Setelah acara doa selesai, Donna kembali ke hotel tempat ia menginap, rencananya ia akan pindah ke kediaman Winata besok pagi. Sedangkan Alex langsung menuju apartemen Vania. Pria tampan itu beralasan kepada putrinya kalau dia ada urusan penting ke luar kota, selama dua hari ini.
Alex tiba di apartemen setelah waktu menunjukkan pukul 12 malam. Saat ke luar dari rumah Alex terlebih dahulu mengantar Donna ke hotel, setelah itu baru ia ke apartemen. Alex membuka pintu dengan lembut agar tidak menimbulkan suara yang membuat Vania terganggu dan bangun dari tidurnya. Tetapi saat pintu kamar terbuka ! Telinga Alex mendengar suara rintihan, ia bergegas masuk ke dalam kamar dan melihat Vania menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Vania" ucap Alex sambil membuka selimut yang menutup seluruh tubuh wanita cantik itu. "Vania apa yang terjadi denganmu ?" Lanjut Alex setelah melihat Vania menggigil dan seluruh tubuhnya terasa dingin seperti es.
"Aku merasa dingin om" sahut
Selama tiga hari Vania sakit, selama itu juga Alex setia menemaninya, ia tidak pernah meninggalkan wanita cantik itu walaupun hanya sebentar, bahkan hari ini Alex sudah menghubungi sekretarisnya di kantor kalau meeting hari ini di tunda karena ia tidak akan masuk kantor."Om kenapa masih di sini ? Apa om tidak masuk kantor ?" Ucap Vania saat Alex masuk ke dalam kamar sambil membawa satu gelas susu hangat untuknya"Tidak, hari ini om tidak masuk kantor" sahut Alex. Ia menjatuhkan bokongnya di sisi ranjang di samping Vania"Kenapa om ?" Vania kembali bertanya"Karena om tidak tega meninggalkan kamu sendirian" jawab Alex dengan jujur"Vania tidak apa-apa ditinggal sendiri om. Vania sudah merasa baikan" ucap Vania"Tapi kamu masih lemah Vania. Kamu belum bisa ditinggal sendiri. Om tidak akan masuk kantor sebelum kamu sembuh total" bantah Alex"Sekarang kamu minum susu. Kamu harus mengisi perutmu agar ti
Satu Minggu telah berlalu, Vania menjalani hari-harinya tanpa Alex, pria tampan itu tidak pernah datang menemuinya setelah Vania mengatakan kalau ia takut jika suatu saat Alex meninggalkannya. Vania hanya mengisi hari-harinya dengan berkuliah. Hatinya bukan tidak khawatir terhadap Alex, tetapi ia tidak berani untuk menghubunginya, yang dapat ia lakukan hanya setia menunggu sampai Alex datang ke apartemen."Vania, kamu kenapa ?" Ucap Regina. Dari tadi ia memperhatikan Vania yang hanya diam dan tidak seperti biasanya."Aku tidak kenapa-kenapa" sahut Vania dengan tersenyum."Ayolah Vania. Cerita dong kepadaku jika kamu ada masalah. Mana tahu aku bisa membantu kamu" desak Regina. Ia sangat mengerti dan mengenal watak sahabatnya itu. Jadi Regina sudah bisa menebak kalau Vania sedang ada masalah saat ini.Vania memalingkan wajahnya untuk saling berhadapan dengan Regina, ia menatap dalam-dalam mata sahabatnya itu "aku memang ada masalah" ucapnya"Ap
Setelah beberapa bekali Regina menghubungi Andrian tetapi tidak bisa terhubung ! Akhirnya kedua wanita cantik itu ke luar dari kamar mandi. Regina yang terburu-buru melangkah ke luar dari pintu lantas menabrak seseorang."AW...." Jerit kesakitan kedua wanita cantik yang beradu kelapa"Kalau jalan lihat-lihat dong" ucap wanita itu"Kamu yang harus lihat, bukan aku" bantah Regina"Sudah salah masih melawan" cibir wanita itu"Kamu yang salah. Harusnya kamu minta maaf, bukannya malah menyalahkan saya" tantang Regina dengan nada yang sedikit meninggi, yang membuat orang di ruangan itu memutar mata ke arah mereka."Sudah Re, sudah. Malu di lihat orang" bujuk Vania. Tetapi Regina tidak mendengarkan ucapan sahabatnya. Ia justru semakin menantang wanita itu. Mereka saling beradu mulut dan dorong mendorong hingga para tamu datang untuk memisahkan mereka."Sudah sayang" ucap seorang pria kepada wanita itu.Regina langsun
