Share

5. Ancaman

Nola baru menyadari jika ada orang lain yang masih berdiri di hadapannya.  Wanita cantik memakai hijab modis membuat mereka terpaku sejenak.

“Wah cantik banget,” ucap Nola sambil berdiri menatap Lisha.

“Benar sempurna untuk bos dingin kita itu,” sanggah Mira kembali bersuara yang ikut menatap Lisha dari atas sampai bawah.

Tak lama kemudian telepon kembali berdering membuyarkan mereka. Dengan sigap Nola langsung mengangkatnya dan sangat terkejut karena yang menghubunginya adalah dari perusahaan Pak Muchlis.

Nola tercekat dan panik, karena dia belum memikirkan jawaban yang pantas untuk orang itu. Rasa gugup dan khawatir langsung menghantuinya.

“Siapa Mbak?” tanya Falisha penasaran.

“Maaf Mbak mungkin itu Pak Muchlis Yudatama salah satu investor yang ingin bekerja sama dengan Pak Fathan, tapi Pak Fathan membatalkan janji mereka karena ada urusan mendesak dan Nola sekretarisnya ini bingung mau mencari alasan apa yang tepat agar  kedua  belai  pihak yang mempunyai sifat yang hampir sama  saling marah,” jelas Mira ikutan berkomentar sedikit berbicara pelan.

Falisha paham langsung dengan apa yang dibicarakan, apalagi  melihat wanita muda yang menerima telepon itu semakin stres mendengar caci maki dari orang itu.

“ Dasar Mas Fattan membuat sekretarisnya bingung , memang urusan penting apa sih, bikin susah saja?” gerutu Falisha ikutan kesal.

“Sini Mbak biar saya yang bicara,” Falisha meminta telepon itu dari Nola yang mulai gemetaran menerima telepon itu. Nola bingung tapi Falisha langsung mengambilnya dari tangan Nola dan langsung menyalakan pengeras suara agar mereka ikut mendengarkannya.

Falisha mendengarkan caci maki dari orang itu dengan tenang setelah selesai barulah Falisha menjawabnya. Tampak Nola dan Mira bingung dengan tindakan Falisha yang mengambil sikap tenang.

“Maaf Pak, memang  kesalahan ada dipihak kami, karena kebetulan Pak Fattan mendadak ada keperluan mendesak sehingga beliau mau tidak mau menunda pertemuannya dengan Bapak. Ada urusan keluarga yang begitu urgent, kami pun belum tahu ada masalah apa yang dihadapi beliau. Anggap saja jika diposisi Bapak apa yang Bapak lakukan jika mendapat kabar yang mengejutkan sehingga kita harus merelakan salah satunya yang lebih penting?”

“Iya kamu benar, dan terima kasih sudah mengingatkan saya. Baiklah saya paham apalagi baru beberapa hari istrinya meninggal dunia. Oke, saya bisa memakluminya dan katakan kepada Pak Fattan jika saya siap kapan saja jika Pak Fattan sudah bisa ditemui.”

“Baik Pak, saya akan menjadwal ulang pertemuan Bapak dengan Pak Fattan  setelah saya bisa bicara dengan beliau. Terima kasih sudah memakluminya. “

“Justru saya yang berterima kasih dengan kamu dan pantas saja Pak Fattan  menjadikan kamu sekretarisnya. Selamat pagi.”

“Selamat Pagi juga, Pak.”

Nola dan Mira tercengang mendengar ucapan Falisha yang begitu santai, lugas dan berwibawa. Baru kali ini ada yang bisa meredam amarah orang itu yang selalu seperti mercon jika marah.

“Mbak ini sangat pintar, terima kasih sudah membantu saya, tapi maaf Mbak ini siapa ya? Pak Fattan mendadak pergi terburu-buru, saya tidak tahu alasannya tapi yang jelas beliau seperti singa yang ingin memakan mangsanya,” celetuk Nola tanpa jeda.

Falisha tersenyum. “Nama saya Falisha , tapi sepertinya Pak Fattan  tidak ada, dan kalian pasti tidak tahu dia pergi ke mana, sangat menyebalkan itu orang!” gerutu Falisha kesal.

“Maaf Mbak nya siapanya Pak Fattan ya?” tanya Nola membuat Mira menyikut lengan Nola.

“Apaan sih, Mir?” tanya Nola masih penasaran.

