Satu bulan telah berlalu, Vania sudah memulai hidup baru di kota Bandung, ia juga sudah kuliah sambil bekerja di sebuah kafe. Walaupun Vania masih memiliki banyak tabungan dan Susan selalu mengirimnya uang tiap Minggu ! Tetapi Vania tidak malas untuk bekerja, karena Vania harus menyiapkan segalanya untuk janin yang ada di dalam kandungannya saat ini. Sebelum kandungannya terlihat jelas dan diketahui Susan ! Vania ingin pindah dari apartemen itu dan mencari tempat lain yang tidak diketahui Susan. Vania yakin, jika Susan sampai mengetahui kalau ia sedang mengandung anak Alex ! Susan pasti semakin membencinya. Jadi sebelum semuanya semakin kacau, Vania memilih bersembunyi sampai anaknya lahir dan hal itu lebih aman baginya dan calon anaknya."Apa kakak tidak kuliah hari ini ?" Tanya Dita yang sedang berbaring di ruang keluarga sambil menonton televisi."Hari ini tanggal merah adikku sayang" sahut Vania."Oh iya, aku lupa" ucap Dita "berarti hari ini kita bisa jalan-jalan keliling Bandung
Alex yang sedang meeting bersama karyawan, tiba-tiba melihat layar ponselnya menyala dan sebuah pesan masuk. Di sana terlihat jelas nama yang mengirim pesan untuknya. Awalnya Alex hanya mengabaikannya, tetapi entah mengapa tiba-tiba ia penasaran ingin mengetahui isi dalam pesan itu. Selama ini Alex selalu mematikan ponselnya tiap kali meeting, tetapi semenjak Vania pergi ! Alex selalu menghidupkan ponsel, dan berharap Vania menghubunginya. Sebelum Alex ke luar dari ruangan, ia meminta manajer untuk melanjutkan meeting.*Lex, Vania masih di Jakarta ?* Pesan singkat yang masuk di ponsel Alex.Tanpa membalasnya, Alex langsung menghubungi Biyan."Hallo bro" suara dari seberang sana."Iya bro. Bagaimana kabarmu ?" Sahut Alex."Baik, kamu bagaimana ? Baik juga kan ?""Ya begitulah" sahut Alex dengan napas yang menderu. "Oh iya, kamu kenapa bertanya tentang Vania ?" Lanjutnya."Oh itu ! Kemari aku melihat wanita yang mirip Vania di rumah sakit Graha Bunda" "Ha....yang benar bro ? Kenapa k
Alex tersenyum bahagia setelah menerima informasi tentang Vania dari pihak rumah sakit. Ia menggenggam satu lembar kertas kecil di tangannya dan berkali-kali membaca tulisan yang ada di dalam kertas putih itu. Ingin rasanya ia segera tiba di sana dan memeluk Vania, karena rasa rindunya kepada wanita cantik itu sudah tidak terbendung lagi.Hanya butuh waktu 20 menit, Alex sudah tiba di depan sebuah bangunan tinggi. Ia menaiki lift menuju lantai lima. Dengan penuh semangat ia melangkah menuju pintu nomor 57.Tok....tok....tok... Alex mengetuk pintu dengan lembut.Tok....tok....tok.... Alex kembali mengetuk pintu karena sudah 5 menit tidak ada jawaban dan tidak ada yang membuka pintu."Apa Vania sedang ke luar ya ?" Ucap Alex kepada Biyan."Mungkin saja bro" sahut Biyan."Permisi pak. Apa bapak tamu dari nona Vania ?" Ucap seorang pria yang mengenakan seragam kebersihan."Ha, iya. Benar sekali" sahut Alex dengan sigap. Mendengar pria itu menyebut nama Vania membuat ia semakin semangat."
