Alex mengepalkan kelima jari tangan, lalu melampiaskannya di atas meja, ia begitu kesal saat melihat hasil rekaman Cctv, di sana terlihat jelas kalau Susan menarik paksa Dita masuk ke salah satu ruangan yang berada di lantai satu. Ia juga semakin kesal saat melihat petugas keamanan berdebat dengan Dita dan memaksanya ke luar dari sana. Alex meraih telepon dari atas meja, lalu menghubungi bagian resepsionis dan memintanya untuk datang menemuinya.Tok....tok....tok....."Masuk" suara dingin Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis itu menjulurkan kepala dari balik pintu. Ia melangkah mendekati meja kerja Alex dengan tubuh yang gemetar. Melihat wajah Alex yang dingin seperti itu ! Ia sudah tahu kalau bosnya itu sedang marah dan sebentar lagi akan meledak saat ia membuka mulut."Di mana yang lainnya ?" Tanya Alex tanpa melihat lawan bicaranya."Mereka menunggu di luar pak ?" Jawabnya dengan hormat.Alex menegakkan kepala untuk melihat wanita y
Dita tidak kalah terkejut melihat Vania dan Regina berdiri di depan pintu apartemen Rico, ia tidak menyangka kalau kedua wanita cantik itu mengetahui ia di Jakarta dan menyusulnya."Kakak" ucap Dita setelah pintu terbuka dan melihat Vania.Vania tidak menjawab sapaan Dita, ia langsung memeluk adik kesayangannya itu sambil meneteskan air mata. "Dita kak sangat mengkhawatirkan kamu" ucapnya."Dita baik-baik saja kak. Maafkan Dita yang sudah membuat kak khawatir" sahut Dita dengan penuh rasa sesal."Ayo masuk dulu, jangan lama-lama berdiri di pintu, nanti tetangga berpikir kalau aku banyak utang" canda Rico untuk menghibur Vania dan Dita.Sementara Alex saat ini sedang menuju apartemen, pria tampan itu berpikir kalau Vania dan Regina pasti ke sana untuk mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal. Ia terburu-buru turun dari mobil, melangkahkan masuk ke dalam lift menuju lantai delapan. Dengan rasa tidak sabar ! Alex menempelkan kunci untuk membuka pintu. Ia berlari masuk ke dalam da
Vania membulatkan mata, ia menelan salivanya dengan kasar mendengar ucapan Alex. Bagaimana pria tampan itu tahu kalau ia sedang hamil saat ini ? Pertanyaan itulah yang ada di dalam pikiran Vania."Apa kamu ingin memisahkannya dari ayahnya ?"Alex kembali bertanya. Ia menatap mata Vania dengan sungguh-sungguh.Vania gugup untuk menjawabnya, ia bingung harus berkata jujur atau tidak. Jika dia jujur ! Alex pasti tidak akan melepaskannya lagi, dan hal itu akan membuat hubungannya dengan Susan semakin kacau. Jika dia berbohong tentang kehamilannya ! Tentu anaknya tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang dari ayah kandungnya sendiri. Tetapi Vania memutuskan untuk menutupi kehamilannya, ia teringat tentang pesan singkat dari Susan yang mengatakan, kalau Alex akan memintanya untuk mengugurkan kandungannya.Vania menjauhkan tangan Alex dari perutnya. "Abang bicara apa ?" Ucapnya."Tidak usah berpura-pura Vania. Abang tahu kalau kamu saat ini sedang mengandung anak kita" todong Alex dengan teg
Susan yang sedari tadi sudah tidak sabar lagi menunggu Alex pulang, akhirnya merasa kecewa dan marah. Bagaimana tidak ? Alex tiba di kediaman Winata bukan hanya sendiri melainkan berdua dengan Vania. Pria tampan itu menggenggam erat tangan Vania walupun tangannya terbalut perban. Luka di tangannya tidak terasa sakit saat tangannya menggenggam tangan Vania."Vania" ucap Susan, begitu juga dengan Felicia. Wanita tua itu terkejut melihat Alex bersama Vania."Sayang, apa kabar" Felicia memeluk dan mencium kedua pipi Vania."Tangan kamu kenapa Lex ?" Tanya Felicia saat melihat tangan Alex terbalut perban."Oh, ini tidak apa-apa" sahut Alex."Tapi kenapa kedua tangan kamu terbalut perban mas ?" Ucap Susan. Ia melangkah mendekati Alex yang duduk bersampingan dengan Vania."Aku tidak apa-apa Susan. Ini hanya luka sedikit" Alex melepaskan tangannya dari genggaman Susan. Ia takut jika Vania cemburu."Terus, di mana kamu temukan Vania mas ? Terima kasih ya, kamu sudah membawa Vania kembali" uca
