Kini sudah ada Airish, Juna, Kiran dan juga Demian. Mereka sempat mengobrol ringan di ruang tamu, menceritakan betapa lugu dan menggemaskannya Airish ketika kecil dulu. Sampai akhirnya, suasana berubah kondusif saat Juna menyatakan keseriusannya yang ingin meminang Airish.“Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang, Nak?” tanya Demian. Sebagai seorang ayah, ia tentu tidak ingin putrinya menikah dengan orang yang salah.“Sangat matang, Om. Saya mencintai Airish dengan perasaan yang bukan main-main. Saya memang enggak menjanjikan kebahagiaan pada Airish, tapi ... dengan berada di sisi saya, Airish saya pastikan akan baik-baik saja. Meskipun sekarang saya belum menjadi apa-apa dan bukan siapa-siapa, tapi saya enggak akan berhenti untuk terus berjuang. Dan ... saya berharap sekali Airish mau menemani saya hingga titik kesuksesan itu datang, Om.” Juna mengatakan kalimat tersebut tanpa keraguan.Airish tersenyum diam-diam. Hatinya meleleh mendengar ucapan Juna yang sangat dalam. Begitu pula
Elena berniat mencari Airish dan menyuruhnya pulang. Namun, kebetulan sekali gadis itu sudah berdiri di depan pintu—bersama Juna di sisinya—saat Elena baru saja membuka pintu utama.Akhirnya, Elena menyuruh kedua manusia itu masuk. Duduk di ruang tamu, memulai obrolan dengan sedikit basa-basi. Setelah itu, Elena pun menyampaikan permintaan maafnya.Kepada Airish yang selalu ia batasi hingga tak memiliki kebebasan untuk memilih, juga kepada Juna yang waktu itu pernah ia celakai dengan sengaja.“Enggak apa-apa, Tante. Justru saya senang sekali karena sekarang Tante sudah bisa menerima saya,” ucap Juna, menanggapi dengan sabar. Sangat sabar. Mungkin jika hal ini terjadi pada orang lain, Elena tidak akan mendapatkan pintu maaf semudah itu.“Terima kasih sudah mau memaafkan Tante,” balas Elena sedikit terharu. Bola matanya kini mengarah pada Airish. “Apa kamu juga mau memaafkan Mama, Rish? Ternyata selama ini Mama sudah salah menilai Rama. Dia sangat licik dan manipulatif. Mama menyesal kar
Lima tahun kemudian ....Di atas kasur, Airish yang memakai pakaian tidur itu tampak sedang menonton video di YouTube. Di berandanya dia melihat salah satu video orang kerasukan jin. Itu cukup menarik perhatiannya.Sementara itu, Juna yang baru selesai mandi pun akhirnya keluar dari dalam kamar mandi setelah menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit.Juna hanya mengenakan celana boxer, sedangkan dada bidangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu terekspose dengan jelas. Rambutnya yang basah karena habis keramas itu dia keringkan menggunakan handuk kecil yang tersampir di lehernya.Melihat istrinya begitu fokus menonton video, Juna tersenyum geli seketika. Airish semakin cantik saat memasang wajah serius seperti itu. Membuatnya semakin jatuh cinta, tanpa pernah merasa bosan walau hanya sekali.Airish mendongak saat menyadari bahwa Juna sedang memperhatikannya. Lalu, sebuah toples berisi keripik pedas dia angkat menggunakan satu tangan. "Mau?" tanyanya menawarkan.Juna menggeleng. Masih
Airish: [Sayang, aku mau nyari kado dulu ya sama Lea, buat jengukin Mbak Nana yang abis lahiran.]Pesan itu Airish kirimkan beberapa menit yang lalu, sebelum dirinya pergi meninggalkan rumah bersama Lea yang menjemputnya dengan mobil.Nana merupakan sepupu Airish yang baru saja melahirkan bayi laki-laki sekitar satu minggu yang lalu.Sekarang Airish sudah berada di sebuah toko perlengkapan bayi yang terletak di Jakarta Pusat."Menurutmu, bagusan warna biru atau pink?" tanya Airish seraya memperlihatkan gendongan hip seat di tangan kanan dan kirinya kepada Lea."Selama kamu punya duit, dua-duanya bagus." Lea menjawab dengan malas. Sebab, dia tahu betul, Airish itu tipe orang yang plin-plan dan keras kepala. Kalau dijawab A, Airish malah lebih suka B. Kalau dijawab B, Airish malah berbalik ragu. Maka keputusan yang paling aman bagi Lea adalah tidak memilih salah satunya. Daripada pusing, Shay!"Tau nggak, kenapa aku minta dianterin beli kado sama kamu? Supaya kamu bisa bantu aku milihin