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Winata, Alex tersenyum sendiri sambil menyetir mobil, ia berkali-kali menyentuh pipinya, Alex masih bisa merasakan bagaimana kelembutan bibir Vania saat menciumnya tadi."Anak itu memang menggemaskan" ucap Alex kepada dirinya sendiri.Hanya butuh 30 menit untuk ia tiba di kediaman Winata. Saat Alex turun dari mobil, ia langsung di sambut oleh putrinya."Sayang, kamu kenapa belum tidur" ucap Alex"Daddy habis dari mana ? Kenapa jam segini baru pulang ? Terus kenapa daddy meninggalkan tante Donna sendirian di acara itu ?" Tia melemparkan beberapa pertanyaan kepada Alex"Sayang, daddy tadi ada urusan mendadak" dalih Alex, ia tidak mungkin mengatakan kalau ia mengantar Vania kembali ke apartemen."Daddy jangan berbohong" todong Tia dengan wajah yang serius"Sayang, kamu kenapa ?" Tanya Alex. Ia terkejut dengan sikap putrinya. Tia tidak biasanya bersikap seperti ini kepadanya, biasanya Tia selalu
Dalam perjalanan menuju kantor, Alex menghubungi Vania. Ia mengatakan kepada wanita cantik itu agar tidak mengatakan tentang hubungannya dengan Alex kepada orang lain."Jangan lupa apa yang om katakan kepada kamu" ucap Alex"Iya om" sahut singkat Vania."Baiklah kalau begitu. Belajarlah dengan baik" ucap Alex sebelum memutuskan sambungan teleponnya dengan Vania.Setelah sambungan teleponnya terputus, entah mengapa Vania merasa tersinggung dengan ucapan sugar daddynya itu. Hatinya terasa pedih karena Alex berusaha menyembunyikan tentang hubungan mereka. Padahal dalam surat perjanjian pun sudah tertulis kalau dia tidak boleh mengatakan hubungan mereka kepada orang lain, dan saat itu Vania tidak merasa keberatan justru ia merasa senang karena tidak akan ada orang yang mengetahui kalau ia sebagai sugar baby seorang pria yang sudah memiliki anak dan umurnya yang sangat jauh berbeda dengannya."Nyonya kita sudah sampai" ucap sang sopir
Saat Alex ke luar dari kamar mandi, ia sudah melihat satu gelas kopi terletak di atas meja yang ada di dalam kamar. Alex tersenyum, ia merasa diperlakukan layaknya seorang suami, entah mengapa ia menyukai setiap apa yang dilakukan Vania untuknya. Bahkan masakan dan kopi buatan Vania sama persis dengan buatan almarhum istrinya.Alex menyesap kopi buatan Vania dengan penuh perasaan. Dan lagi-lagi rasa kopi itu membuat ia teringat akan masa lalunya bersama wanita yang paling ia cintai sewaktu dulu."Om sudah selesai mandi" terdengar suara lembut Vania dari arah pintu"Sudah" sahut singkat Alex"Apa om ingin makan sekarang ?" Tanya Vania"Nanti saja. Om belum lapar" jawab Alex"Oh... kalau begitu Vania mandi dulu ya om" ucap Vania sambil meraih pakaiannya dari dalam lemari. Lalu melangkah ke luar dari kamar."Kamu mau ke mana ?" Tanya Alex saat melihat Vania menuju pintu"Mau mandi di kamar mandi tamu" jawab Vania. Karena Ale
"apa aku bisa melanjutkannya" bisik Alex"Hm" sahut Vania sambil menganggukkan kepalaAlex perlahan menggegerkan pinggulnya maju mundur dengan lembut, agar Vania tidak merasa kesakit. Ia juga meremas kedua gunung kembar milik Vania untuk memberikan rangsangan pada wanita cantik itu."AW...AW..." Desah itu tidak berhenti ke luar dari mulut Vania saat Alex semakin melajukan pinggulnya maju mundur. Rasa sakit dan pedih yang ia rasakan tadi, kini digantikan rasa nikmat yang luar bisa yang belum pernah ia rasakan selama hidupnya."Sebut namaku sayang" erang Alex"Om Alex" desah Vania yang membuat Alex semakin bergairah dan mendekati kenikmatannya"Om, stop. Aku mau kencing" ucap Vania saat merasakan sesuatu yang aneh"Keluarkan saja sayang" sahut Alex sambil melanjutkan gerakan pinggulnya"Ow...." Jerit kenikmatan Vania setelah mencapai surga dunia yang sesungguhnya. Begitu juga dengan Alex. Keduanya sama-sama mencapai k
Satu hari penuh, Alex dan Vania hanya berdiam diri di apartemen. Tubuh Vania yang terasa lelah karena melakukan pertandingan bola hingga tiga kali gol, membuat ia tida ingin melakukan apapun, ia hanya berbaring di atas tempat tidur, sedangkan Alex berbaring di sampingnya sambil memainkan laptop untuk menyelesaikan tugasnya yang terbengkalai tadi malam."Apa rasanya sakit sekali ?" Tanya Alex."Hm...." Sahut singkat Vania. Ia benar-benar merasa pedih dan sakit di bagian pangkal kedua pahanya. Tentu saja ia merasa seperti itu, karena ini pertama kalinya ia melakukan hubungan suami istri dan yang parahnya lagi, ia langsung melakukannya sampai tiga kali dalam waktu enam jam."Maafkan Abang ya ?" Suara Alex terdengar berat, wajahnya menunjukkan merasa bersalah dan menyesal. Ia tidak bermaksud untuk melakukan sampai sebabnya itu, tetapi ia tidak sanggup menahan godaan Vania, sehingga ia menurutinya dan melakukannya sampai berkali-kali."Enggak apa-apa Aba