Satu Minggu telah berlalu, di mana hari ini adalah hari pernikahan Vania dan Alex. Walaupun Susan tidak memberikan izin untuk mereka menikah ! tetapi mereka tetap melakukan pernikahan karena di kantor agama, Alex sudah tercatat sebagai duda sejak 10 tahun yang lalu. Hal itu membuat Susan pasrah untuk menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan ! Ia bukanlah istri pertama atau istri sah Alex sejak 10 tahun yang lalu hingga saat ini. Sebentar lagi yang berstatus istri sah Alex adalah Vania bukan dirinya.Wanita malang itu hanya diam menyaksikan saat Alex mengucap ijab kabul."Saya terima nikahnya dan kawinnya Vania Wahyuningsih binti Ramon Winarto, dengan mas kawin tersebut. Dibayar tunai" ucap Alex. Yang membuat hati Susan hancur berkeping-keping."Bagaimana para saksi, sah" ucap pak penghulu."Sah, sah, sah" ucap semua yang menyaksikannya.Vania mencium punggung tangan Alex, dan dibalas Alex dengan mencium kening Vania. Sekarang mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri di hadap
Suara nyaring itu membangunkan Vania dari tidurnya, ia sengaja mengatur alarm di ponsel sebelum tidur. Vania takut jika dirinya terlambat bangun karena sudah terlalu lelah pada saat acara pernikahannya. Ia dengan lembut menurunkan tangan kekar Alex dari atas pinggulnya, lalu meletakkan di atas tempat tidur. Dengan lembut Vania menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, agar tidak membangunkan Alex.Sebelum Vania melangkah ke luar dari kamar ! Ia terlebih dahulu membersihkan tubuhnya ke kamar mandi. "AW......Abang" jerit Vania saat ia membuka pintu kamar mandi dan melihat Alex berdiri di hadapannya."Kenapa abang gak dibangunkan ? Abang kan pengen mandi berduaan sama kamu sayang" ucap Alex sambil melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggang Vania."Kasihan kalau abang dibangunkan. Abang pasti lelah" jawab Vania. Ia juga mengikuti langkah mundur Alex dari depan pintu kamar mandi hingga ke tempat tidur."AW..." Vania terjatuh di atas tempat tidur. "Abang ini sudah pagi ?" Ucapnya
"wah, ini lucu ya ?" Ucap Tia sambil membolak-balik sepatu sneaker berwarna biru muda."Iya, kok ada ya orang memberikan sepatu untuk kado pernikahan" sahut kerabat yang lain."Tapi benar-benar lucu deh. Aku suka" sahut Tia sambil memperhatikan merek dari sepatu yang ia pegang. "Wah, ini mah harganya mehong. Ini kan merek branded" lanjut Tia, setelah melihat tulisan Balenciaga di sana."Coba Tante lihat" Donna mendekati Tia, lalu meraih ponselnya dari atas meja. "Wah, itu harganya 12 juta. Pasti orang spesial yang memberikan ini" ucap Donna setelah memeriksa harga sepatu itu dari ponselnya."Mom, sepatunya boleh untuk Tia ?" Tanya Tia sambil tersenyum kepada Vania yang juga ikut membuka kado.Vania tersenyum. "Boleh, ambil saja" ucap Vania. Sebenarnya ia ingin sekali sepatu itu, tetapi Vania tidak tega untuk menolaknya, karena Tia terlihat sangat suka dengan sepatunya."Terima kasih mom" ucap Tia dengan ceria. "Pasti penampilanku semakin keren saat pakai sepatu ini ke kampus" lanjutny
Satu Minggu telah berlalu, hari ini Alex sudah mulai masuk kantor. Ia tidak bisa terlalu lama mengambil cuti, karena ada beberapa meeting dengan klien yang ia tunda pada saat pernikahannya. Pria tampan itu dengan santai masuk ke dalam ruangan khusus CEO, tanpa menyadari seseorang sedang duduk di sofa menunggunya."Mas sudah datang" terdengar suara dari sofa.Alex memutar kepala ke arah datangnya suara. "Susan" ucapnya. Ia sedikit terkejut melihat Susan ada di sana."Iya mas. Maaf kalau aku sudah membuat kamu terkejut" sahut Susan. Ia bangkit dari sofa, melangkah menghampiri Alex yang duduk di kursi kerajaannya."Kenapa kamu datang tidak memberitahu aku dulu ?" Tanya Alex.Susan tersenyum. "Tadinya aku ingin memberitahu kamu mas, tapi ponsel kamu tidak bisa dihubungi karena sedang tidak aktif" Susan memang sudah menghubungi Alex beberapa kali, namun panggilannya tidak bisa terhubung.Mendengar ucapan Susan, Alex meraih ponsel miliknya dari saku celana. "Oh, iya. Ponselku mati" ucapnya