Sudah waktunya makan siang, tapi Vania masih berkomunikasi dengan Pengacara Nedd. Sejauh ini, semua agendanya berjalan lancar. Berbicara dengan Butler Jeff juga lancar. Karena Dulu Duke Gama dibantu Duchess Elis dalam mengelola mansion, Vania meminta bantuan Butler Jeff dalam mengelola mansion. Urusan internal mansions tidak sepenuhnya bisa Dia pegang, jadi Dia ingin mempercayakan Jeff untuk mengelola mansion. Tentu Dia tidak akan tinggal lempar, Vena hanya akan memantau untuk memastikan semuanya berjalan baik tanpa ada kendala. Vania masih butuh waktu untuk adaptasi dan belajar bagaimana cara mengelola mansion yang luas ini, apalagi terkait anggaran, Vania masih belum terbiasa.
Sebetulnya Vania sangat pandai berhitung, tapi karena Dia tidak pernah menerima pendidikan suksesi maka semuanya adalah hal baru bagi Vania.
"Kruuuuk..." perut Vania berbunyi cukup nyaring. Bunyi tersebut membuat Vania malu, Dia bahkan menundukkan kepalanya karena malu jika harus bertatapan dengan Viscount Nedd.
Viscount Nedd hendak tertawa tapi segera sadar karena jika Dia tertawa akan membuat malu Vania.
"Maafkan Saya Pengacara Nedd, sepertinya otak Saya terlalu banyak berfikir hari ini jadi Saya menjadi sangat lapar. Padahal tadi pagi Saya sudah sarapan." Vania memberanikan dirinya untuk bersuara dengan menahan malunya.
Baru saja Nedd hendak membuka mulut untuk berbicara dan menyelamatkan muka Duchess baru tersebut, tapi sepertinya Vania adalah seorang Lady yang bisa melindungi dirinya sendiri. Meski malu Dia tetap berusaha bersuara.
"Ikan dover sole panggang buatan Koki Piton disini sangat enak Duchess, sudahkah Anda mencobanya?"
"Ya, Saya juga sangat suka. Saya pernah mencobanya sekali tahun lalu"
"Mungkin kita harus makan itu juga hari ini Pengacara Nedd."
Keduanya lalu bergegas menuju ruang makan.
***
Setelah makan siang dan urusannya dengan Pengacara Nedd selesai, Vena bergegas menuju ruang kerja Duke. Dalam perjalanan, tak sengaja Vania bertemu dengan Hara.
"Selamat siang Duchess..." sapa Hara dengan ramah seperti pagi hari.
"Ya, selamat siang juga Hara" jawab Vena dengan tersenyum sembari melangkahkan kakinya menuju ruang kerja.
Tidak hanya diam, Hara juga ikut melangkah pergi mengikuti Vena. Vena yang merasa heran pun memberhentikan langkah kakinya.
"Adakah yang mau kamu sampaikan?" tanya Vania penasaran, mengapa Hara mengikutinya.
"Ya Duchess, kebetulan ada yang ingin Saya sampaikan"
"Baiklah kalau begitu, kita bicarakan saja sekalian di ruang kerja Duke"
"Baik Duchess."
Keduanya lantas bergegas menuju ruang kerja Duke.
Sesampainya di ruangan, Vena berhenti sebentar. Dia takjub dengan ruangan yang penuh dengan buku dan dokumen.
'Hahahaha... ruang kerja ini akan berganti pemilik dan pemiliknya adalah aku. Sekali kutu buku tetap kutu buku.'
Vania merasa apakah sebaiknya kalau Dia menikah saja dengan buku-buku tersebut. Karena sepertinya butuh seumur hidup untuk membereskan berkas dan dokumen yang menumpuk.
Hara yang ada di belakangnya masih diam, Dia menunggu Vania untuk menyuruhnya berbicara. Setelah kagum sekejap, Vania baru sadar bahwa Hara tadi mengikutinya dan ada yang mau Dia bicarakan.
"Jadi Hara, apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Anu Duchess, ini mengenai Tuan Count dan Nyonya Countess"
"Apa yang mereka lakukan?"
