Susan yang sedari tadi sudah tidak sabar lagi menunggu Alex pulang, akhirnya merasa kecewa dan marah. Bagaimana tidak ? Alex tiba di kediaman Winata bukan hanya sendiri melainkan berdua dengan Vania. Pria tampan itu menggenggam erat tangan Vania walupun tangannya terbalut perban. Luka di tangannya tidak terasa sakit saat tangannya menggenggam tangan Vania."Vania" ucap Susan, begitu juga dengan Felicia. Wanita tua itu terkejut melihat Alex bersama Vania."Sayang, apa kabar" Felicia memeluk dan mencium kedua pipi Vania."Tangan kamu kenapa Lex ?" Tanya Felicia saat melihat tangan Alex terbalut perban."Oh, ini tidak apa-apa" sahut Alex."Tapi kenapa kedua tangan kamu terbalut perban mas ?" Ucap Susan. Ia melangkah mendekati Alex yang duduk bersampingan dengan Vania."Aku tidak apa-apa Susan. Ini hanya luka sedikit" Alex melepaskan tangannya dari genggaman Susan. Ia takut jika Vania cemburu."Terus, di mana kamu temukan Vania mas ? Terima kasih ya, kamu sudah membawa Vania kembali" uca
Satu Minggu telah berlalu, di mana hari ini adalah hari pernikahan Vania dan Alex. Walaupun Susan tidak memberikan izin untuk mereka menikah ! tetapi mereka tetap melakukan pernikahan karena di kantor agama, Alex sudah tercatat sebagai duda sejak 10 tahun yang lalu. Hal itu membuat Susan pasrah untuk menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan ! Ia bukanlah istri pertama atau istri sah Alex sejak 10 tahun yang lalu hingga saat ini. Sebentar lagi yang berstatus istri sah Alex adalah Vania bukan dirinya.Wanita malang itu hanya diam menyaksikan saat Alex mengucap ijab kabul."Saya terima nikahnya dan kawinnya Vania Wahyuningsih binti Ramon Winarto, dengan mas kawin tersebut. Dibayar tunai" ucap Alex. Yang membuat hati Susan hancur berkeping-keping."Bagaimana para saksi, sah" ucap pak penghulu."Sah, sah, sah" ucap semua yang menyaksikannya.Vania mencium punggung tangan Alex, dan dibalas Alex dengan mencium kening Vania. Sekarang mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri di hadap
Suara nyaring itu membangunkan Vania dari tidurnya, ia sengaja mengatur alarm di ponsel sebelum tidur. Vania takut jika dirinya terlambat bangun karena sudah terlalu lelah pada saat acara pernikahannya. Ia dengan lembut menurunkan tangan kekar Alex dari atas pinggulnya, lalu meletakkan di atas tempat tidur. Dengan lembut Vania menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, agar tidak membangunkan Alex.Sebelum Vania melangkah ke luar dari kamar ! Ia terlebih dahulu membersihkan tubuhnya ke kamar mandi. "AW......Abang" jerit Vania saat ia membuka pintu kamar mandi dan melihat Alex berdiri di hadapannya."Kenapa abang gak dibangunkan ? Abang kan pengen mandi berduaan sama kamu sayang" ucap Alex sambil melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggang Vania."Kasihan kalau abang dibangunkan. Abang pasti lelah" jawab Vania. Ia juga mengikuti langkah mundur Alex dari depan pintu kamar mandi hingga ke tempat tidur."AW..." Vania terjatuh di atas tempat tidur. "Abang ini sudah pagi ?" Ucapnya
"wah, ini lucu ya ?" Ucap Tia sambil membolak-balik sepatu sneaker berwarna biru muda."Iya, kok ada ya orang memberikan sepatu untuk kado pernikahan" sahut kerabat yang lain."Tapi benar-benar lucu deh. Aku suka" sahut Tia sambil memperhatikan merek dari sepatu yang ia pegang. "Wah, ini mah harganya mehong. Ini kan merek branded" lanjut Tia, setelah melihat tulisan Balenciaga di sana."Coba Tante lihat" Donna mendekati Tia, lalu meraih ponselnya dari atas meja. "Wah, itu harganya 12 juta. Pasti orang spesial yang memberikan ini" ucap Donna setelah memeriksa harga sepatu itu dari ponselnya."Mom, sepatunya boleh untuk Tia ?" Tanya Tia sambil tersenyum kepada Vania yang juga ikut membuka kado.Vania tersenyum. "Boleh, ambil saja" ucap Vania. Sebenarnya ia ingin sekali sepatu itu, tetapi Vania tidak tega untuk menolaknya, karena Tia terlihat sangat suka dengan sepatunya."Terima kasih mom" ucap Tia dengan ceria. "Pasti penampilanku semakin keren saat pakai sepatu ini ke kampus" lanjutny