“Nggak sopan itu namanya,” sahut Mira.

“Saya adik angkat Bu Farah mendiang istrinya  yang menyebalkan untuk Pak Fattan  begitu juga dengan  dia. Sungguh membuat saya  susah. Baiklah saya pergi dulu  Mbak mungkin sekarang ponselnya sudah bisa dihubungi. Permisi, selamat pagi.”

“Selamat Pagi, Mbak!”

Falisha melangkah pergi dan kedua wanita muda itu masih menatap Falisha  dengan penuh takjub.

“Menurutmu dia cocok dengan Pak Fattan ?” tanya Mira masih menatap kepergian Falisha.

“Aku rasa dia memang pantas, nggak ada salahnya kan seorang adik ipar naik pangkat menjadi istrinya, lagian lebih cantik elegan dia dari pada wanita itu.”

“Kamu benar juga sih. Dan sepertinya aku mulai lapar lagi, kamu mau nitip camilan?”

“Nggak ah, aku masih banyak pekerjaan, daripada nanti Pak Fattan  datang tiba-tiba seperti hantu dan mengomel karena pekerjaanku belum selesai,” jelasnya dan kembali menatap layar monitornya.

***

Sementara itu Fattan  yang masih terlihat kesal mencari keberadaan Falisha. Apalagi GPS yang dia pasang ternyata  kembali ke kantornya, tapi dia malas bertemu Falisha di kantornya sehingga memutuskan untuk menunggu wanita cantik itu di depan kost.

Falisha beberapa kali menghubungi Fattan  tapi dengan sengaja Fattan  tidak mengangkatnya. Ada senyuman kecil yang tersungging dari bibirnya saat melihat di layar ponsel nama Falisha..

Sampai akhirnya Fattan  sampai di depan kost setelah memesan ojek  dan melihat mobil mewah berwarna hitam sudah bertengger di halaman kost.

“Sudah aku duga, dia tahu saja tempatku yang baru dan pasti orang-orang sini sudah menggosipi aku karena dia, sungguh menyebalkan!” gerutunya setelah turun dari ojek.

“Mas Fattan, kamu ngapain ke sini?” tanya Falisha sedikit kesal

“Akhirnya kamu pulang, siapa dia pacar baru kamu?” selidik Fattan memicingkan matanya.

“Ya Allah Mas, dia itu tukang ojek dan lagian ngapain Mas ada di sini? Kenapa nggak angkat telepon aku, tadi aku ke kantor Mas Fattan, sekretarismu kasihan sekali mendapatkan pimpinan yang tak bertanggung jawab. Memang ada urusan apa sih yang lebih penting dari meeting kalian?” cerca Falisha kembali.

Fattan  mendekati Falisha. Kini jarak mereka tidak begitu jauh . Pandangan mereka beradu, tapi seketika Falisha sadar dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

“Sudah aku bilang turuti surat wasiat itu jika tidak ...”ucapan Fattan menggantung, menatap lekat wajah cantik itu yang sebenarnya dia rindukan.

“Jika tidak kenapa? Kamu mau mengancamku?” tanya balik Falisha.

“Tidak aku hanya mengingatkan kamu, Falisha. Bukannya kamu sekarang bekerja di perusahaan  Maju Perkasa dan kamu datang kembali ke sini untuk membuka cabang baru. Kamu tahu siapa yang akan menjadi partner bisnismu?” tanya Fattan tersenyum sinis.

“A—apa maksud Mas Fattan?” tanya Falisha masih belum mengerti apa yang dikatakan olehnya.

“Apakah bosmu tidak memberitahukan secara terperinci siapa yang akan menjadi rekan kerja kamu selama di Surabaya? Kamu harus tahu sangat sulit untuk bisa bekerja sama denganku jika aku tidak suka dengan orang itu dan jika kamu gagal bekerja sama dengan perusahaanku maka banyak yang akan dirugikan. Nasib karyawan ada ditangan kamu, Falisha, jadi keputusan apa yang kamu ambil menikah denganku atau menelantarkan nasib banyak karyawan. Semua ada di tanganmu,” jelas Fattan  berbisik di telinga Falisha. Deru napas pria tampan itu sedikit terasa membuat bulu kuduk Falisha berdiri.

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si falisha itu datang sebagai apa?? kabur dari rumah tapi mengunjungi kantornya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status