Hari telah berganti bulan pun telah berlalu, kandungan Vania yang sudah berusia 3 bulan membuat perut wanita cantik itu mulai menonjol ke depan. Tetapi Vania masih bisa menyembunyikannya dengan mengenakan pakaian yang lebih besar dan longgar, sehingga membuat adiknya Dita dan Regina tidak mengetahuinya hingga saat ini."Kakak hari ini bekerja ?" Tanya Dita."Iya adikku yang cantik" sahut Vania."Loh, kamu enggak jadi tukar sif dengan temanmu ?" Sahut Regina."Enggak Re, aku gak berani bicara dengan bos" jawab jujur Vania. Ia bukannya tidak berani bicara dengan bosnya. Tetapi Vania hanya malas, karena bosnya itu selalu menatap Vania dengan tatapan genit yang membuat Vania merasa tidak nyaman. Padahal usianya sudah memasuki 60 tahun, tapi masih suka genit dengan wanita."Ya, gagal dong kita berenang" keluh Regina. Padahal dua hari yang lalu mereka sudah membuat rencana kalau hari ini mereka akan berenang, bahkan Regina sudah meminta izin kepada bosnya, kalau hari ini ia tidak masuk beke
Vania yang sedari tadi sudah tiba di rumah kontraknya, merasa aneh melihat sikap Regina yang berubah menjadi pendiam. Biasanya Regina pasti semangat ketika Vania tiba di rumah. Tapi kali ini wanita cantik itu tidak membuka mulut, bahkan ia menunjukkan wajah cemberut dan tidak suka."Re, kamu kenapa ?" Tanya Vania.Regina bangkit dari sofa, ia melangkah menuju jendela tanpa menjawab pertanyaan Vania. Ia merasa kesal karena Vania menyembunyikan dan tidak mau jujur tentang kehamilannya selama ini kepadanya dan Dita. Sebagai sahabat, seharusnya Vania tidak menyembunyikan apapun darinya, apalagi masalah sebesar ini. Mungkin jika Regina mengetahuinya dari awal ! Ia pasti menolak untuk pergi dari Jakarta dan ia pasti mengatakannya kepada Alex."Re, aku ada salah ya ? Aku minta maaf ya ?" Bujuk Vania. Ia berpikir Regina bersikap seperti itu karena ada kesalahan yang ia lakukan tanpa disadari."Aku tidak bisa memaafkan kamu Vania. Kamu itu terlalu munafik" sahut Regina."Aku minta maaf jika ak
Sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan, Susan tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya. Ia merasa bahagia dan ini adalah pertanda baik baginya. Sudah dua bulan ia kembali ke kediaman Winata, tetapi belum pernah sekalipun Alex mengajaknya ke luar, bahkan untuk sarapan dan makan malam pun, mereka hampir tidak pernah bersama. Tetapi hari ini justru pria tampan itu mengajaknya untuk berbelanja."Mas, nanti kita singgah sebentar di toko jam langganan aku waktu dulu ya ?" Ucap Susan yang duduk di bangku depan samping pengemudi, sedangkan Alex duduk di bangku pengemudi dan Tia duduk di bangku penumpang."Ya" jawab singkat Alex."Terima kasih mas" ucap Susan sambil tersenyum manis kepada Alex.Setelah tiba di pusat perbelanjaan, Susan menggandeng tangan Alex, namun pria tampan itu menolaknya, dan lebih memilih menggandeng Tia. Entah mengapa Alex merasa tidak nyaman bersentuhan dengan wanita lain selain Vania dan putrinya Tia. Apakan karena Alex terlalu cinta kepada Vania ? Hanya w
Sebelum masuk ke dalam lift menuju ruangan Alex ! Susan terlebih dahulu menemui security untuk mengatakan, agar mengusir Dita jika datang lagi ke sana.Tok...tok...tok...Susan mengetuk pintu ruangan Alex."Masuk" suara bariton dari dalam."Selamat siang mas ?" Sapa Susan sambil menjulurkan kepalanya dari balik pintu."Siang" Suhut singkat Alex tanpa melihat Susan. Mendengar suaranya saja ia sudah tahu siapa yang ada di sana.Susan melangkah menghampiri meja kerajaan Alex "mas aku membawa makan siang untuk kamu" ucapnya sambil menaruh kotak makan di atas meja."Terima kasih ya ? Tapi lain kali kamu tidak perlu repot-repot untuk mengantar makan siang untukku. Aku bisa memesan makanan dari kantin atau restoran lain" ucap Alex."Enggak apa-apa mas. Aku tidak merasa direpotkan" sahut Susan."Tapi aku merasa tidak enak Susan" ucap Alex."Baiklah" sahut Susan "kalau begitu aku permisi dulu mas" lanjutnya. Sebenarnya ia berencana untuk makan siang bersama dengan Alex. Tetapi melihat wajah Ale
Alex mengepalkan kelima jari tangan, lalu melampiaskannya di atas meja, ia begitu kesal saat melihat hasil rekaman Cctv, di sana terlihat jelas kalau Susan menarik paksa Dita masuk ke salah satu ruangan yang berada di lantai satu. Ia juga semakin kesal saat melihat petugas keamanan berdebat dengan Dita dan memaksanya ke luar dari sana. Alex meraih telepon dari atas meja, lalu menghubungi bagian resepsionis dan memintanya untuk datang menemuinya.Tok....tok....tok....."Masuk" suara dingin Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis itu menjulurkan kepala dari balik pintu. Ia melangkah mendekati meja kerja Alex dengan tubuh yang gemetar. Melihat wajah Alex yang dingin seperti itu ! Ia sudah tahu kalau bosnya itu sedang marah dan sebentar lagi akan meledak saat ia membuka mulut."Di mana yang lainnya ?" Tanya Alex tanpa melihat lawan bicaranya."Mereka menunggu di luar pak ?" Jawabnya dengan hormat.Alex menegakkan kepala untuk melihat wanita y