Satu Minggu telah berlalu, hubungan Vania dengan Alex masih dingin. Wanita cantik itu tidak pernah mau bersentuhan dengan Alex. Tetapi ia tetap melakukan tugasnya sebagai istri, yaitu menyiapkan sarapan dan teh untuk suaminya."Sayang, abang berangkat dulu ya ?" Pamit Alex kepada Vania."Iya abang. Hati-hati di jalan" jawab Vania. Ia tetap mengantar Alex sampai ke pintu, tetapi tidak menjabat tangan pria tampan itu seperti biasanya.Sepanjang perjalanan menuju perusahaan Winata grup ! Alex memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menyakinkan Vania. Alex sudah tidak sanggup lagi hidup satu atap dengan Vania tapi tidak saling bersentuhan. Bahkan Vania sudah satu Minggu ini memilih tidur di kamar Dita."Tuan, apa anda memikirkan sesuatu ?" Ucap sopir dari bangku pengemudi. Ia sebenarnya sudah satu Minggu ingin bertanya kepada Alex, tetapi pak Asep mengurungkan niat, karena ia merasa tidak pantas ikut campur dalam urusan rumah tangga bosnya."Iya, aku bingung bagaimana caranya agar Vania
Walaupun Alex sudah memaksa Susan untuk membuka mulut, tetapi wanita satu anak itu tetap saja tidak mengakui yang sebenarnya, justru ia mengatakan kalau Vania lah yang memintanya untuk kembali rujuk dengan Alex. Hal itu membuat Alex kesal dan marah, ia meninggalkan kediaman Winata tanpa menemui ibu dan putrinya terlebih dahulu."Abang sudah pulang ?" Ucap Vania saat membuka pintu dan melihat Alex."Vania aku ingin bicara denganmu, sekarang juga" bukannya menjawab pertanyaan Vania. Alex justru menggenggam pergelangan tangan Vania dan membawanya masuk ke dalam kamar."Ada apa abang ?" Tanya Vania. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar.Sebelum membuka mulut, Alex terlebih dahulu menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan lembut. Ia melakukan itu, agar hatinya lebih tenang saat bicara dengan Vania. "Sayang, apa Susan bicara sesuatu kepadamu satu bulan yang lalu ?" Ucapnya.Wajah Vania seketika berubah menjadi pucat setelah mendengar ucapan Alex. Tetapi ia berusaha untuk tet
Saat tiba di apartemen, Alex bersikap biasa saja. Ia berpura-pura tidak tahu kalau Vania datang ke kantornya. Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu, terkejut melihat Alex kembali ke apartemen."Abang sudah pulang ?" Sapa Vania."Iya, Susan sedang sibuk. Itu sebabnya saya datang kemari" jawab Alex dengan santai."Ow...." Sahut singkat Vania. Ia melangkah menuju dapur, lalu membuat satu gelas teh untuk Alex."Terima kasih" ucap Alex."Sama-sama abang" sahut Vania.Ruangan itu kembali hening karena keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing. Suasana saat ini sangat jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Biasanya Alex pasti bersikap romantis kepada Vania. Tetapi saat ini, jangankan romantis ! Untuk mendekati Vania saja, tidak. Pria tampan itu sibuk mengusap dan mengetik layar ponselnya sambil sesekali menikmati teh buatan Vania.Ting-nong ting-nong, suara nyaring ponsel Alex. "Iya Susan" sahut Alex setelah mengusap layar ponselnya.*Mas tolong jemput aku k
Satu bulan telah berlalu, kini usia kandungan Vania sudah memasuki 6 bulan. Wanita cantik itu semakin hari semakin sedih mengingat kalau 3 bulan lagi ia akan meninggalkan kota Jakarta, bukan hanya kota Jakarta, tetapi meninggalkan Alex juga. Vania wanita yang polos dan tidak munafik, hal itu membuat ia tidak terpikir untuk mengingkari perjanjian yang sudah ia tandatangani dua bulan yang lalu. Berbeda dengan Alex, pria tampan itu semakin hari semakin bahagia, ia sudah tidak sabar lagi untuk segera melihat calon bayinya yang berjenis kelamin laki-laki. Bahkan ia sudah mulai membangun rumah berlantai dua khusus untuk ia dan keluarga kecilnya. Tetapi hal itu belum diketahui Vania. Alex sengaja tidak mengatakannya kepada Vania, karena ia ingin memberikannya setelah Vania melahirkan sebagai tanda terima kasih karena sudah memberikan ia seorang putra."Abang pergi dulu ya ?" Alex mengecup kening dan bibir Vania sebelum meninggalkan apartemen."Hati-hati abang" Vania melambaikan tangan ke ar
