Evan mengangguk ke arah pria itu dan berjalan memutari mobil untuk membukakan pintu bagi Valen.Sebenarnya, biasanya Valen membuka pintu mobilnya sendiri tapi karena dia masih sibuk memandangi apartemen di depannya sehingga dia terlambat membuka pintu.Saat Evan membukakan pintu untuknya, dia pun keluar dari mobil.Setelah itu, Evan berkata kepada pria yang tadi menyambutnya, "berikan gadis ini unit apartemen terbaik di lantai 5 dan berikan semua fasilitas untuknya."Pria itu langsung mengangguk. "Iya, Pak. Kami akan segera menyediakan apartemen dengan view terbaik untuk teman bapak ini."Evan mengangguk. Setelah itu, pria itu langsung berjalan duluan ke arah dalam apartemen sambil memberi isyarat kepada Valen untuk mengikutinya.Valen agak bingung saat masuk ke dalam apartemen karena pria yang menyambut Evan itu, terus berbicara kepada Evan, sepertinya sedang membuat laporan tentang perkembangan proyek apartemen kepada Evan seakan-akan Evan adalah seorang pemilik dari gedung apartem
Keduanya saling tatap dalam gairah yang membara di dalam dada mereka.Setelah itu, secara hampir bersamaan, keduanya sudah saling serang, saling kecup, saling cium hingga melahirkan suara berdecak sementara tubuh mereka saling dekap erat.Keduanya saling dekap erat seperti dua orang yang baru bertemu setelah bertahun-tahun terpisah.Keduanya saling kecup panas dan membiarkan hasrat mereka bergejolak tanpa dapat mereka cegah lagi.Untuk beberapa saat mereka saling hisap dan saling remas dengan penuh rasa. Belakangan keduanya mulai saling remas.Evan memegang buah dada montok milik Valen sementara Valen mulai memegang batang kejantanan jumbo-nya Evan."Aku ingin anu-mu masuk, Evan. Ahhh." Valen mengocok-ngocok batang besar di tangannya ini."Aku juga, sayang. Aku juga ingin masuk ke liang surgamu." Evan mulai memilin tonjolan buah dada montok di tangannya ini."Liang surgaku enak kan, Van?""Iya. Enak banget, Valen. Punyamu sempit. Ahhh ... enak banget.""Aku akan goyang kamu, Van. Aku
Evan terus memacu batang kejantanannya. Dia mendapatkan sensasi luar biasa saat batang kejantanannya menerobos hingga mentok di dalam liang surga sang gadis seksi ini."Ahhhh ... ini enak banget, Val. Owh ... ini enak banget." Evan bergerak cepat. Dia menggoyang brutal kemaluan sang cewek cantik itu.Evan ingin melampiaskan semua rasa sesak yang dialaminya karena kata-kata Jojo semalam.Semua perlakuan Jojo pada Evan, membuat sakit di hati Evan makin bertumpuk. Dia merasa tidak seharusnya mencintai dan berjuang untuk memiliki wanita yang tidak pernah mencintainya.Kini, semua perasaan kecewa yang bertumpuk-tumpuk di dalam dadanya, dia jadikan energi bagi dia untuk menggoyang Valen."Aduh ... Evan. Ahhhhh ... ini sangat enak, Van. Ahhhh ... ini sangat enak.""Iya, Valen. Ini enak. Ini enak banget."Keduanya terus berpacu, saling goyang, saling desak, saling merekatkan bagian inti tubuh mereka untuk mencari kenikmatan lebih dan lebih lagi."Aku mau keluar, yang. Ugh ... aku mau keluarrr
Evan mengeraskan hatinya. Dia kembali putuskan untuk meninggalkan Valen.Kalau saja dia dan Jojo belum memiliki anak, maka, dengan mudahnya dia akan memilih Valen. Tapi, hal itu tidak bisa dia lakukan dengan keberadaan dua anak yang sangat dia sayangi itu.Karena itu, Evan lagi-lagi mengambil keputusan untuk meninggalkan Valen, gadis yang dia tahu amat sangat mencintainya itu.Valen menangis saat Evan keluar dari apartemennya dan entah secara sengaja atau tidak, Evan telah membanting pintu apartemen barunya Valen ini.Valen berlutut di lantai apartemennya, di depan pintu apartemennya, dia menangis karena dia kembali ditinggalkan Evan."Kenapa aku tidak bisa berhenti mencintainya?" Valen menghapus air matanya. "Mungkin aku harus merelakannya.Kemudian Valen berdiri, melangkah ke depan untuk membuka pintu apartemennya.Dia bermaksud untuk pulang lagi ke rumah kostnya. Dia tidak ingin tinggal di apartemen ini, kalau Evan tetap meninggalkannya.**Sementara itu, Evan cepat-cepat kembali k
