku takut sekali dia tinggalkan. Jadi timbul ide jahat, aku akan menyerahkan diriku padanya, dengan begitu mungkin dia akan segera menikah denganku, tak pergi lagi tugas ke Papua. Malam itu ketika dia apel ke rumah, aku lagi sendirian di rumah, Ayah dan Ibu sedang pergi kondangan. Aku dapat kesempatan, kurayu dia, tentu saja dengan mudah dia