Setelah tiba di kediaman Winata, Alex langsung memanggil nama Donna dari ruang tamu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya. Alex bukan hanya curiga dengan sikap perubahan Vania, tetapi ia juga curiga tentang kedekatan putrinya dengan Wiranto. Bayang-bayang kedekatan Tia dengan Wiranto sewaktu di kafe, masih berputar-putar di bayangan mata Alex."Donna, Donna" panggil Alex dengan suara lantang.Mendengar suara Alex yang begitu lantang ! Lantas mengundang semua yang ada di mansion megah itu ke luar dari kamarnya masing-masing."Alex, kamu kenapa berteriak seperti ini sayang ?" Ucap Felicia saat ke luar dari kamarnya."Eh....mama" Alex menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya. "Apa mama melihat Donna ?" Lanjut Alex sambil bertanya."Aku di sini mas ?" Sahut Donna yang sedang melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu."Nah itu dia" Felicia menunjuk ke arah Donna."Don, aku ingin bertanya tentang Susan" ucap Alex tanpa basa-basi. Felicia menge
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Alex menemukan cara untuk membuka mulut Donna. Ia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Donna. Alex mengajak Donna untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya. Dan ajakan itu mendapat respon baik dari Donna.Tetap pukul 12 siang, Alex sudah meninggalkan kantor Winata grup, ia melangkah menuju kafe di mana ia membuat janji dengan Donna. Dan benar saja, ketika ia tiba di sana ! Donna sudah menunggu di ruang VIP yang sudah dipesan Alex beberapa jam yang lalu."Maaf sudah membuat kamu lama menunggu" ucap Alex setelah menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Tidak apa-apa mas, aku juga bari sampai" jawab Donna dengan lembut. "Oh iya mas, untuk apa mas memintaku datang kemari ?" Lanjut Donna.Alex tersenyum, ia menggenggam punggung tangan Donna yang terletak di atas meja. "Yang pastinya, kedatangan kamu kemari tidak akan sia-sia dan mengecewakan" ucapnya dengan lembut.Sentuhan lembut dari tangan Alex sanggup membuat seluruh bulu
Tepat pukul 7 malam, Alex dan Vania sudah tiba di kediaman Winata. Awalnya Vania menolak ajakan suaminya untuk berkunjung ke kediaman Winata, Vania takut bertemu dengan Susan. Tetapi karena Alex mengajak Dita juga ! Akhirnya Vania bersedia untuk ikut.Saat Vania melangkah masuk dari pintu utama ! Susan menyambut mereka dengan baik, ia bersikap manis dan ramah seperti tidak ada masalah diantara ia dan Vania."Hay Vania. Bagaimana kabarmu ? Sudah lama kita tidak bertemu" ucap Susan sambil menjabat tangan Vania dan mencium kedua pipinya. Susan juga melakukan hal yang sama kepada Dita. Tetapi berbeda dengan Alex, pria tampan itu justru menolak berjabat tangan dengan Susan. Alex menggenggam telapak tangan Vania sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia malas melihat tingkah Susan yang berputar-putara manis. "Eh... ternyata ada mas Alex dan Vania" suara Donna terdengar dari tangga. Wanita licik yang satu itu mengenakan gaun mini berwarna hitam, dengan dada sedikit terbuka. Ia sengaja memamer
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seorang pria melangkah masuk dari pintu utama bersama pak Asep sang sopir pribadi Alex. Pria itu mengenakan celana hitam, kemeja biru tua dan mengenakan topi yang menutupi setengah dari wajahnya.Sontak kedatangannya membuat jantung Susan berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar dan dingin. Ia menatap tajam Donna sambil mengeratkan seluruh gigi. Ingin rasanya ia membunuh Donna saat ini juga.Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang mengandung 8 bulan itu mengerutkan kening melihat pria yang sedang melangkah dari pintu utama menuju ruang tamu. Ia merasa tidak asing dengan tubuh pria itu, hanya saja dia tidak bisa mengenalinya karena wajah pria itu tertutupi topi."Nah....itu dia sudah datang" Donna bangkit dari tempatnya, ia melangkah dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan pria itu."Mas Alex bisa bertanya kepadanya" ucap Donna setelah mereka tiba di ruang tamu dan duduk di atas sofa."Apa-apaan ini