Diam-diam Airish tersenyum. Ayahnya, walaupun sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, tapi cinta untuk Kiran tak pernah ikut menua. Demian mencintai Kiran setulus hatinya. Dan Airish harap, Juna juga bisa mencintainya setulus itu. Sampai nanti. Sampai maut memisahkan."Rish, kamu merhatiin cowok-cowok yang kumpul di meja sebelah kita nggak, sih?" Lea bicara dengan nada berbisik. "Kayaknya dari tadi kita diliatin sama mereka, deh."Airish mengernyitkan alis, kemudian melirik ke arah meja yang Lea maksud. Di mana, tepat di sebelah kanan mereka, ada sekumpulan laki-laki yang—bukannya menghabiskan makanan—malah sibuk main UNO!"Jangan diliatin juga! Nanti mereka tau kalo kita lagi ghibahin mereka, Ceu!" Lea memukul lengan Airish."Kamu ... make up kamu ketebelan, kali? Makanya dia merhatiin ke sini mulu," ucap Airish menebak-nebak.Lea segera mengambil cermin di dalam tasnya. Aduh ... repot banget, deh! "Diperhatiin brondong kita, Ceu," ujarnya seraya memandang cermin.Airish berdecak. "Itu
Juna mengerutkan dahi saat membaca pesan yang dikirim oleh Airish, membuat sekelumit rasa khawatir muncul di dadanya tiba-tiba. Dia segera menelepon Airish di sela break syuting."Halo, Sayang?" Terdengar suara Airish menyapa di seberang sana. Membuat rasa kantuk Juna seketika hilang."Udah beli kadonya, Honey?""Udah. Ini juga aku sama Lea udah di jalan, kok. Kenapa?""Langsung pulang ke rumah atau ke tempat Mbak Nana?""Mau ke tempat Mbak Nana, sih. Mumpung Lea libur.""Ke rumah Mbak Nana sama aku aja nanti, Honey. Jangan sama Lea.""Kenapa? Kan, biar sekalian.""Apa kata Mbak Nana nanti kalau kamu nggak pergi sama aku? Di sana juga banyak saudara Papa, kan? Aku nggak mau sampe dikira suami yang nggak bertanggung jawab.""Sayang, kamu 'kan masih syuting. Nggak pa-pa, kok, mereka juga bakal ngertiin.""No, Honey. Please, hear me!""Hm ... ya udah kalau gitu. Aku nunggu kamu pulang syuting aja.""Nah, gitu dong!" Juna tersenyum simpul meskipun Airish tidak bisa melihatnya secara langs
Sepulang syuting, Juna langsung pulang ke rumah karena sudah ada janji untuk menemani Airish menjenguk sepupunya yang sudah lahiran sekitar seminggu yang lalu.Sebelum mengantar Airish, Juna mandi dulu karena badannya mulai terasa lengket dan gerah.Dan sekarang Juna sudah selesai mandi. Dia mengenakan celana jeans panjang, kaos hoodie abu-abu lengan pendek, serta jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Sementara itu, Airish yang memang sudah siap-siap lebih dulu sebelum Juna pulang syuting, kini hanya memainkan ponselnya sambil duduk di tepi kasur."Sayang, masa ada akun shipper kamu sama Alessya di Instagram! Kurang kerjaan banget, deh, yang bikin akun ginian," ujar Airish pada saat menemukan akun pendukung Juna dan Alessya, membuat hatinya terasa panas."Namanya juga netizen," kata Juna seraya menyisir rambutnya yang baru saja dioles dengan pomade. "Biasa itu. Udah nggak heran lagi."Airish mendengkus, melihat-lihat postingan dari akun yang diberi nama ALEnaO
Penjelasan Juna membuat orang-orang di kamar ini bersorak bangga dan mengakhirinya dengan sebuah senyuman."Juna romantis banget, sih. Beruntung, deh, kamu punya suami kayak dia. Meskipun usianya lebih muda, tapi pola pikirnya sangat dewasa." Meli, ibu Erfan baru saja menyenggol sikut Airish yang duduk di sebelahnya. "Udah ganteng, keren, aktor terkenal, nggak banyak nuntut ini-itu, romantis pula. Dan yang paling penting ... banyak duitnya," guraunya sambil tertawa.Airish hanya tertawa pelan mendengar ucapan Tante Meli, adik kandung dari Tante Hana. Walaupun begitu, sebenarnya hati Airish sedang meringis. Dia tahu seberapa besar Juna menginginkan kehadiran seorang bayi di tengah-tengah rumah tangga mereka. Tapi, apa boleh buat?"Kalo Mbak Airish sama Mas Juna punya anak, pasti anaknya tuh bakalan cakep. Perpaduan pas antara Mas Juna yang senyumnya manis, dan Mbak Airish yang muka orientalnya sebelas-dua belas sama artis Korea. Nggak kebayang, deh," ucap Erfan antusias. "Cepetan bikin