"Mereka menemui Tuan Muda dan juga Nona Muda Duchess, sesuai yang Duchess khawatirkan"
'Sial!, kalau saja Aku bisa mengusirnnya'
Lagi-lagi pikiran untuk mengusir pasangan tersebut selalu muncul dibenaknya. Tapi hal tersebut tidak bisa dilakukan Vania karena pasti akan timbul rumor. Pemilik Duchy of Ansel yang baru, bersikap kurang ajar dan sombong dengan keluarga dari anak mendiang Duke. Membayangkannya saja membuatnya kerepotan.
"Mereka memberikan Tuan Muda dan Nona muda hadiah, lalu membicarakan mengenai hak asuh"
'Nah kan, dasar tua bangk* tit...., baji**** tit.... breng***tit' kata-kata penuh sensor memenuhi pikirannya.
"Mereka juga berkata.."
"Ehem...," Hara mengetes suaranya.
"Kamu tahu Kinan, Bibimu Vania itu hanya mengincar harta Ayah dan Ibumu. Dia hanya mau gelarnya saja. Sebentar lagi pasti Dia akan membuang kalian berdua. Menempatkan kalian di panti Asuhan, lalu menikmati kekayaannya Duchy seorang diri!" kata Hara menirukan Count, reka adegan ulang itu disuarakan dengan sedikit nada tinggi seperti laki-laki. Sorot matanya menjadi tajam dan sedikit melotot seperti seorang penjahat dalam sebuah pertunjukan teater.
Vena hanya ingin tertawa melihat tingkah lucu Hara. 'Harusnya Hara menjadi aktris teater, Dia pasti akan menjiwai setiap perannya hahaha'
"Tuan Count berkata begitu kepada Tuan Muda Kinan, Duchess," suara Hara menjadi normal kembali.
"Tapi Duchess tidak usah khawatir, karena sepertinya Tuan Muda Kinan tidak meresponnya!"
"Apa?"
"Ah.. informasi lagi Duchess, Tuan Muda Kinan dan Nona Muda Kesha sudah tahu kelakuan Tuan Count dan Nyonya Countess"
'Apa lagi ini, apakah itu artinya rasa khawatirnya itu sia-sia?'
"Tapi tetap saja, berkata buruk di belakang orang lain tidak diperbolehkan Hara. Apalagi melakukan hal tersebut dengan anak kecil"
"Aku jadi ingin memergokinya dan melabraknya langsung, pasti rasanya menyenangkan" kata Vania asal.
"Ide bagus Duchess, bukankah jika Tuan Count berkata hal buruk mengenai Duchess, Duchess jadi punya alasan untuk mengusirnya dari mansion?"
"Apa?" Vania kaget dengan ide Hara. Bahkan Dia tidak terpikirkan hal tersebut.
Setelah memikirkannya lagi, sepertinya ide Hara sangat menarik.
Vania dan Hara lalu tersenyum sembari bertatap muka.
Sorot mata mereka berkata 'ide jahat tersebut harus terlaksana.'
Seorang partner sudah ditemukan Vania.
Semua jadwal padat Vania yang melelahkan bisa dilalui Vania dengan sangat baik. Ini bukan pertama kalinya Vania mendapatkan jadwal yang padat. Saat dia mulai bersekolah di akademi hingga menjadi siswi menengah, Vania sudah mendaftar sebagai asisten profesor sehingga jadwal padat sehari-hari bukanlah sesuatu yang baru baginya. Itu adalah makanan sehari-harinya. Dia bisa menyesuaikan hal tersebut dengan baik. Mengatur waktunya dengan menyelesaikan permasalah Duchy satu persatu menjadi rutinitasnya. Tapi ini pertama kalinya, kepalanya dipenuhi oleh hal-hal baru dan semua hal baru tersebut penuh dengan tanggung jawab. Ada banyak orang yang akan bergantung dengan dirinya untuk kedepannya. Dia bahkan harus memikirkan nasib orang yang tidak pernah Ia kenal hanya karena mereka menjadi rakyat Kadipaten of Ansel. Tukang daging, tukang roti, penjual bunga, tukang kayu, tukang gerabah sampai bayi yang baru lahir pun kini jadi tanggung jawabnya selama Dia menjadi rakyat Duchy of Ansel.'Bukanka
