Share

Hujan Teror

Subuh datang menjelang rasa badanku tidak nyaman. Tidur yang tidak nyenyak membuat badan terasa lemas. Lapat kudengar seruan adzan dari mushola perumahan tempat aku tinggal. Namun rasa malas entah mengapa semakin menggayuti badanku. Aku tertidur kembali beberapa jenak lamanya.

Adzan berganti qomat. Aku merasa semakin malas namun ada bisikan hati lain yang melarangku untuk kembali tidur.

Kulirik Kang Wirna yang masih terlelap menelentang. Kucoba membangunkannya dengan menggoyang-goyang lengannya.

“Bi, bangun! Sudah subuh.” ucapku perlahan.

“Abi nggak enak badan Mi. Ami saja subuh ya.” sahutnya seperti menggigau.

Aku memaklumi. Mungkin saja lambungnya masih sakit. Apalagi semalam ia bermimpi sangat buruk. Ya sudah, aku sholat subuh sendiri saja tanpa seorang Imam di depanku. Rasanya sangat canggung dan menyedihkan.

Namun ternyata kemalasan Kang Wirna beribadah bukan sampai disitu saja. Bahkan melewatkan semua waktu sholat sudah menjadi biasa baginya. Hal itu berjalan hampir dua minggu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status