"Alexa jangan begini, aku tidak menyukainya,"gerutu Joan perlahan menurunkan tangan gadis itu dari lehernya ia lalu membawa masuk koper Alexa, hal itu yang tidak ia sukai dari Alexa, sikap genit.Tak! Tak! Tak!Suara ketukan sepatu high heels Alexa terdengar memasuki rumah, gadis itu dengan pede berlenggang masuk kedalam rumah merasa hanya dirinyalah dan Joan yang berada di rumah itu."Joan, siapa?"Kiana ikut menghampiri Joan karena tak mendengar suara apapun dari arah ruang tamu, ia berpikir mungkin ada sesuatu yang terjadi."Kiana … kau masih ingat sepupuku Alexa?" Kiana tak menjawab pertanyaan dari Joan, matanya menatap tajam kearah Alexa. Mengamati gadis elegan yang ada di depannya dari atas hingga ke bawah, semua pakaian yang di gunakan Alexa bermerek terkenal. Dior, Hermes, Chanel, LV seperti toko berjalan bukan?"Siapa gadis itu, Joan?" Alexa mendekati Joan lalu merangkulnya sembari mengendus-endus leher je
"sampai kapan?"tanya Kiana dengan matanya yang ia sipitkan, nada bicaranya pun tak ikhlas jika Dania pulang lebih dulu. "Paling cepat sebelum kamu KKN,"ucap Dania, kembali merapihkan semua barang-barangnya yang ada di koper kecil itu. Ia terlihat sangat terburu-buru, apa sepenting itu?"Gak ah, jonanya bawa pulang Saja. Kita jaga di rumah,"pinta Kiana dengan wajah cemberut, ia tidak mau menghadapi Alexa sendirian. Gila rasanya jika berbicara dengan gadis sok itu, ia ingin berada di tempat tanpa keusilan Joan ataupun Alexa yang percaya dirinya di luar batas, sudah gila mungkin gadis itu, bisanya sepupunya ingin ia pacari juga.Dania menghela nafas kasar."Lalu Joan bagaimana? Kau harus bisa menjadi pembatas antara mereka berdua, mama lihat-lihat gadis itu sepertinya liar,"tegas Dania, ia lalu melangkah keluar hanya melewati Kiana begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi, entah itu ucapan selamat tinggal atau reaksi lainnya."Mama …!"teriak Kiana membuat langkah Dania kemba
"Hati-hati kamu diamuk kanjeng ratu,"celetuk Kiana dengan nada ketus, menatap ke arah langit yang tampak cerah. Ia masih marah dengan noda lipstik yang ada di pipi Joan. apa lelaki tampan itu tak bisa memilih antara dirinya dan Alexa?"Ck, jangan berbicara seperti itu. Aku tidak suka, berikan Jona padaku,"pinta Joan, namun belum sempat ia menggendong tubuh mungil bayi kecil itu. Suara teriakan Alexa terdengar menggelegar di rumah besar itu."JOAN!! Kamu Dimana!?"Joan langsung mengurungkan niatnya untuk mengambil Jona, memukul pintu yang ada di dekatnya merasa sangat kesal."PERSETANAN!! Tunggu sebentar Kiana sayangku … papa kerja keras dulu, nak," ucap Joan lalu memberikan ciuman dari jauh pada keduanya seperti seorang ayah yang benar-benar akan pergi ke kantor.Kiana tertawa kecil mendengar itu."Kerja keras menjaga hubungan baik dengan keluarga jauh maksudnya?"ucapnya lalu menggeleng pelan melihat perilaku kocak Joan."Nice!" Joan berbalik lalu mengedipkan sebelah matanya, ia segera
Melihat kedatangan Joan, Kiana langsung menoleh memasang ekspresi Ketus, menatap Joan dengan tatapan tajam bak Elang yang sedang mengintai mangsanya."Hm, kenapa kau kesini? Bukankah kau harus menjaga nona manis mu itu?"ucapnya dengan malas, menjauhkan diri dari Joan. Hatinya masih merasa kesal dengan perilaku Joan yang terlihat spesial namun Kiana tak tahu saja setertekan apa Joan di dekat Alexa."Dia pergi jalan-jalan sendirian, aku sangat senang bisa bersama kalian tanpa dirinya,"ucap Joan dengan senyum lebar yang memenuhi wajah tampannya, mata hitam itu tampak berbinar menatap Kiana."Tidak apa-apa membiarkannya pergi sendirian? Sungguh lelaki tak bertanggung jawab,"ucap Kiana dengan nada ketus, menatap Joan dengan keheranan, bisa-bisanya ia membiarkan Alexa pergi sendirian, Joan tak takut terjadi sesuatu yang buruk pada Alexa?Joan mendekat ke arah Kiana, menjadikan lututnya sebagai tumpuan."Kalau aku pergi, pasti bibir kecilmu akan cemb