Pagi itu Vania juga sarapan di kamarnya. Hara datang seperti biasa untuk melayaninya. Tapi hari ini Vania mendapatkan kabar dari Hara bahwa, Lalisa akan datang ke kadipatennya.'Ini adalah awal hari yang buruk,' mendengar kabar tersebut membuat Vania jadi kehilangan semangatnya. Saat mengingat jadwalnya hari ini, Vania sadar bahwa jadwalnya hari ini lumayan berat dan melelahkan. Hari ini Dia menjadwalkan untuk berkeliling dan meninjau beberapa pabrik textile peninggalan mendiang Duke.'Bukankah pemakaman saja Dia tidak datang, tapi setelah dapat surat Ayahnya dia langsung datang kemari.'Tindakan semacam tidak tahu diri itu sepertinya sangat melekat di keluarga Zergnet.Lalisa Zergnet adalah seorang perempuan yang usianya 4 tahun lebih muda dari Vania, itu artinya Dia sekarang berusia 18 tahun. Dia bersekolah di Akademi Zen yang ada di Kerajaan Beshy.Vania pernah bertemu sesekali dengan Lalisa, terakhir sekitar 2 tahun yang lalu. Vania yang saat itu menjadi perwakilan delegasi dari
Badan Vania sudah sangat lelah, bahkan makan siangnya tadi di restoran yang terkenal dengan kemewahan dan rasa hidangannya tidak begitu terasa nikmat. Setelah berkeliling beberapa pabrik dan mendengarkan keluh kesah dari masing-masing penanggung jawab pabrik, Vena menjadi kelelahan secara mental. Dia terlalu banyak mendengarkan keluahan sehingga pikiran negatif menumpuk di kepalanya.Di dalam kereta Dia membayangkan, setelah sampai Dia akan berendam dengan air hangat yang ditaburi bunga mawar. Rasanya pasti sangat nikmat. Setelah itu Dia baru makan dan tidur dalam pelukan kasur empuknya. Ya, Vania cukup merindukan kasur empuknya itu.'Astaga, apa sedang aku pikirkan' kata Vania tersadar, Dia hari ini juga harus meninjau dokumen wilayah Hydra yang terkenal dengan ekspor furnitur. Dia harus membuat peraturan mengenai ekspor furnitur agar gampang mengirim ke luar Kerajaan Merden. Banyak sekali pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Hidupnya menjadi lebih sibuk. Setiap akan tidur Dia
Lemari yang tengah terbuka tersebut memperlihatkan gaun-gaun indah koleksi desainer ternama."Astaga... lihatlah gaun berwarna hijau cerah tersebut. Itu adalah karya desainer Finn yang sedang naik daun" katanya tertawa senang. Kesha yang bingung melihat tingkah Lalisa hanya bisa diam mengamati. Rasanya ada perasaan aneh dan bersalah bahwa Dia sudah mengajak Bibinya Lalisa untuk memasuki kamar Ibunya.Tak berapa lama, Kinan yang tak sengaja lewat kamar Ibunya memergoki kamar yang terbuka. Begitu Dia tahu bahwa Bibinya Lalisa dengan senang menempelkan gaun-gaun indah dan mewah ke badannya , Kinan menjadi sangat marah. Begitu kurang ajarnya orang tersebut. Tanah makam Ibunya bahkan belum kering dan Dia sudah melihat orang asing yang katanya masih saudaranya tersebut datang mengacak-ngacak kamar Ibunya.Dan begitulah insiden kemarahan tersebut berlangsung hingga Vania datang. Count dan Countess Zergnet yang tengah pergi ke luar mansion pun tidak tahu apa yang dilakukan anaknya."Apa yang
Count dan Countess terus mengamuk dan meminta penjelasannya.'Wah, rasanya aku ingin membelah diri, apakah mereka tidak menerima penjelasan dengan gamblang. Kenapa mereka kemari dan membuat keributan'"Jadi Nona Vania, mengusir dan mengirim Nona Lalisa ke County karena mencoba masuk kamar mendiang Duchess sungguh berlebihan"'Ya ampun, aku ingin istirahat!'Vania melirik Jeff yang nampaknya mencoba menenangkan mereka."Butler Jeff, apakah Tuan Count dan Nyonya Countess tidak menerima penjelsan dengan rinci?" tanya Vania, Dia menyilangkan tangannya. Mata lelahnya dipaksa untuk kembali mode on."Sudah Saya sampaikan Nyonya, tapi Tuan Count dan Nyonya Countess tidak percaya!""Nona Vania...""Bukan Nona..." potong Vania ketika Count Zergnet hendak membuka mulut."Tapi Duchess atau Nyonya, Tuan Count. Sebagai tamu, anda juga harus menghormati tuan rumah," Vania menegaskan posisinya."Belum ada surat Kerajaan yang turun untuk menyatakan Nona Vena sebagai penerus dari Duchy of Ansel. Mengap