Valen sangat kaget saat melihat sosok yang berada di depannya saat iniMulutnya melongo. Dia tidak menyangka akan melihat pemandangan ini. Sebelumnya dia berharap Evan yang datang mengetuk pintu kamar kosnya ini tapi ternyata bukan Evan yang datang. "Ricky? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Valen setelah dia mampu mengusir kekagetan dari hatinyaKarena orang yang berada di depannya ini adalah Ricky, gebetannya hampir selama 7 tahun yang dia sukai sejak semasa dia masih duduk di bangku SMA hingga di bangku kuliah. Sosok yang kemudian menghadirkan mimpi buruk berulang-ulang dalam hidupnya saat dia dengan entengnya maju ke depan bersama seorang gadis, dan memberikan pengumuman kalau dia sudah bersama dengan gadis yang dia peluk itu dan membiarkan Valen dan teman-temannya kaget setengah mati. Pria ini pernah menorehkan luka batin di hati Valen, saat dia dengan entengnya memberikan pengumuman kalau dia sudah bertunangan dan gadis lain, tepat di depan Valen yang selama ini dekat denga
Ricky menatap Valen. "Karena aku sangat mencintaimu tapi kita tidak mungkin bersama karena aku membencimu dan membenci keluargamu!"Valen sangat terkejut mendengar kata-kata Ricky itu. "Kenapa kamu bisa membenciku? Kamu bilang kamu mencintaiku tapi kamu juga membenciku. Apa yang membuat kamu membenciku? Seingatku, aku tidak pernah melakukan kesalahan kepadamu!""Kamu memang tidak pernah melakukan kesalahan kepadaku tapi keluargamu melakukannya!""Apa maksudmu, Ricky? Kamu kan tidak mengenal keluargaku.""Apa kamu masih ingat saat kamu mengajak aku ke rumah kakek nenekmu di kampung?""Iya. Aku masih ingat. Saat itu, kita KKN di kampung yang bersebelahan dengan Kampung kakek nenekku. Karena itu aku mengajakmu menemui kakek nenekku. Lalu apa yang terjadi di sana? Apakah kakek nenekku memarahi kamu? Apa itu yang terjadi?"Ricky menggeleng. "Dua orang tua itu sangat baik. Mereka tidak melakukan kesalahan kepadaku?""Lalu siapa yang melakukan kesalahan kepadamu? Saat itu di rumah itu hanya
Mendengar kata-kata Valen itu dan mendengarkan tangisan Valen itu, Ricky bertanya, "apa maksudmu?""Ibuku juga telah menghancurkan keluargaku! Ayahku sampai bunuh diri karena perselingkuhan yang dilakukan ibuku!" jawab Valen sambil bahunya berguncang oleh tangisan. Selama ini, sedekat apapun Valen dengan teman sekolahnya dan juga temannya sewaktu kuliah, dia tidak pernah mau menceritakan tentang keluarganya. Dia tidak pernah mau menceritakan tentang ayahnya yang bunuh diri, juga tentang ibunya yang selingkuh, tentang kehancuran keluarganya dan dia dibesarkan dalam lingkungan keluarganya yang broken home. Karena saat di kota, Valen tinggal di rumah om dan tantenya yang merupakan kakak dari papanya yang umurnya agak jauh dengan papanya. Karena itu, saat Valen tinggal di rumah om dan tante-nya itu, anak dari Om dan tantenya sudah tinggal dan bekerja di Amerika setelah sejak kuliah mendapatkan beasiswa di Amerika. Karena itu, saat ada teman-teman SMA-nya dan juga teman-temannya semas
"Lalu apa maksudnya kamu datang sekarang ini? Ingat, aku kan musuh keluargamu," tanya Valen dengan air mata berurai sambil menatap Ricky. "Itu yang selalu tertanam dalam pikiranku selama ini. Aku selalu menganggapmu musuh. Tapi satu bulan belakangan ini, aku mulai merubah paradigma pikiranku. Karena itu tidak adil bagimu. Walau bagaimanapun kamu tidak bersalah karena yang salah itu adalah ibumu. Apalagi--""Apalagi apa?""Apalagi setelah mendengar ceritamu sekarang kalau Ibumu juga menghancurkan keluargamu, maka aku sadar, sangat-sangat sadar, kalau aku tidak bisa menyalahkanmu atas kesalahan ibumu kepada keluargaku."Valen cuma terdiam menanggapi kata-kata Ricky ini. Dia terus menangis memikirkan akan perbuatan ibunya kepada keluarganya Ricky dan juga perbuatan ibunya kepada keluarganya. "Karena itu, aku ingin kembali kepadamu," Ricky menatap lekat-lekat ke arah Valen. "Kembali padaku? Memang apa hubungan kita? Sejak dulu kita kan cuma teman.""Itu juga kesalahanku. Selama ini aku