Di taman itu ada beberapa pedagang kaki lima, ada permen kapas, bakso, balon gas. Semua hal yang memanjakan mata Kiana, gadis itu tak henti-hentinya memandang kesana kemari hingga pandangannya tertuju pada sebuah ayunan yang terlihat kokoh untuk dipakai oleh orang dewasa sekalipun. di komplek itu memang sangat cocok jika di huni oleh keluarga muda, ada pendaratan helikopter bahkan lapangan luas untuk berolahraga, keluarga kecil mana yang tidak mendambakan lingkungan seperti itu."Joan, ayo mencoba ayunan itu,"Kiana berlari kegirangan menuju ayunan itu, ia sangat senang di sana sepi, tak ada anak kecil atau orang-orang yang saling berebutan Seperti milik sendiri. maklumlah, untuk tinggal di komplek itu di butuhkan banyak pembiayaan, rumah yang di bangun berbeda-beda jadi terlihat bukan sebuah komplek, jarang pula ada anak-anak kecil karena yang tinggal disana rata-rata para pembisnis yang jarang menghabiskan waktu di rumah, rumah mereka hanya untuk liputan media saja. j
"Wow! Memiliki seorang bayi? Jelas itu tak mungkin bayi dari kandungan Kiana, namun aku akan menambahkan sedikit detail agar itu menjadi masalah baru bagi mu Joan, kau yang meminta untuk bermain dengan rapih, kan?" Alen tertawa bangga, membayangkan betapa meledaknya berita itu nanti saat terkuak ke media. Puluhan masalah akan menimpa Joan, dan Alen? Akan tertawa puas menontonnya. tidak ada hal yang paling menyenangkan selain melihat penderitaan menghantam Joan."Segera terbitkan beritanya ke media, aku tak sabar menghancurkan si brengsek itu! inilah akibatnya jika mencari masalah dengan Alen Gurna Putra,"perintah Joan pada orang suruhannya, ia lalu menyandarkan diri ke kursi dengan rasa lega. tenang sekali jiwanya mendapat foto seperti itu, bak hadiah ulang tahun terindah."Joan ….""Kenapa sayang?"Joan menoleh dengan mulutnya yang sedikit ia manyunkan, lagi-lagi mata kelam itu menatap dirinya dengan intens. siapa yang tidak salah tingkah di tatap oleh mata bak bayi yang menatap ibuny
"Alexa, jangan membuat lelahku menjadi bertambah. Diam saja,"tegas Joan membuat Alexa akhirnya bungkam, di tengah-tengah meredupnya pandangan itu, ia terus memandang wajah Joan sesekali memegang jakun lelaki tampan itu seperti sebuah mainan."Alexa, turunkan tanganmu. Itu terasa geli," pinta Joan pada Alexa yang kini memandangnya dengan mata berbinar, seperti banyak sekali hal yang ingin ia utarakan pada Joan."Joan, aku …."Huek!pakaian Joan menjadi kotor terkena oleh muntahan Alexa. gadis itu bahkan tertawa kecil melihat ekspresi wajah Joan yang terlihat tampan saat marah." kau lucu sekali lelaki, andailah kau milikku,"ucap Alexa sembari memencet-mencet pipi Joan dengan jari telunjuknya."Ah, shit! Alexa, kau seperti bayi berusia 6 bulan yang muntah sembarangan," Joan mempercepat langkahnya menuju kamar gadis itu, tak tahan rasanya memakai pakaian basah nan lengket dengan aroma aneh."Aku mau tid
"Kau merasa hal yang sama seperti apa yang aku pikirkan? Iya,kan?"Joan berbalik menyudutkan Kiana, lelaki tampan itu tiba-tiba kesal dengan penuturan yang keluar dari mulut sang kekasih. "Apa benar itu perbuatan Alen? Aku tidak ingin menuduh sembarangan,"ucap Kiana dengan suara merendah, pemikirannya belum mengarah hingga kesana. Bisa saja itu musuh dari salah satu perusahaan keluarga mereka, tidak heran jika musuh bertebaran dimana-mana, tidak bisa menjatuhkan pemimpinnya. yah, menjalar ke keluarga dan anak-anaknya."Siapa lagi orang berpikiran liar seperti Alen? Sudah jelas sialan itu, kau terdengar membelanya,"Joan langsung memasang tatapan tajam saat menyadari Kiana seperti membela Alen di depannya, padahal maksud gadis itu bukan seperti itu. "Tidak, aku hanya … tak ingin berburuk sangka."Joan mengacak rambutnya kasar, ia benar-benar tak mengerti pemikiran Kiana. Bagaimana bisa gadis itu tetap membela lelaki yang ba