Satu Minggu telah berlalu, hari ini Alex sudah mulai masuk kantor. Ia tidak bisa terlalu lama mengambil cuti, karena ada beberapa meeting dengan klien yang ia tunda pada saat pernikahannya. Pria tampan itu dengan santai masuk ke dalam ruangan khusus CEO, tanpa menyadari seseorang sedang duduk di sofa menunggunya."Mas sudah datang" terdengar suara dari sofa.Alex memutar kepala ke arah datangnya suara. "Susan" ucapnya. Ia sedikit terkejut melihat Susan ada di sana."Iya mas. Maaf kalau aku sudah membuat kamu terkejut" sahut Susan. Ia bangkit dari sofa, melangkah menghampiri Alex yang duduk di kursi kerajaannya."Kenapa kamu datang tidak memberitahu aku dulu ?" Tanya Alex.Susan tersenyum. "Tadinya aku ingin memberitahu kamu mas, tapi ponsel kamu tidak bisa dihubungi karena sedang tidak aktif" Susan memang sudah menghubungi Alex beberapa kali, namun panggilannya tidak bisa terhubung.Mendengar ucapan Susan, Alex meraih ponsel miliknya dari saku celana. "Oh, iya. Ponselku mati" ucapnya
Alex tiba di apartemen saat waktu menunjukkan pukul 6 sore. Ia sedikit terlambat karena hari ini ada dua pertemuan dengan kliennya. Seperti rumah tangga pada umumnya, saat ia tiba di rumah, Vania menyiapkan teh untuknya. Lalu menyiapkan air hangat untuk Alex mandi, walupun pria tampan itu melarang Vania untuk melakukan itu semua ! Tetapi wanita cantik itu tetap saja melakukannya. Karena menurut Vania, mengurus suami itu adalah tugas seorang istri, bukan pelayan.Sudah satu minggu mereka tinggal di apartemen, tetapi belum pernah Vania mengizinkan pelayan untuk menyiapkan teh, makanan, atau air hangat untuk suaminya. Wanita cantik itu selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan dari pelayan."Abang capai ya ?" Ucap Vania setelah Alex selesai mandi dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi handuk masih terlilit di pinggangnya."Iya sayang" jawab Alex. Ia menjulurkan telapak tangan pada Vania, agar wanita cantik itu naik ke atas tempat tidur."Capai abang langsung hilang,
Saat semuanya sedang sarapan pagi, tiba-tiba Susan datang untuk menjemput Tia. Wajahnya terlihat murung dan matanya menatap Vania dengan tajam. Ia merasa kalau Vania sudah berusaha merebut suami dan anaknya. Tentu hal itu tidak mungkin Susan biarkan, bahkan ia harus berusaha untuk membuat Alex kembali padanya."Mom" panggil Tia saat melihat Susan. "Ayo sarapan dulu, nasi uduknya enak loh mom" lanjut Tia mengajak Susan untuk sarapan bersama. "Iya bu. Ibu kan selalu suka nasi uduk buatan kak Vania" timpal Dita. Dari dulu Susan selalu suka dengan masakan Vania, apalagi nasi uduk buatan Vania. Tetapi itu dulu, sekarang sudah berbeda. Jangankan untuk menikmati makanan buatan Vania, melihat wajahnya saja sudah membuat perut Susan mual dan ingin muntah.Susan tersenyum paksa. "Ibu sudah sarapan sayang. Ibu tunggu di ruang tamu saja ya ?" Susan melangkah meninggalkan ruang makan menuju ruang tamu. Sementara Alex dan Vania hanya diam. Setelah selesai sarapan, Vania menyiapkan teh dan cemilan
Sementara di apartemen, Alex sudah pusing mencari Vania ke setiap ruangan, ia sudah berkali-kali menghubungi nomor telepon Vania, tetapi tidak satupun yang terhubung, karena sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Bahkan ia sampai menghubungi Dita dan Tia. Karena saat ia meninggal apartemen, Dita dan Tia bersama Vania."Dita, apa Vania bersamamu ?" Tanya Alex melalui sambungan telepon."Tidak kak, kami meninggalkan kak Vania di apartemen. Dia sedang siap-siap karena kakak sebentar lagi menjemputnya" balas Dita dari seberang sana."Apa Vania pergi ke rumah sakit sendiri ? Soalnya kakak terlambat pulang, tadi sedang ada tamu" ucap Alex."Mungkin saja kak, sebaiknya kakak ke rumah sakit saja" "Baiklah, kakak tutup teleponnya dulu" Alex menekan tombol merah untuk memutuskan sambungan teleponnya dengan Dita. Ia bergegas ke luar dan melangkah menuju lift untuk turun ke lantai satu.Tapi saat pintu lift terbuka ! Matanya langsung bertemu dengan mata sayu Vania. Wanita cantik itu t