Kinan, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang sangat cerdas dan juga tampan. Dia tertarik dengan ilmu sihir setelah ayahnya, Duke Gama memunculkan pecahan sihir es ketika dirinya dalam bahaya. Waktu itu Kinan yang berumur 5 tahun ikut berburu di Hutan dengan Ayahnya. Karena mereka mencapai tempat terdalam hutan, pastilah hewan-hewan disana lebih ganas. Lalu saat keduanya sedang beristirahat, munculah serangan sekelompok Hyena. Gama yang sedang berada di dekat kudanya kaget. Kekagetannya lagi karena anaknya Kinan jauh dari jangkauannya, maka seketika itu Gama mengeluarkan sihirnya yang berelemen air. Sekelompok Hyena yang sudah kalah terkapar di tanah. Wajah Kinan membeku, awalnya panik karena ketakutan lalu berubah menjadi sangat takjub akan kekuatan ayahnya. Sejak saat itu, Kinan sudah sangat tertarik dengan ilmu sihir. Dia bahkan sudah membaca buku panduan sihir dasar sejak umur 5 tahun dan selesai menghefalnya setelah berumur 6 tahun. Ayahnya yang juga senang dengan minat anak
Hari-hari Vania menjadi sangat sibuk. Dia harus belajar sembari menyelesaikan urusan Duchy. Ini seperti training sekaligus praktik. Tidak mudah tapi tidak juga membuatnya ingin menyerah. Dia sudah menguatkan hatinya untuk menerima amanat mendiang Kakaknya. Rencananya, Vania akan mengurus Duchy sampai Kinan dewasa dan layak menjadi penerus Duke of Ansel. Setelah itu Dia berencana tinggal di daerah terpencil dengan bercocok tanam. Membayangkannya saja sudah membuatnya damai. Cita-cita yang dan mulia ini mungkin akan menguras waktunya dalam beberapa tahun. Dia menargetkan sampai umur Kinan 18 tahun. Itu artinya sekitar 10 tahun. Yah meninggalkan Duchy di umurnya nanti yang ke 32 bukanlah hal yang sulit dibayangkan. Meskipun orang-orang menganggap usianya segitu bagi wanita dan belum menikah, Dia akan dicap perawan tua, mungkin kebanyakan wanita pada umur 32 sudah memiliki 2 sampai 3 anak.Semenjak pelecehan yang pernah dilakukan oleh Bastian dulu ketika dirinya berusia 9 tahun. Dia jadi
Pengikut yang dulu meragukan Vania mulai melihat hasil belajarnya. Dia menyelesaikan urusan administrasi dengan tertib dan teliti bahkan jauh lebih cepat daripada Duke Gama dulu. Mungkin karena Dia perempuan sehingga Dia lebih taktis dan bersikap praktis. Urusan administrasi yang ditangani Vania tanpa cela membuat bangsawan lainnya yang punya urusan dengan Duchy kewalahan. Si perfeksionis Vania membuat para karyawan lainnya menjadi bekerja keras. Celah yang bisa dimasuki Count dan Countess Zarnet adalah fakta bahwa Vania tidak terlalu mengurus dua keponakannya. Vania menyerahkan segala urusan dua keponakannya kepada pengasuh. Sebetulnya Vania tak benar-benar mengabaikan keponakannya setiap malam, Vania mendapatkan laporan perkembangan keponakannya. Mulai dari aktivitas bangun tidur hingga menjelang mau tidur lagi. Vania bingung harus menjadi sosok apa, karena Dia dulu tak terlalu merasakan kasih sayang orang tuanya juga, Ibunya meninggal saat Vania berumur 3 tahun. Ayahnya sibuk dan