Satu Minggu telah berlalu, hari ini Alex sudah mulai masuk kantor. Ia tidak bisa terlalu lama mengambil cuti, karena ada beberapa meeting dengan klien yang ia tunda pada saat pernikahannya. Pria tampan itu dengan santai masuk ke dalam ruangan khusus CEO, tanpa menyadari seseorang sedang duduk di sofa menunggunya."Mas sudah datang" terdengar suara dari sofa.Alex memutar kepala ke arah datangnya suara. "Susan" ucapnya. Ia sedikit terkejut melihat Susan ada di sana."Iya mas. Maaf kalau aku sudah membuat kamu terkejut" sahut Susan. Ia bangkit dari sofa, melangkah menghampiri Alex yang duduk di kursi kerajaannya."Kenapa kamu datang tidak memberitahu aku dulu ?" Tanya Alex.Susan tersenyum. "Tadinya aku ingin memberitahu kamu mas, tapi ponsel kamu tidak bisa dihubungi karena sedang tidak aktif" Susan memang sudah menghubungi Alex beberapa kali, namun panggilannya tidak bisa terhubung.Mendengar ucapan Susan, Alex meraih ponsel miliknya dari saku celana. "Oh, iya. Ponselku mati" ucapnya
Alex tiba di apartemen saat waktu menunjukkan pukul 6 sore. Ia sedikit terlambat karena hari ini ada dua pertemuan dengan kliennya. Seperti rumah tangga pada umumnya, saat ia tiba di rumah, Vania menyiapkan teh untuknya. Lalu menyiapkan air hangat untuk Alex mandi, walupun pria tampan itu melarang Vania untuk melakukan itu semua ! Tetapi wanita cantik itu tetap saja melakukannya. Karena menurut Vania, mengurus suami itu adalah tugas seorang istri, bukan pelayan.Sudah satu minggu mereka tinggal di apartemen, tetapi belum pernah Vania mengizinkan pelayan untuk menyiapkan teh, makanan, atau air hangat untuk suaminya. Wanita cantik itu selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan dari pelayan."Abang capai ya ?" Ucap Vania setelah Alex selesai mandi dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi handuk masih terlilit di pinggangnya."Iya sayang" jawab Alex. Ia menjulurkan telapak tangan pada Vania, agar wanita cantik itu naik ke atas tempat tidur."Capai abang langsung hilang,
Saat semuanya sedang sarapan pagi, tiba-tiba Susan datang untuk menjemput Tia. Wajahnya terlihat murung dan matanya menatap Vania dengan tajam. Ia merasa kalau Vania sudah berusaha merebut suami dan anaknya. Tentu hal itu tidak mungkin Susan biarkan, bahkan ia harus berusaha untuk membuat Alex kembali padanya."Mom" panggil Tia saat melihat Susan. "Ayo sarapan dulu, nasi uduknya enak loh mom" lanjut Tia mengajak Susan untuk sarapan bersama. "Iya bu. Ibu kan selalu suka nasi uduk buatan kak Vania" timpal Dita. Dari dulu Susan selalu suka dengan masakan Vania, apalagi nasi uduk buatan Vania. Tetapi itu dulu, sekarang sudah berbeda. Jangankan untuk menikmati makanan buatan Vania, melihat wajahnya saja sudah membuat perut Susan mual dan ingin muntah.Susan tersenyum paksa. "Ibu sudah sarapan sayang. Ibu tunggu di ruang tamu saja ya ?" Susan melangkah meninggalkan ruang makan menuju ruang tamu. Sementara Alex dan Vania hanya diam. Setelah selesai sarapan, Vania menyiapkan teh dan cemilan
Sementara di apartemen, Alex sudah pusing mencari Vania ke setiap ruangan, ia sudah berkali-kali menghubungi nomor telepon Vania, tetapi tidak satupun yang terhubung, karena sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Bahkan ia sampai menghubungi Dita dan Tia. Karena saat ia meninggal apartemen, Dita dan Tia bersama Vania."Dita, apa Vania bersamamu ?" Tanya Alex melalui sambungan telepon."Tidak kak, kami meninggalkan kak Vania di apartemen. Dia sedang siap-siap karena kakak sebentar lagi menjemputnya" balas Dita dari seberang sana."Apa Vania pergi ke rumah sakit sendiri ? Soalnya kakak terlambat pulang, tadi sedang ada tamu" ucap Alex."Mungkin saja kak, sebaiknya kakak ke rumah sakit saja" "Baiklah, kakak tutup teleponnya dulu" Alex menekan tombol merah untuk memutuskan sambungan teleponnya dengan Dita. Ia bergegas ke luar dan melangkah menuju lift untuk turun ke lantai satu.Tapi saat pintu lift terbuka ! Matanya langsung bertemu dengan mata sayu Vania. Wanita cantik itu t