Satu minggu telah berlalu, di mana hari ini Alex dan Susan akan melaksanakan pernikahan untuk kedua kalinya. Vania meneteskan air mata saat telinganya mendengar kata ijab kabul terucap dari mulut suaminya itu. Walaupun ia tahu kalau Alex melakukan pernikahan ini karena terpaksa ! Tetapi Vania tetap saja merasa cemburu dan sakit hati."Bagaimana para saksi, sah" ucap penghulu."Sah, sah, sah" semua mengucap sah, hanya Vania yang tidak membuka mulut. Entah mengapa bibirnya tiba-tiba terasa berat untuk dibuka. Apakah karena dia tidak ikhlas atau karena terlalu tertekan ? Hanya Vania lah yang tahu itu. Yang pastinya Vania tidak sanggup terlalu lama di sana, ia bangkit dari tempatnya dan melangkah menuju kamar pribadinya dengan Alex.Setelah ijab kabul selesai, Alex langsung meninggalkan tempat itu dan melangkah menaiki anak tangga untuk menemui Vania. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung membukanya."Sayang" Alex memeluk Vania yang sedang menagis di atas tempat tidur. "Jika k
Karena paksaan dari Vania, akhirnya Alex bangkit dari tempat tidur. Ia mengikuti Susan masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan. Tanpa membuka mulut, Alex meraih bantal dan selimut, lalu tidur di atas sofa. "Mas, apa kamu akan tidur di sana ?" Ucap Susan."Iya" sahut singkat Alex."Mas, aku inikan istri kamu. Malam ini adalah malam pertama kita, jadi enggak lucu dong jika kita tidur terpisah" "Susan, ini bukan malam pertama kita. Kita sudah pernah menikah, dan kita sudah memiliki satu orang putri dari hasil pernikahan itu" bantah Alex. Ia merasa risih dengan ucapan Susan, yang mengatakan kalau ini adalah malam pertama mereka. Lagi pula dia menikahi Susan bukan karena dasar cinta, tetapi karena paksaan dari Vania. Entah mengapa cinta Alex tiba-tiba hilang begitu saja kepada Susan, padahal waktu dulu Susan itu adalah separuh nyawanya."Iya aku tahu itu mas. Yang aku maksud, ini adalah malam pertama kita setelah 10 tahun terpisah" jawab Susan, ia meralat ucapannya agar Alex mengerti a
"aku akan menjadikan Dita sebagai santapan Buaya, jika kamu berani berbohong dan mengingkari perjanjian itu" Susan melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Vania dengan kasar, yang membuat Vania hampir tersungkur ke lantai. Untung saja pelayan Siti segera menangkap Vania, sehingga wanita hamil itu terhindar dari bahaya yang akan menimpah dirinya dan janin yang ada di dalam kandungannya."Nyonya tidak apa-apa" ucap pelayan."Tidak apa-apa bi. Terima kasih sudah menolongku" ucap Vania. Sedangkan Susan melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya tanpa peduli dengan Vania.Begitu juga dengan Donna yang saat ini sedang duduk di ruang tamu, ia hanya bisa menyaksikan pertunjukan antar ibu dan anak angkat, yang saat ini berubah menjadi musuh besar karena memperebutkan satu pria. "Pertunjukan yang menyenangkan" ucapnya dengan lembut sambil tersenyum. "Aku antar nyonya ke kamar ya ?" Ucap pelayan."Hm..." Sahut singkat Vania. Ia tidak menolak tawaran Siti, karena memang saat ini kepalanya
Dua hari telah berlalu, selama dua hari ini Susan tidak bisa tenang, bahkan ia tida selera untuk makan dan ia juga tidak bisa tidur dimalam hari. Pikiran susah benar-benar kacau setelah berdebat dengan Donna. Ia tidak menyangka kalau sahabatnya itu mengetahui rahasia terbesarnya.Susan hanya berdiam diri di dalam kamar sambil memikirkan rencana apa yang harus ia lakukan untuk menutup mulut Donna, bahkan selama dua hari ini Susan tidak mengunjungi butik kesayangannya. Biasanya ia selalu menghabiskan waktu di sana. Tetapi pikirannya yang kacau seperti serpihan kaca, membuat ia melupakan usaha kesayangannya itu. Ditambah lagi karena Alex yang mengikuti Vania kembali ke apartemen, membuat wanita berusia 42 tahun ini semakin stres.Tok...tok...tok..."Masuk" jawab Susan dari dalam kamar."Nyonya makan malam sudah siap" ucap pelayan. Siti terpaksa memanggil Susan ke kamar, karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi majikannya itu belum juga turun ke meja makan."Aku sudah katakan,